PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, June 18, 2014

Perbincangan - 15 Sarwa Prani Hitang Karah

"Tanggung Jawab Sebagai Manusia, Sarwa Prani Hitang Karah"

Oleh : I Putu Pudja


"Kerinduak Terhadap Kesejahteraan
Seperti Rindunya Ombak akan Pantai"
Di suatu sore berawan, aku duduk-duduk di Bale Bengong, sambil rehat sejenak setalah melakukan perjalanan sedikit melelahkan, dari Denpasar – Jakarta, walau dengan pesawat terbang, badan rasanya remuk redam, karena beberapa hari di Bali menjadi sopir keluarga. Hahahaha. Nusa Dua – Puri Gading pp beberapa kali keterkaitan dengan Wisuda Putriku yang ada – ada saja SMA saja pakai wisuda di Hotel Berbintang, sejak gladi kotor, gladi bersih sampai pelaksanaan. Kemudian Denpasar – Puri Gading (pp) beberapa kali karena ia mengikuti SBMPTN , katanya harus cek lokasi dulu agar saat pelaksanaan tak susah.

Sembari menatap sore yang berawan Carlie Bravo, ditemani Kopi Capucino Coo Granul, aku sempat ngelamun. Di tempat yang sama ku ingat muridku pernah bertanya, yang belum tuntas kujawab. Muridku bertanya diujung pertemuan, dia menanyakan sebagai berikut. “Guru kita telah mengetahui Catur Purusa Artha menjadi tujuan kita hidup, terus yang menjadi tanggung jawab kita sebagai manusia apa ya guru?. Enaknya menjadi Guru ku kembalikan pertanyaan itu mengingat sudah cukup larut malam untuk merenungkan dan mengaitkan keduanya.

Lalu ku ingat kembali, sore itu dengan pertanyaannya. Pada kesempatan ini akan aku coba menjelaskannya apa sih Tengung Jawab kita sebagai manusia.
Sebagai tanggung jawab kita sebagai manusia Hindu, sebenarnya mengimplementasikan semua ajaran dharma. Kalau kita ingat paling sederhana adalah konsep kerangka ajaran Hindu : Tatwa, Susila, Upacara. Ya tanggung jawab kita melakukan Upacara dan melaksanakan etika yang menjadi implementasi dari dharma.
Kemudian bila kita ingat setiap berdoa, Tri Sandya kita selalu mengucapkan –sarwa perani hitangkarah= kita memohon kesejahteraan semua makhluk, dunia dengan isinya. Kemudian kita ingat dengan konsep Tri Hita Karana, semuanya mengharapkan kehadiran sebuah kondisi yang disebut Hita, sejahtera. Kesejahteran seluruh alam beserta isinya, terutama manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang paling sempurna diantara makhluk.


Tri Hita karana kita telah mendeklarasikan bahwa keharmoninas itu perlu, sehingga tanggung jawab kita selanjutnya adalah menciptakan keharmonisan di jagat raya ini, keharmonisan manisa dengan Tuhannya, Keharmonisan manusia dengan manusia serta keharmonisan manusia dengan alam semesta. Penciptaakn keharnonisan ini kita implementasikan dengan melaksanakan Yadnya, yang dlaam Hindu Kita kenal dengan panca yadnya, semuanya itu dilakukan agar terjadi keharmonisan.
Sebagai umat manusia, sebagai warga negara kita juga memiliki tugas sebagai dharma negara, ikut mengentaskan ketunaan dalam masyarakat berupa kemiskinan, kekurang mampuan, kekurangan. Dalam weda kita dikatakan mempunyai kewajiban dalam somya sarwa butta. Mengentaskan segala butta, segala kekurangan baik material atau immaterial umat manusia. Sungguh mulia tugas dan kewajiban kita sebagai manusia. Yang tidak kalah pentingnya sebagai umat manusia sebagai warga masyarakat kita berkewajiban untuk mentaati hukum.

Baik hukum positif maupun hukum Tuhan yang telah kita yakini, dimana Dia akan tetap ada saat “awal-pertengahan dan akhir” Semuanya itu tetap akan bermuara pada kedamaian, kesejahteraan dan keharmonisan. Mudahnya bagaimana kita memanusiakan manusia, karena dalam memanusiakan manusia kita juga akan ikut memanusiakan alam sekeliling manusia itu.

Tentunya sebagai manusia yang masih berstatus menjadi Taruna/ taruni, secara umum masih merupakan sisya, maka sesungguhnya pekerjaan yang paling mulia itu tetap kita ingat kembali : berkorban –terutama immaterial karena masih menjadi sisya-, jnana, mempelajari ilmu pengetahuan termasuk kitab suci, dan tidak lupa berdana punia.

Glegar halilintar dan grimis rupanya semakin deras, kopipun sudah habis aku sruput, memang enak sampai tegukan terakhir kopi kali ini, serta dadar gulung kiriman yang mulanya masih dua telah ku habiskan, ternyata ngelamun kali ini disamping enak mengingat kembali ke pertanyaan muridku terdahulu, juga dibarengi laper disamping capek yang rada berat.
Semoga yang pernah bertanya dapat membacanya, dan mendapat jawaban yang, astungkara menyejukkan.

Semoga bermanfaat, sarwa prani hitangkarah.

Lamunan Sore di Bale Bengong Pondok Betung Bintaro.

No comments:

Post a Comment