“MENUJU KEBAHAGIAAN, DARI MANAJEMEN KALBU KE MANAJEMEN PERUBAHAN”
Oleh : I Putu Pudja
Om Suastiastu.
Bale Bengong Tempat Diskusi Yang Asyik |
Telah diceritakan dalam
perbincangan sebelumnya dalam manajemen kalbu, kita harus menerapkan Trikaya
Parisudha, berfikiran, berkata, dan ber buat yang baik dan benar sebagai suatu
rangkaian dari sebuah manajemen kalbu, manajemen hati nurani. Dikaitkan dengan
hukan karma, atai karmapaa maka semua yang menjadi hasil dari pikiran,
perkataan dan perbuatan ini lah yang akan menentukan takdir, yang kita alami
dalam kehidupan ini. Dia akan berupa sukha da dukha. Senang ataupun sedih.
Ini kami ceriterakan terkait
dengan pertanyaan muridku, yang sering menanyakan “”mengapa kehidupan ini
terkadang kelihatannya tidak adil, orang yang jahat kok mendapat kehidupan
senang, sementara orang yang sudah berada dijalan dharma, berbuat baik namun
kok mengalami kehidupan yang susah”. Pertanyaan ini berulang kali aku dapatkan
dalam diskusiku dengan para muridku.
Hasil yang kita peroleh tidaklah
seperti kita memakan cabe, saat dimakan saat itu juga kita rasakan pedasnya.
Ada kalanya kita tidak merasa berfikiran, berkata maupun berbuat yang tidak
baik namun yang kita hadapi duhka. Namun sebaliknya sementara ada orang yang
dalam kehidupannya ini kelihatannya selalu berpikiran, berkata dan berbuat
jahat, namun kelihatan tidak pernah m,engalami dukha akan tetapi sukha terus.
Nah itulah anakku karena adanya
sancita pala karma, prarabda pala karma dan kriyamana karma pala. Hal ini dapat
kita pahami dengan baik kalau kita mempercayai adanya reinkarnasi, atau
samsara. Kelahiran kembali untuk menikmati pala karma yang belum sempat kita
nikmati saat kehidupan kita sebelumnya. Tetap berupa sukha atau dukha.
Maka tak salahlah bila di dalam
kehidupan masyarakat Hindu di Bali, mengenal adanya Bale Sukha Dukha, sebagai
simbul dan tempat kita melaksanakan atau menjalani suoha maupun dukha. Disana
di balai tersebut, atau didunia ini kita menjalani takdir kita berupa sukha
atapun dukha. Terkait dengan kondisi ini hendaknya kita selalu berpikir,
berkata, dan berbuat yang baik dalam kehidupan kita ini, sebagai sebuah
manajemen perubahan.
Menurut weda perubahan itu akan
terjadi sepanjang waktu, sejalan dengan ganasnya sang kala yang tidak kita
ketahui akan membawa kita kemana dalam kehidupan ini. Sang kala kelihatannya
sama misterinya dengan masalah kelahiran, jodoh, kematian yang semuanya
merupakan rahasua Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kehidupan ini sebagiknya
kita tetap melaksanakan purusaartha, berfikir, berkata dan berbuat yang baik
dan benar. Jalankanlah darma dengan baik, tanpa memikirkan hasinya yang akan
diperoleh, karena sudah ada yang mencatatnya setiap saat. Sang Hyang Widi tidak
tidur, seperti matahari yang selalu menyoroti bumi ini dengan segala perbuatan
kita.
Beremangatlah hidup untuk
mencapai kebahagaiaan tertinggi sebagai goal terakhir, tingkatkan terus pala
karma yang baik sehingga dalam setiap kehidupan kita terdapat added value, ada
added value yang berkesinambungan. Setiap kehidupan dijadikan sebagai titik
awal evaluasi dan rencana peningkatan pala karma. Jadikanlah kama, kenikmatan ,
kepuasan hanya sebagai motivasi untuk kita mencapai yang lebih baik dan
mengumpulkan modal untuk dapat melakukan kewajiban kita didunia ini.
Semua kewajiban akan terkait
dengan artha. Pembuatan, perawatan tempat sembahyang memerlukan artha, upacara
yadnya memerlukan artha, hidup, sekolah, sandang pangan dan lain sebagainya
memerlukan artha, sampai pada kepada kenikmatan, kepuasan bathin pun akan
selalu terkait dengan artha. Nah walaupun demikian hendaknyalah kita selalu
tetap berpedoman pada dharma, sehingga tidak menghalalkan segala cara.
Tetaplah kejar kebahagian abadi
tersebut, kalau tidak bisa dalam satu peruode, maka manajemen perubahan dengan
evaluasi dan perencanaan hidup yang terus disesuaikan dengan sang kala. Niscaya
akan semakin mendekatkan kita pada konsisi itu.
Maka itu kata para Rsi maupu
Bagawad Gita jalankanlah darma, pelajarilah dharma, dekatkkanlah diri kepada
Nya, carilah Dia, dan kenali Dia sehingga Sang Hyang Widipun akan mendekat
kepada kita. Memang mudah kalau dikatakan dan diarangkai dalam kalimat, namun
implementasi pelaksanaannya yang susah kita lakukan karena adanya gangguan sang
kala, dan adanya takdir berupa sukha dan dukha yang selalu akan menggoda dan
mengganggu rencana kita.
Terapkanlah manajemen perubahan,
dengan target selalu ada peningkatan level, penambahan nilai agar kita semakin
medekat pada kebahagiaan abadi, yang sering kita sebutkan akan dicapai kalai
kita telah sampai ke mokhsa. Mokhsartam Jagadhita Caithi Dharma. Sejahtera di
dunia dan berbahagia di akhir zaman. Hanya saja tetaplah pertebal keyakinan terhadap kelima sradha atau panca sradha, karena tanpa keyakinan yang kuat kita sulit memahami tentang pala karma atau krmapala ini.
Om Canti, Canti, Canti Om.
Puri Gading, 5 September 2014.
No comments:
Post a Comment