PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Thursday, December 17, 2015

Butir Butir Weda Dalam Budhi Pekerti



“MERANGKAI BUTIR-BUTIR WEDA UNTUK MENINGKATKAN BUDHI PEKERTI”

Oleh : I Putu Pudja

Dalam Hindu dasar keyakinan kita adalah Panca Srada, yaitu Brahman, Atman, Punarbawa, Karmaphala dan Mokhsa. Namun kalau kita mempelajarinya lebih jauh Agama Hindu, akan kita kaji dalam kerangka Agama Hindu, akan kita temukan : Tatwa, Sulila dan Upacara. Secara mudah dapat kita katakana bahwa Tatwa mempunya produk Hilir Panca Srada; Susila mempunyai produk akhir dalam diri ‘manusia’ pemeluk agama adalah Budi Pekerti, sedangkan dalam Upacara kita temukan Panca Yadnya.
Pada kesempatan ini kita akan membahawa yang terkait dengan Budi Pekerti sebagai produk yang diharapkan yang akan mengendap pada manusia. Budi Pekerti menjadi pondasi yang kokoh dalam pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya , dengan dasar : Pancasila dan UUD 1945. Khusus untuk Pendidikan Budhi Pekerti belakangan ini digalakkan kembali dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Yang sering dijadikan rujukan butir-butir budi pekerti adalah 56 butir yang tertuang dalam Buku “Pedoman Penanaman Budhi Pekerti Luhur”, Proyek Pembinaan anak dan remaja, Direktorat Jendral Kebudayaan (1995). Bila kita perhatikan semua butir tersebut merupakan butir budhi pekerti yang sangat erat hubungannya dengan ajaran dharma .
Untuk diskusi kali ini, akan kita ambil beberepa  butir  unsur budhi pekerti yaitu : Beriman, Bedisiplin, Bekerja Keras, Bertanggung Jawab, dan  Jujur.  Kita akan mencoba mengaitkannya dengan ayat-ayat atau sloka dalam weda. Yang satu persatu akan diuraikan di bawah ini.
1.       Beriman.
Kita mesti ingat bahwa yang selalu menjadi dasar kehidupan kita di dunia, terutama di Indonesia adalah Keimanan. Dalam Hindu kita kenal dengan Panca Srada. Tentang keimanan ini disebutkan dalam Rgweda IX.64.71 “Orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa yang terpelajar mempersembahkan doa-doa, dan para ahli keagamaan yang cerdas menghaturkan yadnya. Orang yang tidak beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa (TYME) dan Yang bodoh akan tenggelam”.

Disini dapat diambil maknanya bila kita mengklaim sebagai diri terpelajar, maka panjatkanlah doa, laksanakan yadnya, sehingga kalian tidak akan tergolong dalam orang yang bodoh dan akan tenggelam ditelan zaman.

2.       Berdisiplin.
Tentang disiplin terangkum dalam Yayurweda XXXI.16, yang bunyinya: ”Para Sarjana melalui Yadnya memuja TYME, mereka akan mendapatkan tempat yang utama dengan dharma dan karmanya. Mereka dipastikan dengan penuh keagungan mencapai mokhsa. Melalui hubungannya dengan TYME yang disiplin akan menikmati kebahagian sejati berupa moksa. Demikianlah agar engkau berusaha berusaha seperti itu”.

Disini ditekankan bahwa dengan berdisiplin dalam berusaha, maka hasil maksimum akan diperoleh, Termasuk untuk Sarjana yang berdisiplin melakukan yadnya, maka moksa sebagai ganjarannya.

3.       Bekerja Keras.
Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Pepatah itu sedikit pas bila dikaitkan dengan budaya kerja keras. Demikian pula dalam weda hal itu disebutkan.  Yayurweda XI.2 menyebutkan : “Orang seharusnya suka cita hidup didunia, dengan bekerja keras selama seratus tahun. Tidak ada cara lain bagi keselamatan orang. Suatu tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak memihak, menjauhkan pelaku dari keterikatan”.

Disini dapat diartikan bekerja keraslah seumur hidup kalian, untuk keselamatan kalian. Hednaknya kalian bekerja dengan tidak mementingkan diri sendiri dan tidak terikat dengan hasil.

4.       Bertanggung Jawab.
Bertanggung jawab merupakan budaya yang sangat hakiki. Setiap orang harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bertanggun jawab terhadap lingkungannya. Demikian juga harus bertanggung jawab dengan segala perbuatannya, termasuk yang melekat dengan hak dan kewajiban. Demikian pula telah diatur dalam weda yaitu Ridweda X.53.8 sebgaai berikut:”Hidup didunia ini penuh dosa dan duka, ibarat arus air sungai yang berhadapan dengan batu- batuan besar kecil, dalam alirannya. Memang sangat berat. Maka bangkitlah, lewati rintangan itu. Tinggalkanlah persahabatan dengan orang-orang yang terecela dan tidak bertanggung jawab. Jalanilah sungai kehidupan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran”.

Dalam sloka ini kita masing-masing mempunyai tanggung jawab menyeberangi sungai kehidupan   yang penuh tantangan, tidak bergabung dengan orang-orang yang tercela dan tidak bertanggung jawab. Kalau semuanya itu dilakukan dengan tanggung jawab maka kesejahteraan dan kemakmuran ganjarannya.
5.       Jujur
Sifat Jujur, merupakan sifat yang dituntut untuk menegakkan kebenaran (dharma) seperti yang tertuang dalam weda, yaitu sloka pada Atharwaweda XII.1.1 sebagai berikut :”Kejujuran, hukum alam, Pengabdian yang tulus, Tapa, Pengetahuan, dan Yadnya merupakan penopang bumi. Bumi senantiasa melindungi kita. Semoga bumi tetap menyediakan ruangan yang luas untuk kita”. 

Sloka ini  Kejujuran merupakan salah satu menjadi penopang bumi yang menyediakan bahan makanan kepada makhluk hidup. Harus ditopang dengan enam penopang tersebut sehingga bumi akan selalu menyediakan ruang dan makanan kepada kita.

Jadi Budi pekerti itu merupakan produk Susila salah satu bagian kerangka Agama Hindu, yang dibudayakan dalam masyarakat dan menghasilkan budhi yang luhur, yang akhirnya kita kenal sebagai budhi pekerti, yang diyakini akan mampu memperbaiki moral masyarakat Indonesia, yang ditengarai sedang mengalami degradasi. Hal ini sejalan dengan Revolusi Mental yang sedang digalakkan pemerintah.

Demikianlah bahasan kali ini semaoga dapat menjadi unsur yang dapat ikut memperbaiki budhi pekerti kita menuju Indonesia yang lebih baik.

Terima Kasih.

Om Canti, Canti, Canti Om

Puri Gading, 18 Desember 2015






No comments:

Post a Comment