PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Sunday, September 7, 2014

Perbincangan 21: Menuju Kebahagiaan Tertinggi



“MENUJU KEBAHAGIAAN, DARI MANAJEMEN KALBU KE MANAJEMEN PERUBAHAN”

Oleh : I Putu Pudja

Om Suastiastu.

Bale Bengong Tempat Diskusi Yang Asyik
Telah diceritakan dalam perbincangan sebelumnya dalam manajemen kalbu, kita harus menerapkan Trikaya Parisudha, berfikiran, berkata, dan ber buat yang baik dan benar sebagai suatu rangkaian dari sebuah manajemen kalbu, manajemen hati nurani. Dikaitkan dengan hukan karma, atai karmapaa maka semua yang menjadi hasil dari pikiran, perkataan dan perbuatan ini lah yang akan menentukan takdir, yang kita alami dalam kehidupan ini. Dia akan berupa sukha da dukha. Senang ataupun sedih.

Ini kami ceriterakan terkait dengan pertanyaan muridku, yang sering menanyakan “”mengapa kehidupan ini terkadang kelihatannya tidak adil, orang yang jahat kok mendapat kehidupan senang, sementara orang yang sudah berada dijalan dharma, berbuat baik namun kok mengalami kehidupan yang susah”. Pertanyaan ini berulang kali aku dapatkan dalam diskusiku dengan para muridku.

Hasil yang kita peroleh tidaklah seperti kita memakan cabe, saat dimakan saat itu juga kita rasakan pedasnya. Ada kalanya kita tidak merasa berfikiran, berkata maupun berbuat yang tidak baik namun yang kita hadapi duhka. Namun sebaliknya sementara ada orang yang dalam kehidupannya ini kelihatannya selalu berpikiran, berkata dan berbuat jahat, namun kelihatan tidak pernah m,engalami dukha akan tetapi sukha terus.

Nah itulah anakku karena adanya sancita pala karma, prarabda pala karma dan kriyamana karma pala. Hal ini dapat kita pahami dengan baik kalau kita mempercayai adanya reinkarnasi, atau samsara. Kelahiran kembali untuk menikmati pala karma yang belum sempat kita nikmati saat kehidupan kita sebelumnya. Tetap berupa sukha atau dukha.

Maka tak salahlah bila di dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, mengenal adanya Bale Sukha Dukha, sebagai simbul dan tempat kita melaksanakan atau menjalani suoha maupun dukha. Disana di balai tersebut, atau didunia ini kita menjalani takdir kita berupa sukha atapun dukha. Terkait dengan kondisi ini hendaknya kita selalu berpikir, berkata, dan berbuat yang baik dalam kehidupan kita ini, sebagai sebuah manajemen perubahan.

Menurut weda perubahan itu akan terjadi sepanjang waktu, sejalan dengan ganasnya sang kala yang tidak kita ketahui akan membawa kita kemana dalam kehidupan ini. Sang kala kelihatannya sama misterinya dengan masalah kelahiran, jodoh, kematian yang semuanya merupakan rahasua Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kehidupan ini sebagiknya kita tetap melaksanakan purusaartha, berfikir, berkata dan berbuat yang baik dan benar. Jalankanlah darma dengan baik, tanpa memikirkan hasinya yang akan diperoleh, karena sudah ada yang mencatatnya setiap saat. Sang Hyang Widi tidak tidur, seperti matahari yang selalu menyoroti bumi ini dengan segala perbuatan kita.

Beremangatlah hidup untuk mencapai kebahagaiaan tertinggi sebagai goal terakhir, tingkatkan terus pala karma yang baik sehingga dalam setiap kehidupan kita terdapat added value, ada added value yang berkesinambungan. Setiap kehidupan dijadikan sebagai titik awal evaluasi dan rencana peningkatan pala karma. Jadikanlah kama, kenikmatan , kepuasan hanya sebagai motivasi untuk kita mencapai yang lebih baik dan mengumpulkan modal untuk dapat melakukan kewajiban kita didunia ini.

Semua kewajiban akan terkait dengan artha. Pembuatan, perawatan tempat sembahyang memerlukan artha, upacara yadnya memerlukan artha, hidup, sekolah, sandang pangan dan lain sebagainya memerlukan artha, sampai pada kepada kenikmatan, kepuasan bathin pun akan selalu terkait dengan artha. Nah walaupun demikian hendaknyalah kita selalu tetap berpedoman pada dharma, sehingga tidak menghalalkan segala cara.

Tetaplah kejar kebahagian abadi tersebut, kalau tidak bisa dalam satu peruode, maka manajemen perubahan dengan evaluasi dan perencanaan hidup yang terus disesuaikan dengan sang kala. Niscaya akan semakin mendekatkan kita pada konsisi itu.

Maka itu kata para Rsi maupu Bagawad Gita jalankanlah darma, pelajarilah dharma, dekatkkanlah diri kepada Nya, carilah Dia, dan kenali Dia sehingga Sang Hyang Widipun akan mendekat kepada kita. Memang mudah kalau dikatakan dan diarangkai dalam kalimat, namun implementasi pelaksanaannya yang susah kita lakukan karena adanya gangguan sang kala, dan adanya takdir berupa sukha dan dukha yang selalu akan menggoda dan mengganggu rencana kita.

Terapkanlah manajemen perubahan, dengan target selalu ada peningkatan level, penambahan nilai agar kita semakin medekat pada kebahagiaan abadi, yang sering kita sebutkan akan dicapai kalai kita telah sampai ke mokhsa. Mokhsartam Jagadhita Caithi Dharma. Sejahtera di dunia dan berbahagia di akhir zaman. Hanya saja tetaplah pertebal keyakinan terhadap kelima sradha atau panca sradha, karena tanpa keyakinan yang kuat kita sulit memahami tentang pala karma atau krmapala ini.

Om Canti, Canti, Canti Om.
Puri Gading, 5 September 2014.

No comments:

Post a Comment