“TUMPEL LANDEP DALAM UPAYA PENYUCIAN, SYUKUR DAN HARAPAN”
Oleh: I Putu Pudja.
Upacara Tumpek landep (google.com) |
Mantan muridpun bertanya kepada
ku, Guru apa guru perhatikan tadi di jalanan sebagian besar mobil masih memakai
satsat dan tamiang, sama dengan mesin pembersih itu?. Oh ya Guru lihat, kenapa
kamu heran anak muda, bukankah itu sudah kita laksakan setiap 210 hari sekali,
setiap tumpek landep. Upacara persembahyangan untuk menyembah Dewa Pasupati.
Nah itu Guru, kami kurang faham
apa kita menyembah peralatan yang tajam, atau peralatan yang sudah berkembang
selan kemajuan teknologi karena sejak kecil kami menerimanya begitu saja, jadi
kurang memahami jadinya. Dan siapa tahu nanti ketemu teman-teman yang sudah
janjian pergi menanyakan hal itu ke kami, tandasanya.
Sambil ditemani sepotong roti sus
teh hijau, kami menyeruput kopi late yang harganya gila-gilaan di bandara, kami
pun berbincanf. Yah kira-kira 40 menitan sambil menunggu panggilan boarding
yang tidak jelas memang pengumumannya, hanya disuruh menunggu pengumuman lebih
lanjut.
Tumpek landep itu jatuh pada
setiap Sabtu wuku Landep. Sabtu itu persis jatuh pada panca wara kliwon
sehingga dia disebut tumpek, dan wuku lndep, sehingga disebut tumpek landep.
Landep dalam bahasa jawa kuno maupun bahasa bali diartikan sebagai tajam,
runcing, benda yang tajam dan runcing itu dalam peradaban manusia pada awalnya
digunakan untuk berburu, mencari mangsa yang akan di makan, berperang
mengnacurkan musuh. Sehingga tanpa disadari di dalam operasionalnya alat itu
sudah banyak berjasa bagi pemiliknya, tapi dengan tidak sengaja terkadang
digunakan untuk membunuh mahluk lain atau musuh bahkan.
Nah untuk itu peralatan perlu
disucikan, diprayascita secara berkala. Itu dilakukan pada saat tumpek landep.
Dalam perkembangannya yang diupacarai dimintakan pembersihan dan pemberkatan
kepada Dewa Pasupati adalah semua peralatan yang digunakan untuk mencari
nafkah, yang mungkin dapat membahayakan si pemakai ataupun orang lain yang
bukan pemakai.
Seperti misalnya peralatan
transportasi, mobil, motor, sepeda, peralatan perang dan pusaka : keris, pisau,
tombak, senjata, maupun peralatan kerja lainnya seperti : ya mesin pembersih
tadi, komputer, mesin ketik, traktor, disel dan lain – lainnya kalau
teman-teman dokter juga mengupacari peralatan medisnya seperti yang disampaikan
teman Guru yang menjadi Dokter.
Tetapi menurut guru, pada intinya
saat upacara tumpek landep kita membuat upacara , dengan tujuan : bersyukur
dengan peralatan yang kita miliki kita dapat melakukan mata pencaharian kita
dan mendapatkan rejeki dari sana. Kita selamat dalam melaksanakan tugas kita
dengan mengggunakan peralatan tersebut, serta menyucikan peralatan tersebut
karena diketahui atau tidak , kita tidak tahu bahwa peralatan tersebut telah
terkotori atau ‘leteh’ dalam pemakaiannya, misalnya telah membunuh makhluk,
mencederai orang lain atau pemakainya dan lains ebagainya yang menyebabkan
secara kesucian peralatan tersebut menjadi tercemar atau kotor.
Demikian pula semua peralatan itu
dimohonkan kepada Dewa Pasupati agar tetap bermanfaat, dan membawa berkah
digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun untuk mencari nafkah. Drmikian
juga orang yang menggunakan dan orang-orang disekitarnya selamat saat alat
tersebut di operasikan. Dan tidak mencederai siapapumn maunya.
Namun pada intinya dalam uparara
itu menurut guru ada: penyucian, ucapan syukur dan harapan yang diharapkan
dapat turun keperalatan tersebut maupun operator, maupun orang-orang
disekelilingnya.
1. Alat
tersebut setekah 210 hari digunakan perlu disucikan dari kemungkinan kekotoran
yang dialaminya selama digunakan, sehingga perlu disucikan kembali dengan
upakara dan upacara ;
2. Ucapan
syukur kepada ida Sang Hyang Widhi lewat manifestasinya Dewa Pasupati, karena
dengan peralatan yang lancip, landep terbuat dari logam –umumnya- karena dalam rentanf
210 hari sebelumnya digunakan untuk meuntut mata pencaharian;
3. Harapan,
tentunya harapan pemilik dan pemakainya, kedepan agar alat itu dapat lama
digunakan, memberikan hasil maksimal, tidak medatangkan kesusahan –sangat luas
artinya- kepada pemakai dan pemiliknya. Dan yang paling penting sebenarnya
harapan kepada ‘manusianya’sebagai pemilik atau pemakai. Harapan semakin tajam
hati, fikiran, daya juangnya kedepan minimal dalam rentang 210 hari sampai
ketemu tumpek landep lagi untuk menyegarkan sirit ini kembali.
Oh begitu Guru. Akan tetapi kalau
kita lihat seperti zaman dulu peralatan senjata tajam digunakan untuk membunuh
musuh, dan –seperti diucapkan dalam kekawin- kepalanya diahaturkan sebagai
haturan butha yadnya. Bukankah dalam pembunuhan ini kita juga membantu
sebenarnya, atau sebagai jalan saja untuk meningkatkan derajat roh orang yang
kita bunuh karena kita telah membunuhnya untuk upacara suci. Wah kita jangan
melihat dari sananya, terlalu jauh itu itu karena membunuh musuh dalam perang
dan membunuh dalam keseharian baik secara sengaja atau tidak sengaja, semuanya
itu mengandung konskuensi hukum. Kita tidak membicarakan itu untuk kali ini.
Guru lanjutkan sedikit, yang
paling penting dalam pelaksanaan upacara Tumpek Landep ini, adalah penyucian, ucapan
rasa syukur dan harapan para operator dan pemilik peralatan yang diupacarai.
Terlebih dalam kekinian yang sanagt perlu dipertajam terus menerus, tidak saja
saat tumpek landep adalah: hati, pikiran, pengetahuan dari operator dan pemilik
, yaitu faktor manusianya karena kemajuan teknologi yang akan mengantikan
secara silih berganti perlatan tersebut secara periodik.
Alat mobil pembersih lantai itu
meruapan kemajuan yang kesekian dari pembersiahan dengan sapu, lap pel dan lain
sebagainya sehingga sampai pada taraf sekarang. Operatornya tetap dapat sambil
telpon sana sini, sambil membersihkan lantai seperti yang mondar mandir kita
lihat di ruang bandara tadi.
Bagaimana kita selalu dapat
mempertajam hati kita agar menjadi lebih peka, bagaimana kita dapat mempertajam
fikiran kita agar dapat meikirkan kemajuan mempermudah kehidupan kita dimasa
berikutnya disini akan bersentuhan dengan teknologi, tentunya tidak lupa selalu
bersyukur terhadap kemajuan yang kita peroleh, minimal dalam waktu 210 hari
sebelumnya. Terkait dengan persentuhan landep dengan teknologi maka ada yang
menyebutkan peringatan tumpek landep sebagai peringatan terhadap kemajuan
teknologi, atau sebagai hari teknologi. Itu syah syah saja sepanjang mempunyai
makna dan tjuan yang sama dengan inti yang disebutkan sebelumnya.
Peralatan tajam, atau landep dari
logam hanya sebagai ujung tombak saja, akan tetapi tetap akan bermuara pada
harapan ‘manusia’ nya untuk selalu mmeperlandep atau emmpertuncing daya
juangnya, olah fikirnya, mempertajam kepekaan hatinya, sehingga dapat
mendatangkan kemajuan demi kedamaian dunia ini.
Itulah inti dari pelaksanaan
upacara tumpek landep menurut guru yang berinti pada upaya : penyucian, ucapan
syukur, dan harapan –doa- yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widi melalui
manifestasinya sebagai Sang Dewa
Pasupati. Masalah pelaksanaannnya itu tetap memakai prisnsip: desa, kala, patra.
Tumpek landep merupakan momentum kita meningkatkan teknologi, mengadakan
perubahan agar hidup ini menjadi lebih sejahtera dan lebih baik.
Nah Guru, itu ada pemberitahuan
saya harus boarding Guru, JT-29 sudah dipanggil, Hehehe coba Guru lihat
boarding pass dulu. Hehehe ternyata Guru juga dengan penerbangan yang sama. Ok
kita sudahi dulu perbincangan tumpek landep ini semoga menambah sedkit pemahaman
kalian.
Akh terima kasih guru, sangat
banyak dapat aku petik dari perbincangan ini, sehingga menyegarkan dan
memperbarui pengetahuan kami tentang Tumpek Landep. Kami bergegas naik ke
pesawat karena antrean penumpang hanya masih beberapa orang saja.
Demikian perbincangan singkat dan
ringan ini penulis kemas dalam mengisi waktu tunggu di ruang tunggu bandara.
Semoga dapat menjadi setitik embun yang jatuh ke air danau pengetahuan pembaca
sekalian.
Om
Santhi, Santhi, Santhi Om
Bandara Ngurah Rai, 18 Mei 2015.
No comments:
Post a Comment