PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Thursday, May 21, 2015

Perbincangan-42: Tumpek Landep



“TUMPEL LANDEP DALAM UPAYA PENYUCIAN, SYUKUR DAN HARAPAN”

Oleh: I Putu Pudja.


Image result for Tumpek Landep
Upacara Tumpek landep (google.com)
Senen lalu, 18 Mei 2015 kami kembali ke Jakarta. Di ruang tunggu bandara kami bertemu bekas anak didik kami yang akan berangkat ke Jakarta mengikuti sebuah pelatihan. Sambil duduk menunggu pesawat yang agak delay karena ada kedatangan tamu VVIP ke Bali, kami berbincang sambil menikmati Coffee late di salah satu stand di ruang kedatangan. Dalam perjalanan ke stand kami menjumpai sebuah kendaraan pembersih, yang masih dilengkapi ‘satsat’ dan ‘tamiang’.
Mantan muridpun bertanya kepada ku, Guru apa guru perhatikan tadi di jalanan sebagian besar mobil masih memakai satsat dan tamiang, sama dengan mesin pembersih itu?. Oh ya Guru lihat, kenapa kamu heran anak muda, bukankah itu sudah kita laksakan setiap 210 hari sekali, setiap tumpek landep. Upacara persembahyangan untuk menyembah Dewa Pasupati.
Nah itu Guru, kami kurang faham apa kita menyembah peralatan yang tajam, atau peralatan yang sudah berkembang selan kemajuan teknologi karena sejak kecil kami menerimanya begitu saja, jadi kurang memahami jadinya. Dan siapa tahu nanti ketemu teman-teman yang sudah janjian pergi menanyakan hal itu ke kami, tandasanya.
Sambil ditemani sepotong roti sus teh hijau, kami menyeruput kopi late yang harganya gila-gilaan di bandara, kami pun berbincanf. Yah kira-kira 40 menitan sambil menunggu panggilan boarding yang tidak jelas memang pengumumannya, hanya disuruh menunggu pengumuman lebih lanjut.
Tumpek landep itu jatuh pada setiap Sabtu wuku Landep. Sabtu itu persis jatuh pada panca wara kliwon sehingga dia disebut tumpek, dan wuku lndep, sehingga disebut tumpek landep. Landep dalam bahasa jawa kuno maupun bahasa bali diartikan sebagai tajam, runcing, benda yang tajam dan runcing itu dalam peradaban manusia pada awalnya digunakan untuk berburu, mencari mangsa yang akan di makan, berperang mengnacurkan musuh. Sehingga tanpa disadari di dalam operasionalnya alat itu sudah banyak berjasa bagi pemiliknya, tapi dengan tidak sengaja terkadang digunakan untuk membunuh mahluk lain atau musuh bahkan.
Nah untuk itu peralatan perlu disucikan, diprayascita secara berkala. Itu dilakukan pada saat tumpek landep. Dalam perkembangannya yang diupacarai dimintakan pembersihan dan pemberkatan kepada Dewa Pasupati adalah semua peralatan yang digunakan untuk mencari nafkah, yang mungkin dapat membahayakan si pemakai ataupun orang lain yang bukan pemakai.
Seperti misalnya peralatan transportasi, mobil, motor, sepeda, peralatan perang dan pusaka : keris, pisau, tombak, senjata, maupun peralatan kerja lainnya seperti : ya mesin pembersih tadi, komputer, mesin ketik, traktor, disel dan lain – lainnya kalau teman-teman dokter juga mengupacari peralatan medisnya seperti yang disampaikan teman Guru yang menjadi Dokter.
Tetapi menurut guru, pada intinya saat upacara tumpek landep kita membuat upacara , dengan tujuan : bersyukur dengan peralatan yang kita miliki kita dapat melakukan mata pencaharian kita dan mendapatkan rejeki dari sana. Kita selamat dalam melaksanakan tugas kita dengan mengggunakan peralatan tersebut, serta menyucikan peralatan tersebut karena diketahui atau tidak , kita tidak tahu bahwa peralatan tersebut telah terkotori atau ‘leteh’ dalam pemakaiannya, misalnya telah membunuh makhluk, mencederai orang lain atau pemakainya dan lains ebagainya yang menyebabkan secara kesucian peralatan tersebut menjadi tercemar atau kotor.
Demikian pula semua peralatan itu dimohonkan kepada Dewa Pasupati agar tetap bermanfaat, dan membawa berkah digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun untuk mencari nafkah. Drmikian juga orang yang menggunakan dan orang-orang disekitarnya selamat saat alat tersebut di operasikan. Dan tidak mencederai siapapumn maunya.
Namun pada intinya dalam uparara itu menurut guru ada: penyucian, ucapan syukur dan harapan yang diharapkan dapat turun keperalatan tersebut maupun operator, maupun orang-orang disekelilingnya.
1.       Alat tersebut setekah 210 hari digunakan perlu disucikan dari kemungkinan kekotoran yang dialaminya selama digunakan, sehingga perlu disucikan kembali dengan upakara dan upacara ;
2.       Ucapan syukur kepada ida Sang Hyang Widhi lewat manifestasinya Dewa Pasupati, karena dengan peralatan yang lancip, landep terbuat dari logam –umumnya- karena dalam rentanf 210 hari sebelumnya digunakan untuk meuntut mata pencaharian;
3.       Harapan, tentunya harapan pemilik dan pemakainya, kedepan agar alat itu dapat lama digunakan, memberikan hasil maksimal, tidak medatangkan kesusahan –sangat luas artinya- kepada pemakai dan pemiliknya. Dan yang paling penting sebenarnya harapan kepada ‘manusianya’sebagai pemilik atau pemakai. Harapan semakin tajam hati, fikiran, daya juangnya kedepan minimal dalam rentang 210 hari sampai ketemu tumpek landep lagi untuk menyegarkan sirit ini kembali.
Oh begitu Guru. Akan tetapi kalau kita lihat seperti zaman dulu peralatan senjata tajam digunakan untuk membunuh musuh, dan –seperti diucapkan dalam kekawin- kepalanya diahaturkan sebagai haturan butha yadnya. Bukankah dalam pembunuhan ini kita juga membantu sebenarnya, atau sebagai jalan saja untuk meningkatkan derajat roh orang yang kita bunuh karena kita telah membunuhnya untuk upacara suci. Wah kita jangan melihat dari sananya, terlalu jauh itu itu karena membunuh musuh dalam perang dan membunuh dalam keseharian baik secara sengaja atau tidak sengaja, semuanya itu mengandung konskuensi hukum. Kita tidak membicarakan itu untuk kali ini.
Guru lanjutkan sedikit, yang paling penting dalam pelaksanaan upacara Tumpek Landep ini, adalah penyucian, ucapan rasa syukur dan harapan para operator dan pemilik peralatan yang diupacarai. Terlebih dalam kekinian yang sanagt perlu dipertajam terus menerus, tidak saja saat tumpek landep adalah: hati, pikiran, pengetahuan dari operator dan pemilik , yaitu faktor manusianya karena kemajuan teknologi yang akan mengantikan secara silih berganti perlatan tersebut secara periodik.
Alat mobil pembersih lantai itu meruapan kemajuan yang kesekian dari pembersiahan dengan sapu, lap pel dan lain sebagainya sehingga sampai pada taraf sekarang. Operatornya tetap dapat sambil telpon sana sini, sambil membersihkan lantai seperti yang mondar mandir kita lihat di ruang bandara tadi.
Bagaimana kita selalu dapat mempertajam hati kita agar menjadi lebih peka, bagaimana kita dapat mempertajam fikiran kita agar dapat meikirkan kemajuan mempermudah kehidupan kita dimasa berikutnya disini akan bersentuhan dengan teknologi, tentunya tidak lupa selalu bersyukur terhadap kemajuan yang kita peroleh, minimal dalam waktu 210 hari sebelumnya. Terkait dengan persentuhan landep dengan teknologi maka ada yang menyebutkan peringatan tumpek landep sebagai peringatan terhadap kemajuan teknologi, atau sebagai hari teknologi. Itu syah syah saja sepanjang mempunyai makna dan tjuan yang sama dengan inti yang disebutkan sebelumnya.
Peralatan tajam, atau landep dari logam hanya sebagai ujung tombak saja, akan tetapi tetap akan bermuara pada harapan ‘manusia’ nya untuk selalu mmeperlandep atau emmpertuncing daya juangnya, olah fikirnya, mempertajam kepekaan hatinya, sehingga dapat mendatangkan kemajuan demi kedamaian dunia ini.
Itulah inti dari pelaksanaan upacara tumpek landep menurut guru yang berinti pada upaya : penyucian, ucapan syukur, dan harapan –doa- yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widi melalui manifestasinya sebagai  Sang Dewa Pasupati. Masalah pelaksanaannnya itu tetap memakai prisnsip: desa, kala, patra. Tumpek landep merupakan momentum kita meningkatkan teknologi, mengadakan perubahan agar hidup ini menjadi lebih sejahtera dan lebih baik.
Nah Guru, itu ada pemberitahuan saya harus boarding Guru, JT-29 sudah dipanggil, Hehehe coba Guru lihat boarding pass dulu. Hehehe ternyata Guru juga dengan penerbangan yang sama. Ok kita sudahi dulu perbincangan tumpek landep ini semoga menambah sedkit pemahaman kalian.
Akh terima kasih guru, sangat banyak dapat aku petik dari perbincangan ini, sehingga menyegarkan dan memperbarui pengetahuan kami tentang Tumpek Landep. Kami bergegas naik ke pesawat karena antrean penumpang hanya masih beberapa orang saja.
Demikian perbincangan singkat dan ringan ini penulis kemas dalam mengisi waktu tunggu di ruang tunggu bandara. Semoga dapat menjadi setitik embun yang jatuh ke air danau pengetahuan pembaca sekalian.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om
Bandara Ngurah Rai, 18 Mei 2015.

No comments:

Post a Comment