PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Saturday, July 16, 2016

Perbincangan -52 : Perkawinan Kewajiban dan Tujuan



“PERKAWINAN MOMENTUM PENTING MENUJU TAHAPAN KEWAJIBAN DAN TUJUAN HIDUP DALAM DHARMA”

Oleh: I Putu Pudja

Pakaian Perkawinan Adat Bali (google.com)
Om Suastiastu,
Sabtu malam, 16 Juli 2016 kami mendapat undangan pernikahan sepasang penganting yang merupakan mantan murid saya. Mereka datang ke rumah mengantar Undangan, karena waktu itu saya pas ada di kota tempat berlangsungnya resepsi pernikahan, kami menyempatkan diri hadir ikut berbagi kebahagiaan disana. Benar saja kami ketemu sangat banyak bekas murid-murid dan istri juga bertemu dengan beberapa teman lamanya yang sudah lama tidak bertemu.
Bukan acara nostalgia itu yang menarik, saya untuk mengangkat topic pernikahan sebagai suatu tonggak penting ke tahapan hidup berikutnya untuk kedua mempelai. Aku ingat benar dengan sebuah sloka yang sangat sering aku kutip saat mengajar maupun berdiskusi masalah dharma, yang bunyinya ku terjemahkan dengan persepsi sendiri ; ”Engkau diciptakan berpasang-basangan, untuk menyatu, berkembang biak, untuk mencapai kebahagiaan” dan akupun lupa reerensinya, tapi aku yakin sekalai itu sering kurujuk saat mengajar.
Dengan demikian bahwa pernikahan merupakan tahapak pasangan itu untuk menyatu dan berkembang biak. Karena sebagian besar walau bukan hasil survey, para pasangan baru biasanya menginginkan segera hamil dan mempunyai anak (baca keturunan), Mereka akan memasuki tahapan diperstukan dan berkembang biak. Sehingga salah satu tugas kita dilahirkan didunia ini adalah untuk meneruskan generasi, berkembang biak.
Kata teman-temanku, itu proses alami. Lahir sendiri, kemudian menikah hidup berdua, terus memiliki anak, anak-anak dewasa membangun rumah tangganya sendiri sendiri. Kemudian meisahkan diri sehingga kembaki hanya berdua, salah satu meninggal dunia tinggsal sendiri lagi terus menyusul meninggal dunia. Sehingga proses tiada-ada-tiada akan terus berlangsung.
Dari catur asrama, maka pernikahan merupakan tahapan Grhaastha, suatu tahapan membangun rumah tangga, tahapan dewasa setelah meninggalkan Brahmachari asrama. Yang merupakan tahapan menuntut ilmu secara umum, belum mempunyai tanggung jawab keluarga, umumnya masih merupakan tanggungan orang tua.
Tahapan Grhaastha menyebabkan ada tambahan tanggung jawab yaitu tanggung jawab kepada pasangannya masing masing, tanggung jawab membangun rumah tangga, serta tanggung jawab lainnya sesuai dengan desa, kala patra. Sesuai dengan tempatnya masing-masing, sesuai dengan waktu atau zamannya, serta sesuai dengan kondisi dan situasi nya masing-masing.
Sehingga pernikahan merupakan tahapan yang sangat penting bila ditinjau dari proses yang dimaknakan oleh sloka diatas juga sangat penting bila dikaitkan cengan catur asrama. Demikian pula kalau dikaitkan dengan catur warga, atau catur purusaartha yang menjadi tujuan hidup umat hindu secara umum.
Seperti kita ketahui bahwa Catur purusaarta ini, adalah : dharma, arta, kama dan mokhsa. Tahapan pernikahan dengan segala tanggung jawab dikaitkan dengan sloka maupun catur asrama bila dikaitkan dengan catur purusa arta ini, maka akan memperluas pijakan dalam perjuangan memcapai tujuan hidup tersebut.
Saat belajar, brahmacharia banyak waktu dicurahkan untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu lainnya dalam kehidupan ini, dia akan sangat kecil mencari artha dan kama. Namun dalam tahapan setelah pernikahan yaitu Grhaasta, maka perjuangan menuntut arta dan kama akan semakin besar disamping menuntut dharma dan muara tujuan akhir ke tujuan mokhsa.
Hidup berkeluarga akan menjadikan kebutuhan bertambah, baik pangan, sandang maupun papan. Semuanya itu memerlukan uang . Pemilikan harta benda duniawi akan memerlukan uang memerlukan lebih giat mencari arta. Sedangkan kama, yang merupakan kepuasan dan kenikmatan hiduppun akan melebar saat memasuku tahapan Grhaasta.
Kama yang besar akan semakin memotivasi sang penganten untuk lebih berinovasi, berkreatifitas untuk semakin giata menuntut arta dalam kegiatannya sehari-harinya. Perencanaan masa depan keluarga juga akan memerlukan arta, semangatnya akan di motivasi oleh kama sendiri.Dasar dharma yang kuat akan menjadi pedoman, menjadi etika moral dalam mencari arta dan menikmati kama meraka.
Terus kalau begitu terus kapan kita merencanakan untuk mencapai mokhsa. Nah itu menurutku tidak perlu terlalu di targetkan, tetap saja berbuat baik dan benar dalam segala tahapan. Masalah hasilnya kita serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Jadi pernikahan merupakan momentum yang penting, merubah atau melebarkan target tujuan hidup yang menjadi purusaarta itu, dari yang menonjol dharma dalam tahapan brahmachari yaitu dharma menjadi arta dan kama, sehingga tujuan menjadi dharma, arta dan kama sehingga tanggung jawab berkeluarga itu menjadi lebih besar dibandingkan dengan saat masih sendiri.
Begitu juga tugas untuk berkembang biak, menanti pasangan yang menikah, untuk segera mempunyai keturunan, sehingga tidaklah salah bila hampir sebagian besar orang tua yang menikahkan anaknnya ingin segera mempunyai cucu. Hal inis ejalan dengan kemajuan zaman, kemajuan teknologi dapat direncanakan sesuai dengan tujuan pasangan yang menikah. Bisa saja tahapan awal menikah dapat merupakan tahapan ‘rekreasi’ sehingga kewajiban berkembang biak itu dapat di jadwalkan kemudian.
Nah tentu kita hanya dapat merncanakan, namun Tuhanlah tetap yang akan menentukan sesuap dengan wahyunya yang tertuang dalam sloka diatas. Selamat menempuh hidup baru anakku. Om Canti, Canti, Canti, Om.
Puri Gading, 17 Juli 2016.


1 comment:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    ReplyDelete