“PERKAWINAN MOMENTUM PENTING MENUJU TAHAPAN
KEWAJIBAN DAN TUJUAN HIDUP DALAM DHARMA”
Oleh: I Putu Pudja
Pakaian Perkawinan Adat Bali (google.com) |
Sabtu malam,
16 Juli 2016 kami mendapat undangan pernikahan sepasang penganting yang
merupakan mantan murid saya. Mereka datang ke rumah mengantar Undangan, karena
waktu itu saya pas ada di kota tempat berlangsungnya resepsi pernikahan, kami
menyempatkan diri hadir ikut berbagi kebahagiaan disana. Benar saja kami ketemu
sangat banyak bekas murid-murid dan istri juga bertemu dengan beberapa teman
lamanya yang sudah lama tidak bertemu.
Bukan acara
nostalgia itu yang menarik, saya untuk mengangkat topic pernikahan sebagai
suatu tonggak penting ke tahapan hidup berikutnya untuk kedua mempelai. Aku
ingat benar dengan sebuah sloka yang sangat sering aku kutip saat mengajar
maupun berdiskusi masalah dharma, yang bunyinya ku terjemahkan dengan persepsi
sendiri ; ”Engkau diciptakan berpasang-basangan, untuk menyatu, berkembang biak,
untuk mencapai kebahagiaan” dan akupun lupa reerensinya, tapi aku yakin
sekalai itu sering kurujuk saat mengajar.
Dengan
demikian bahwa pernikahan merupakan tahapak pasangan itu untuk menyatu dan
berkembang biak. Karena sebagian besar walau bukan hasil survey, para pasangan
baru biasanya menginginkan segera hamil dan mempunyai anak (baca keturunan), Mereka
akan memasuki tahapan diperstukan dan berkembang biak. Sehingga salah satu
tugas kita dilahirkan didunia ini adalah untuk meneruskan generasi, berkembang
biak.
Kata
teman-temanku, itu proses alami. Lahir sendiri, kemudian menikah hidup berdua,
terus memiliki anak, anak-anak dewasa membangun rumah tangganya sendiri
sendiri. Kemudian meisahkan diri sehingga kembaki hanya berdua, salah satu
meninggal dunia tinggsal sendiri lagi terus menyusul meninggal dunia. Sehingga
proses tiada-ada-tiada akan terus berlangsung.
Dari catur
asrama, maka pernikahan merupakan tahapan Grhaastha, suatu tahapan membangun
rumah tangga, tahapan dewasa setelah meninggalkan Brahmachari asrama. Yang
merupakan tahapan menuntut ilmu secara umum, belum mempunyai tanggung jawab
keluarga, umumnya masih merupakan tanggungan orang tua.
Tahapan
Grhaastha menyebabkan ada tambahan tanggung jawab yaitu tanggung jawab kepada
pasangannya masing masing, tanggung jawab membangun rumah tangga, serta
tanggung jawab lainnya sesuai dengan desa, kala patra. Sesuai dengan tempatnya
masing-masing, sesuai dengan waktu atau zamannya, serta sesuai dengan kondisi
dan situasi nya masing-masing.
Sehingga
pernikahan merupakan tahapan yang sangat penting bila ditinjau dari proses yang
dimaknakan oleh sloka diatas juga sangat penting bila dikaitkan cengan catur
asrama. Demikian pula kalau dikaitkan dengan catur warga, atau catur
purusaartha yang menjadi tujuan hidup umat hindu secara umum.
Seperti kita
ketahui bahwa Catur purusaarta ini, adalah : dharma, arta, kama dan mokhsa.
Tahapan pernikahan dengan segala tanggung jawab dikaitkan dengan sloka maupun
catur asrama bila dikaitkan dengan catur purusa arta ini, maka akan memperluas
pijakan dalam perjuangan memcapai tujuan hidup tersebut.
Saat belajar,
brahmacharia banyak waktu dicurahkan untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama
maupun ilmu lainnya dalam kehidupan ini, dia akan sangat kecil mencari artha
dan kama. Namun dalam tahapan setelah pernikahan yaitu Grhaasta, maka
perjuangan menuntut arta dan kama akan semakin besar disamping menuntut dharma
dan muara tujuan akhir ke tujuan mokhsa.
Hidup
berkeluarga akan menjadikan kebutuhan bertambah, baik pangan, sandang maupun
papan. Semuanya itu memerlukan uang . Pemilikan harta benda duniawi akan
memerlukan uang memerlukan lebih giat mencari arta. Sedangkan kama, yang
merupakan kepuasan dan kenikmatan hiduppun akan melebar saat memasuku tahapan
Grhaasta.
Kama yang
besar akan semakin memotivasi sang penganten untuk lebih berinovasi,
berkreatifitas untuk semakin giata menuntut arta dalam kegiatannya
sehari-harinya. Perencanaan masa depan keluarga juga akan memerlukan arta,
semangatnya akan di motivasi oleh kama sendiri.Dasar dharma yang kuat akan
menjadi pedoman, menjadi etika moral dalam mencari arta dan menikmati kama
meraka.
Terus kalau
begitu terus kapan kita merencanakan untuk mencapai mokhsa. Nah itu menurutku
tidak perlu terlalu di targetkan, tetap saja berbuat baik dan benar dalam
segala tahapan. Masalah hasilnya kita serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Jadi
pernikahan merupakan momentum yang penting, merubah atau melebarkan target
tujuan hidup yang menjadi purusaarta itu, dari yang menonjol dharma dalam
tahapan brahmachari yaitu dharma menjadi arta dan kama, sehingga tujuan menjadi
dharma, arta dan kama sehingga tanggung jawab berkeluarga itu menjadi lebih
besar dibandingkan dengan saat masih sendiri.
Begitu juga
tugas untuk berkembang biak, menanti pasangan yang menikah, untuk segera
mempunyai keturunan, sehingga tidaklah salah bila hampir sebagian besar orang
tua yang menikahkan anaknnya ingin segera mempunyai cucu. Hal inis ejalan
dengan kemajuan zaman, kemajuan teknologi dapat direncanakan sesuai dengan
tujuan pasangan yang menikah. Bisa saja tahapan awal menikah dapat merupakan
tahapan ‘rekreasi’ sehingga kewajiban berkembang biak itu dapat di jadwalkan
kemudian.
Nah tentu
kita hanya dapat merncanakan, namun Tuhanlah tetap yang akan menentukan sesuap
dengan wahyunya yang tertuang dalam sloka diatas. Selamat menempuh hidup baru
anakku. Om Canti, Canti, Canti, Om.
Puri Gading,
17 Juli 2016.
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com