CATUR PURUSA ARTHA
Oleh : I Putu Pudja
Oleh : I Putu Pudja
Ongkara (google.com) |
Catur Purusa Arta adalah tujuan hidup dari umat Hindu. Yang merupakan empat
kekuatan atau dasar kehidupan menuju kebahagiaan. Catur Purusa Artha
terdiri dari (1) Dharma, (2) Arta, (3) Kama , dan (4) Moksa.
Dharma
berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai
kebahagiaan dan keselamatan. Tentu saja dalam kontek disini adalah ajaran
yang tertera dalam pustaka Weda. Artha
adalah harta benda atau materi sebagai kebutuhanbhidup manusia. Kama artinya hawa kepuasan , sering
diartikan sebagai nafsu. Mokksa
berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan manusia.
Urutan
tersebut merupakan suatu tahapan tahapan yang tidak dapat diputar balik, karena mengandung keyakinan bahwa tiada arta yang diperoleh tanpa didasari dengan dharma,
demikian pula tidak ada kama yang diperoleh tanpa
melalui arta.
Dan pencapaian moksa akan memerlukan ketiganya, yaitu dharma, arta dan kama.
Dharma sebagai dasar utama dalam kehidupan kita
sehari hari, mempunyai pengertian yang sangat luas.
Dharma dapat diartikan sebagai mematuhi semua ajaran sanatana dharma atau agama>
Bisa tercermin dari trikayaparisuda, dari
pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Dharma juga dapat diartikan sebagai
memenuhi swadarma,
atau kewajiban sesuai dengan profesi atau
pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing. Bila hal itu kita kaitkan dengan catur
warna di zaman modern saat ini.
Demikian juga bila dikaitkan dengan kotrat seorang suami istri. Manawa Dharmasastra Buku III, didalamnya mengatur kewajiban seorang
suami dan kewajiban seorang istri dalam membina rumah tangga. Dinyatakan bahwa seorang suami berkewajiban mencari nafkah bagi kehidupan
keluarganya, sedangkan seorang istri berkewajiban mengatur rumah tangga seperti merawat anak, merawat
suami, menyiapkan upacara, dll.
Dalam
kehidupan
sehari hari bila dapat diimplementasikan sebagai tanggung jawab profesi, dan
sering digunakan istilah swadharma, Sehingga swadharma setiap manusia berbeda-beda menurut tugas pokoknya. Swadharma seorang guru
adalah mendidik anak muridnya, seorang dokter, merawat pasien sebaik-baiknya agar sembuh, seorang,
eseorang pelajar tugasnya belajar menuntut ilmu, seorang tukang
bangunan membuat bangunan yang kuat, nyaman dapat menjadikan pemiliknya nyaman
tinggal disana. Seorang pegawai negeri melayani masyarakat dengan baik sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi instansinya.
Arta adalah sesuatu yang bernilai materiil yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia secara phisik. Arta dapat diperoleh secara langsung
maupun tidak langsung. Karena untuk tujuan yang lain kama maupun moksa membutuhkan
arta, maka guna pencapaian kedua tujuan tersebut akan memotivasi umat untuk
mengumpulkan arta yang dilandasi dengan darma. Jadi ditekankan disini kita
tetap diwajibkan mencari dan mengumpulkan arta, karena termotivasi akan
kepuasan yang diberikan karena arta, demikian juga proses menuju moksa
memerlukan motivasi dari yang bersangkutan.
Arta
yang diperoleh secara langsung misalnya seseorang yang swadharmanya sebagai
petani sawah
akan memetik padi saat panen yang langsung dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari. Demikian pula dengan arta
yang diperoleh secara tidak langsung misalnya Hasil kerja sepasang suami-istri yang
mendidik dan memberikan pendidikan yang baik bagi putra-putrinya, keberhasilan
putra putrinya setelah kerja karena ijazah dan pengetahuan yang diperoleh akan
dapat juga dinikmati oleh orang tua yang bersangkutan. Disamping
tentunya keberhasilan putra-putrinya juga merupakan sesuatu yang mendatangkan
kama, kepuasan bagi mereka.
Kama yang
berarti Kepuasan atau napsu Dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan hidup berupa pangan, sandang, perumahan, sosial, spiritual,
kesehatan, dan pendidikan yang sifatnya untuk memuaskan kehidupan.
Makin banyak arta yang diperoleh maka manusia makin leluasa memenuhi kama.
Apabila dharma, arta dan kama sudah dicukupi dengan baik maka tercapailah
kehidupan yang bahagia lahir dan bathin yang lazim disebut sebagai
"Moksartham Jagadhitaya caiti dharmah".
Banyak pakar psikologi mengungkapkan teori kebutuhan, seperti
Maslow dengan hirarki kebutuhan manusia sebagai berikut:
•
Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Merupakan
kebutuhan poko berupa sandang, pangan, dan papan.
• Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs). Kebutuhan ini
mengarah kepada kebutuhan akan keamanan dan ketentraman dalam hidup.
• Kebutuhan sosial (Social Needs).
Merupakan kebutuhan sosialisasi, kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam
kelompok.
• Kebutuhan akan prestasi (Esteem
Needs). Merupakan kebutuhan akan kedudukan.
• Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self actualization). Merupakan kebutuhan dalam
mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik.
Teori Maslow tentang motivasi secara
mutlak menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang
bercirikan pertumbuhan dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya
dapat dimotivasikan oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang
berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek
yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus
selaku subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
Demikian juga Sperman dan Reven (1939) menamakan
kehidupan seperti itu "Living Healthy" dimana unsur-unsur :
Spiritual, Emotional, Intelectual, Phisical dan Social, dipelihara dan
terpenuhi dengan baik. Itu semuanya merupakan
hirarki kebutuhan, demikian pula catur purusa arta merupakan hirarki kebutuhan
yang menjadi tujuan hidup umat manusia, sehingga tidak boleh dipertukarkan
ururt-urutannya.
Dengan demikian pertanyaan Apakah
urut-urutan Catur Purushaarta itu ditukar balik didalam implementasi pencapaiannya, misalnya mendahulukan arta dari dharma ? Dalam keadaan ini manusia
akan menempuh segala cara untuk memperoleh arta,
artinya tidak lagi berdasarkan ajaran Agama. Pada intinya tidak boleh kita menghalalkan
segala cara dalam mengumpulkan arta untuk memenuhi kama kita. Ini diyakini oleh
umat Hindu akan memperpanjang jalan menuju moksa, yang merupakan keabadian
sebagai tujuan terminal akhir dari kehidupan kita.
Dikaitkan
dengan pengertian bahwa agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut
soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika. Dimana kata agama berasal
dari bahasa sansekerta, secara
esthimologinya berasal dari kata “A” dan “gam”. Dengan “a” berarti tidak dan “gam” berarti pergi
atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak
dan bersifat langgeng. Banyak juga yang menterjemahkannya dengan sesuatu yang
diwariskan.
Menurut
Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak
berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa, Tuhanhan Yang Maha Esa. Demikian pula
ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu,
dimana saja dan kapan saja. Makanya Hindu biasa juga disebutkan sebagai Sanatana Darma.
Berangkat
dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi, sanatana
dharma yang mencakup seluruh keyakinan dan jalan kehidupan manusia yang
diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk
menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang
maha tinggi dan kesucian lahir bathin. Jadi arta dan kama sebagai kendaraannya
yang memotivasi kehidupan umat untuk selalu berjuang, memperjuangkan tujuan
akhir kehidupan ini, dengan pedoman, rambunya adalah ajaran dharma itu sendiri.
Ingat
kembali bahwa tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda diwahyukan adalah Moksartham Jagadhitaya caiti
Dharma, yang artinya bahwa agama dengan ajaran dharma bertujuan untuk mencapai
kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara
lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa
Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma
berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai
kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat
memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup
manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan
sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi.
Di
dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan
kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan.
Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu
atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus
menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana
disyaratkan di dalam Weda (S.S.12), yang kira-kira artinya sebagai berikut:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama
dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat
disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada
artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi
dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena
dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati.
Dengan
jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di
dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:
Yang disebut dharma itu merupakan jalan
untuk pergi ke sorga sebagai halnya
perahu yang merupakan alat bagi saudagar
untuk mengarungi lautan.
Selanjutnya
di dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai bahwa:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi
kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama),
segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.
Dharma
(agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai
kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang
Widhi Wasa (Brahman).Weda (S.S. 16) juga menyebutkan :
Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan
gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala
macam dosa.
Demikianlah
dharma merupakan dasar dan penuntun manusia di dalam menuju kesempurnaan hidup,
ketenangan dan keharmonisan hidup lahir bathin. Orang yang tidak mau menjadikan
dharma sebagai jalan hidupnya maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi
kesedihanlah yang akan dialaminya. Hanya atas dasar dharmalah manusia akan
dapat mencapai kebahagiaan dan kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan
mencapai Moksa yang merupakan tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha
itu.
Renungan
: Coba saudara renungkan bahwa tahapan Catur Asrama mempunyai korelasi dengan
tahapan Catur Purusa Arta ini.
No comments:
Post a Comment