“MERANGKAI BUTIR-BUTIR WEDA UNTUK MENINGKATKAN BUDHI PEKERTI”
Oleh : I Putu Pudja
Dalam Hindu dasar keyakinan kita
adalah Panca Srada, yaitu Brahman, Atman, Punarbawa, Karmaphala dan Mokhsa. Namun
kalau kita mempelajarinya lebih jauh Agama Hindu, akan kita kaji dalam kerangka
Agama Hindu, akan kita temukan : Tatwa, Sulila dan Upacara. Secara mudah dapat
kita katakana bahwa Tatwa mempunya produk Hilir Panca Srada; Susila mempunyai
produk akhir dalam diri ‘manusia’ pemeluk agama adalah Budi Pekerti, sedangkan
dalam Upacara kita temukan Panca Yadnya.
Pada kesempatan ini kita akan
membahawa yang terkait dengan Budi Pekerti sebagai produk yang diharapkan yang
akan mengendap pada manusia. Budi Pekerti menjadi pondasi yang kokoh dalam
pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya , dengan dasar : Pancasila dan UUD
1945. Khusus untuk Pendidikan Budhi Pekerti belakangan ini digalakkan kembali
dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Yang sering dijadikan rujukan
butir-butir budi pekerti adalah 56 butir yang tertuang dalam Buku “Pedoman
Penanaman Budhi Pekerti Luhur”, Proyek Pembinaan anak dan remaja, Direktorat
Jendral Kebudayaan (1995). Bila kita perhatikan semua butir tersebut merupakan
butir budhi pekerti yang sangat erat hubungannya dengan ajaran dharma .
Untuk diskusi kali ini, akan kita
ambil beberepa butir unsur budhi pekerti yaitu : Beriman,
Bedisiplin, Bekerja Keras, Bertanggung Jawab, dan Jujur. Kita akan mencoba mengaitkannya dengan ayat-ayat
atau sloka dalam weda. Yang satu persatu akan diuraikan di bawah ini.
1.
Beriman.
Kita mesti ingat
bahwa yang selalu menjadi dasar kehidupan kita di dunia, terutama di Indonesia
adalah Keimanan. Dalam Hindu kita kenal dengan Panca Srada. Tentang keimanan
ini disebutkan dalam Rgweda IX.64.71 “Orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang terpelajar mempersembahkan doa-doa, dan para ahli keagamaan yang
cerdas menghaturkan yadnya. Orang yang tidak beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa
(TYME) dan Yang bodoh akan tenggelam”.
Disini dapat
diambil maknanya bila kita mengklaim sebagai diri terpelajar, maka panjatkanlah
doa, laksanakan yadnya, sehingga kalian tidak akan tergolong dalam orang yang
bodoh dan akan tenggelam ditelan zaman.
2.
Berdisiplin.
Tentang disiplin
terangkum dalam Yayurweda XXXI.16, yang bunyinya: ”Para Sarjana melalui Yadnya
memuja TYME, mereka akan mendapatkan tempat yang utama dengan dharma dan
karmanya. Mereka dipastikan dengan penuh keagungan mencapai mokhsa. Melalui
hubungannya dengan TYME yang disiplin akan menikmati kebahagian sejati berupa
moksa. Demikianlah agar engkau berusaha berusaha seperti itu”.
Disini
ditekankan bahwa dengan berdisiplin dalam berusaha, maka hasil maksimum akan
diperoleh, Termasuk untuk Sarjana yang berdisiplin melakukan yadnya, maka moksa
sebagai ganjarannya.
3. Bekerja
Keras.
Rajin pangkal
pandai, hemat pangkal kaya. Pepatah itu sedikit pas bila dikaitkan dengan
budaya kerja keras. Demikian pula dalam weda hal itu disebutkan. Yayurweda XI.2 menyebutkan : “Orang
seharusnya suka cita hidup didunia, dengan bekerja keras selama seratus tahun.
Tidak ada cara lain bagi keselamatan orang. Suatu tindakan yang tidak mementingkan
diri sendiri dan tidak memihak, menjauhkan pelaku dari keterikatan”.
Disini dapat
diartikan bekerja keraslah seumur hidup kalian, untuk keselamatan kalian.
Hednaknya kalian bekerja dengan tidak mementingkan diri sendiri dan tidak
terikat dengan hasil.
4. Bertanggung
Jawab.
Bertanggung jawab
merupakan budaya yang sangat hakiki. Setiap orang harus bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, bertanggun jawab terhadap lingkungannya. Demikian
juga harus bertanggung jawab dengan segala perbuatannya, termasuk yang melekat
dengan hak dan kewajiban. Demikian pula telah diatur dalam weda yaitu Ridweda
X.53.8 sebgaai berikut:”Hidup didunia ini penuh dosa dan duka,
ibarat arus air sungai yang berhadapan dengan batu- batuan besar kecil, dalam
alirannya. Memang sangat berat. Maka bangkitlah, lewati rintangan itu.
Tinggalkanlah persahabatan dengan orang-orang yang terecela dan tidak
bertanggung jawab. Jalanilah sungai kehidupan untuk mencapai kesejahteraan dan
kemakmuran”.
Dalam sloka ini kita masing-masing mempunyai tanggung jawab menyeberangi sungai kehidupan yang penuh tantangan, tidak bergabung dengan orang-orang yang tercela dan tidak bertanggung jawab. Kalau semuanya itu dilakukan dengan tanggung jawab maka kesejahteraan dan kemakmuran ganjarannya.
Dalam sloka ini kita masing-masing mempunyai tanggung jawab menyeberangi sungai kehidupan yang penuh tantangan, tidak bergabung dengan orang-orang yang tercela dan tidak bertanggung jawab. Kalau semuanya itu dilakukan dengan tanggung jawab maka kesejahteraan dan kemakmuran ganjarannya.
5. Jujur
Sifat Jujur,
merupakan sifat yang dituntut untuk menegakkan kebenaran (dharma) seperti yang
tertuang dalam weda, yaitu sloka pada Atharwaweda XII.1.1 sebagai berikut :”Kejujuran,
hukum alam, Pengabdian yang tulus, Tapa, Pengetahuan, dan Yadnya merupakan
penopang bumi. Bumi senantiasa melindungi kita. Semoga bumi tetap menyediakan
ruangan yang luas untuk kita”.
Sloka ini Kejujuran merupakan salah satu menjadi
penopang bumi yang menyediakan bahan makanan kepada makhluk hidup. Harus
ditopang dengan enam penopang tersebut sehingga bumi akan selalu menyediakan
ruang dan makanan kepada kita.
Jadi Budi
pekerti itu merupakan produk Susila salah satu bagian kerangka Agama Hindu,
yang dibudayakan dalam masyarakat dan menghasilkan budhi yang luhur, yang
akhirnya kita kenal sebagai budhi pekerti, yang diyakini akan mampu memperbaiki
moral masyarakat Indonesia, yang ditengarai sedang mengalami degradasi. Hal ini
sejalan dengan Revolusi Mental yang sedang digalakkan pemerintah.
Demikianlah
bahasan kali ini semaoga dapat menjadi unsur yang dapat ikut memperbaiki budhi
pekerti kita menuju Indonesia yang lebih baik.
Terima Kasih.
Om Canti, Canti,
Canti Om
Puri Gading, 18
Desember 2015
No comments:
Post a Comment