PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Saturday, September 26, 2015

Perbincangan 43 : HIDUP ITU TIDAK LINIER



“RUMUSAN MUKTI ITU TIDAK SEMUDAH ITU”

Oleh : I Putu Pudja

Pertama mohon maaf karena perbincangan ringan ini agak lama tidak muncul karena berbagai kesibukan kami. Kali ini kembali hadir dengan perbincangan ringan hidup ini tidak selinier rumus matematika.

Di musim kemarau ini, sumur-sumur pompa pada kering di komplek kami. Katanya karena dampak El Nino. Kami juga kebagian masalah itu. Walau tidak sampai kekeringan, namun sumur pompa hanya mengeluarkan sedikit air, debit air rupanya sudah tekor. Sore itu baru saja tukang pompaku selesai membetulkan pompa. Dia kerjakan hampir sharian, setelah ngopi sejenak ia pamit, karena kebetulan tinggalnya cukup jauh dari tempatku, hanya dua kali naik angkot.
Aku ditinggalkan sendirian, di Bale Bengong sambil melanjutkan melihat-lihat WA lucu yang dikirim teman-teman se alumni SMA Negeri Tabanan, lulusan 1974. Dalam kesendirianku dua muridku datang mampir, katanya habis mencari bubur hijau, , mereka baru datang dari liburan kenaikan tingkat di kampong masing-masing.
“Bagaimana liburanmu, sukses. Apa di kampong kemaraunya sama dengan disini tanyaku”
“Akh sama saja guru, air sungai sudah pada kering paling-paling main layangan ke sawah guru, jawab Dek Arlan”.
“Eh Guru aku ingat apa yang kubaca kemaren di perjalanan, kebetulan aku sempat mampir ke toko buku di kotaku, ku beli sebuah buku ke agamaan disana dituliskan sanga simpe guru, Tanya Yan Wira”
Yan Wira melanjutkan untuk kita mencapai moksa dikatakan cukup kita berbuat satwam guru. Kata penulisnya Satwan itu merupakan subha karma, yang merupakan perbuatan darma sebagai sifat kedewataan, yang ganjarannya adalah mukti”,
Hahaha….. berarti sangat gampang ya cara kita masuk surge kataku. Tidak demikian sebenarnya, itulah terkadang kita btermakan oleh cara kit menyederhanakan sesuatu, akhirnya kita sampai pada pemahaman yang sangat dangkal.
Yan Wira dan Dek Arlan, tidaklah semudah itu orang mencapai mokhsa yang sering disenut sebagai mukti dimana kita kembali bersatu kea lam nirwana, tidak reinkarnasi kembali kebumi. Orang terkadang tidak tahu apakah mereka berbuat subha karma apa asubha karma. Terkadang kita terjebak pada dilemma. Apa kamu ingat cerita tentang seorang pertapa yang didatangi seorang maling yang mau dibunuh oleh masyarakat. Apakah dia melindungi apakah dia menyerahkannya untuk dibunuh karena reputasi si pertapa yangs angat jujur. Disini jujur saja belum cukup untuk berbuat baik.
Berbuat baik juga dapat mempunyai hasil akhir negative, kalau kita ukur atau nilai secara matematika. Memang begitulah hidup, dalam kegiatan kita sehari-hari weda maupun Bagawadgita menyebutkan akan selalu dipengarui oleh tri guna. Yang mana yang dominan dia akan munculs ecara spontan dan tidak terlepas dengan takdir kita, hanya saja kita perlu mengntrol diri.
Perbuatan yang terkadang kita rasa salah, yang pada awalnya kita hindari, eh ternyata berbuah manis pada akhirnya. Apakah kita menyalahkan pilihan kita? Tidak kan. Makanya Guru ingatkan kepada kalian selalu berbuat baik. Karena bernuat baik teruspun kita tidak tahu apakan memang hasil akhirnya baik.
Terlebih lagi dengan pengetahuan kita tentang kehidupan ini hanya setengah periode, yang kita jalani dalam kehidupan nyata ini. Bagaimana dengan kehidupan kita sebelumnya. Apakah kita mempunyai saldo pala karma positif, atau kita mempunyai saldi karma yang negative.
Hidup itu tidaklah linier, bukan pada periode ini saja, karena kita percaya reinkarnasi, karmapala. Yang jelas kalian laksanakan kehidupan kalian dengan normal, dengan baik untuk hasilnya serahkan saja kepada Ida Sang Hyang Widhi. Jangan selalu berfikir apakah itu dipengaruhi Satwam, Rajas atau Tamas. Karena semua sifat itu akan sangat berguna pada situasi kondisi nya masing masing.
Hidup itu kita susah memprediksinya, yang jelas berusahalah berbuat dengan logika baik buruk, dengan estetika, tetap pada jalan darma. Berbuat baik jangan ditunda tunda segera lakukan, karena kita tidak tahu kapan kita akan mengakhiri hidup ini, sehingga kita mempunyai saldo pahala karma yang positif.  Itu semuanya akan tercatat dengan baik.
Nah begitu menurut Guru, hidup itu tidak mudah dirumuskan dengan matematika linier berikut:
1.       Satwam è dengan sifat dewata, suri (subha karma) è mukti atau
2.       Rajas dan atau Tamas èdengan sifat raksasa, asuri è reinkarnasi
Rumusan nya itu merupakan rahasia Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi, guru ingatkan kembali berbuatlah dengan baik semampu dan seperhitungan kita, masalah hasil atau pahala karmanya serahkan saja kembali kepada Yang Maha Kuasa. Pahalanya tidak akan pernah salah, seperti menanam padi tidak akan pernah nernuah jagung. Namun hasil yang kita peroleh memang padi, tapi sangat mungkin kena hama, fuso, atau diserang burung pipit duluan sebelum panen.
“Ya guru celetuk Dek Arlan, memang menurut hemat saya juga demikian, hidup itu tidak linier dan tidan sesederhana itu perumusannya, sehingga simple saja saya menghadapi hidup ini sesuai tahapan catur asrama yang kami lakukan”.
Nah memang begitu adanya kerjakanlah tugas kalian, karma kalian sesuai dengan tahapan hidup,s esuai dengan profesi kalian dengan baik. Kalian bisa lulus pada waktunya, sudha mendapatkan kerja itu merupakan buah (pahala) yang nyata, kalian senang, orang tua kalian senang, atasan kalian senang, dan gurupun ikut senang, karena itu kalian telah memancarkan, atau meradiasikan kesenangan ke sekitar dan lingkungan kalian. Dan itupun merupakan kebaikan.
Nah udah jam 17 50, sandikalapun sudah datang. Mari kita sudahi perbincangan kita ini, ayo kita persiapkan diri mandi dan Tri Sandya.

Om Canti, Canti, Canti Om
Pondok Betung, Bintaro, akhir September 2015

No comments:

Post a Comment