PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Tuesday, July 11, 2017

Perbincangan - 53: Apakah Saya Sudah Hindu



"TENTANG TO KNOW, TO DO DAN TO BE HINDU"


Saat sedang leyeh-leyeh di Bale Bengong, beberapa taruna lewat dan mampir sore itu. Mereka seperti biasa baru pulang dari kegiatan ekskul, mereka mampir berbincang sambil menikmati sore yang cukup redup akibat hujan yang berkepanjangan pada musim kemarau ini, Diapun menanyakan sesuatu kepadaku tentangb apa yang baru meeka baca di media sosial, dalam kmunitasnya. Pertanyaannya cukup mengeliti, katanya : Guru aku bertanyam apakah saya sudah Hindu?.

Pertanyaan ini menggekitik saya, sebenarnya agak rumit menjelaskannya. Namun saya jawab sambil becanda dulus sebagai berikut : lho di KTP kamu tertulis ada de, Tanyaku balik: terus dia kawab Ya Hindu Guru, tapi itu kan hanya formil saja. Oh gitu.... mungkin yang Made maksukan apakah saya : to know, atau hanya to do ataukan sudah to be hindu. itu barangkali ya Made, kataku. 

Iya, iya sahutnya. Nah untuk itu coba guru jelaskan sedikit sebagai berikut, Sana kamu ambil minum dulu, guru buatkan kopi saja. Ada itu di dapur kataku. Dan iapun seperti biasa menyaiapkan minum.
Sambil minum-minum hangat sore, kami pun lanjutkan perbincangan ringan tersebut sebagai berikut.

Menurut guru, untuk memahami dan menjawab pertanyaan diatas, mungkin ada baiknya kita ingat kembali kerangka Agama Hindu serta, bagai mana keseharian kita melaksanakan agama tersenut di daerah maisng-masing, karena kita hidup paling lama di kurun kehidupan ini disana, terlebih dengan urusan ibadah.

Kita kembali mengenang kegiatan beragama di kampung kita di (bali), ibadah sebagian besar merupakan seremonial yang sangat sarat dengan banten, bahan upacara yang cenderung rumit dan susah dipelajari oleh masyarakat terutama wanita kekinian. Sehingga muncullah budaya dagang banten. Itu yang menjadikan ibdah kita mempunyai predikat yang mahal. Sehingga ada pakar hindu menuliskan dalam bukunya dengan rinci berapa biaya kita kalau sembahyang. 

Dalam kehidupan beragama kita di Bali, lebih banyak kelihatan bahkan didomiinasi oleh kegiatan membuat banten dan sembahyang, baik Dewa Yadnya, Manusia Yadnya, Pitra yadnya, Rsi Yadnya dan Butha yadnya, Yang menonjok kegiatan pekerjaan yang terkait ibadah. Sehingga lebih menunjukkan to do  dan sangat minim masalah yang lain baik to know dan to be nya.

Kembali kepada Kerangka Agama Hindu yang mencakup : Tatwa, Susila, dan Upacara (ibadah). Maka seharusnya kita memulainya dengan to know, mempelajari dulu masalah yang terkait dengan tatwa, yang menjadi filosofinya kita beragama. Apa dan bagaimana agama kita itu,  Setelah itu kita juga pasti akan mengatahui dari Tatwa itu, masalah moralitas, masalah etika, mana yangbaik dan mana yang buruk dalam menjalankan kehidupan kita disunia ini.

Dengan memahami keduanya kita menjadi to know, mengatahui dengan baik dasar dari kita melakukan apa karena apa, melakukan apa untuk apa. Bukankan beragama itu harusnya menyenangkan bukan malah memberatkan umatnya, karena yang kita cari dalam dharma itu adalah kedamaian. 

Setelah mengetahui dengan baik Tatwa dan Susila ini, mungkin kita telag melaksanakan lebih dari tujuh puluh persen kewajiban kita, sehingga seperti kita ketahui bahwa jalan Jnanin dengan mengajarkan, menyebarkan ajarah dharma, kebaikan merupakan jalan yang paling mulia dari catur marga.

Kalau itu telah kita kerjakan, maka kita akan mengatahui bagaimana sehausnya pokok pokok upacara yang oerlu dan wajib dilakukan. Karena takut salah dan tidak mengetahui filosopinya kita takut disalahkan, sehingga terkesan jor joran dalam melaksanakan upacara keagamaannya. Lebih banyak urusan kesamping dan kereben saja, Ke atas porsinya malah cuma sedikit. Seharusnya ini harus sehimbang, seperti keseimbangan yang disimbulkan oleh swastika, tapak dara yang di lukis pada jidatnya para pendeta.

Kalau kita sudah dapat mengeratuhu cara ber uacara keagamaan yang benar, sederhana dan sesuai tatwa, serta tidak melanggar etika maka kita, kalian dapat dikatakan sudah menjadi Hindu. Jadi kalian sudah boleh menjawab pertanyaan diatas dengan "saya sudah Hindu" jadi sudah to be Hindu.

Jangan hanya to do saja, kita harus seimbang dalam Tatwa, Susila dan Uoacara.


Itulah penjelasan guru secara singkat, coba baca referensi yang lebih banyak lagi, sehingga kalian bisa jawab sendiri pertanyaan kalian, terus nilai kegiatan kalian beragama sampai saat ini, apakah masih tahapan to do, to know apakah sudah menjadi to be. Menjadi hindu yang sebenarnya.

Om Canti, Canti, Canti

Pondok Betung, di Medio Juli 2017

No comments:

Post a Comment