PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Monday, November 24, 2014

Perbincangan-31: "Apa guna kita sembahyang?"



“SEMBAHYANG”

I Putu Pudja

Om Swastiastu.
 Perbincangan kali ini merupakan perbincangan ringan tentang pertanyaan yang sangat mudah yang sering kita temukan di masyarakat

Add caption
.

Terkadang kita susah menjawab pertanyaan yang sangat sederhana. Hal ini mungkin yang mengebabkan banyak pertanyaan kita saat kecil tak bisa dijawab oleh orang tua kita tentang hal yang terkait dengan tradisi, terutama tradisi keagamaan. Penulis sebutkan tradisi disini mengingat banyak yang dilakukan oleh orang tua kita hanya merupakan tradisi yang mereka wariskan. Dengan tidak mengetahui esensi arti sebenarnya, belum kalau kita bawa ke masalah filosofinya.

Sama dengan pertanyaan ‘konyol’ seorang taruna yang menanyakan tentang sembahyang. Padahal setiap hari kita melakukannya, diapun masih bertanya. Pertanyaan dia saat pertemuan kam, saat ngumpul di Bale Bengong melepaskan sore, di musim kemarau. Musim kemarau memang agak panjang sehingga panas sekali kalau kita di dalam rumah. Saat kami bengong sambil menikmati kopi sore dengan sepotong roti, meraka datang untuk meminta kembang kamboja yang memang banyak sekali menghiasi kembohja sebelah rumah saat kemarau. Kebetulan hari itu kuingat “Tumpek Bubuh” yang mengabarkan bahwa galungan akan datang 25 hari lagi.

Pertanyaannya sebagai berikut, Guru aki mau bertanya sebuah pertanyaan yang mungkin sangat mudah, tapi selama ini aku belum mendapatkan jawabannya yang memuaskan, katanya.” Apa itu kataku” , tapi sebelum ngobrol kalian buat sendiri minumnya ya. Merekapun ada yang hanya ambil air putih, ada yang membuat the, ada juga yang membuat kopi. Mereka sudah terbiasa di rumahku, karena memang saat itu memang harus swalayan.

Sesudah semuanya menghadapi minumnya masing-masing dan mengambil roti yang dipesan pada tukang roti yang kebetulan lewat, kuminta dia meneruskan pertanyaannya. Pertanyaannya begini “ Apa sih gunanya kita sembahyang guru?” kata taruna tadi. Kujawab wah sama dengan pertanyaanku yang tak terjawab orang tuaku saat kami kecil masih di desa, kataku.
Nah karena kuliaht mereka seius menyimaknya, kukatakan kemerka. Anggaplah ini sebagai dharma wacana Tumpek Bubuh kataku. Hahaha. Untuk untuk apa kita sembahyang? Kita mulai dulu dari kata sembahyang.

Sembahyang, terdiri dua kata sembah = menyembah, tentunya kepada yang lebih tinggi. Hyang adalah kosong. Jadi kujelaskan Sembahyang adalah penyembahan kepada yang menempati ‘kosong’ atau luwang. Ekawara ngaran luwang, kita yakini yang pertama mengisi atau yang kita sebut luwang secara hakiki sebanarnya TUhan Yang Maha Esa. Jadi sembahyang adalah pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.  Ingat siapapun yang kau sembah saat sembahyang dia doa dan smebahyang nya akan bermuara dan terminasi pada Tuhan yang Maha Esa. Baca sloka pada Bhagawadgita.

Terkait dengan itu ingat, dalam sebuah agama harus ada tiga hal yang pokok yaitu, Tuhan, Manusia dan penghambaan. Jadi manusia menghamba kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sadar akan keterbatasannya, sadar akan keterbatasan pranata dunia, maka akan selalu mencari, atau mengadu apa yang mereka tidak dapatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi sembahyang dapat dikatakan sebagai kewajiban umat manusia menghamba kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Nah dari sana kita mulai mengurai apa sih perlunya sembahyang. Pertama sembahyang adalah kewajiban yang merupakan kebiatan latiah untuk : konsentrasi, agar kita yakin kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai salah satu sarana mempertajam keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita harus lepas dalam sembahyang, ikhlas karena dengan keikhlasan itu kita akan dapat mensyukuri apapun keadaan kita didunia ini. Bila tahapan ini dapat kita ciptakan maka kita setidaknya bisa menikmati apapun yang kita alami di dalam dunia ini, terlepas daru suka dan duka.

Senbahyang juga mengindikasikan bahwa kita bersaksi bahwa kita masih terus memujanya. Dalam hindu biasanya sebagai saksi kita menyembah Betara Surya. Kemudian kita mengucapkan rasaya syukur kepada Tuhan atas segala karunianya, Memohon ampunan atas dosa dan kesalahan kita didunia ini, serta memohon anugrah dan karunianya agar kita dapat melaksanakan kewajiban kita didunia ini dengan baik.
Jadi pada intinya sembahyang itu – baik yang merupakan kewajiban rutin maupun ritual- meruakan peningkatan ibadah , meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Easa, sehingga kita mempunyai keyakinan yang poll kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat ikhlas dan bisa bersykur atas segala karunianya. Om Awignam kalian dapat menikmati hidup ini.

Semhayang merupakan sarana pelatihan jiwa, agar bisa konsentrasi, bisa melepaskan diri dan pikiran yang mengantui dan membebai fikiran kita, disampin yang telah Guru sebutkan diatas. Dalam majamenen kinerja, kita dapat memanfaatkan kesempatan sembahyang bisa dilakukan sebelum sembahyang atau sesudahnya dengan meluangkan waktu untu monev –monitoring dan evaluasi- apa yang baru saja kita kerjakan, apakah lebih banyak manfaat apa mudaratnya. Nah tentu masing-masing umatlah yang menhetahui kualitas pekerjaannya yang pertama kali.

Sembahyang juga merupakan titik rehat untuk pengaduan kepada Tuhan Yang Maha Esa terhadap permasalahan yang rumit yang membebani hidup selama ini.  Nah kira-kira itu untuk kali ini yang dapat guru sampaikan ke kalian. Apa kalian mau menambahkannya atau mau merekapnya menjadi sebuah simpulan.

Seorang taruna lainnya mengangkat tangan. Ku Tanya padanya, Ayo Maja apa yang ingin kalian sampaikan, apa mau menambahkan atau mau menyimpulan perbincangan kita kali ini? Kataku.

“Oh ya gutu dari pembicaraab tadi dapat Maja sederhanakan, gunanya kita sembahyang, menurut hemat kami adalah : (1) melatih jiwa dan raga kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa, termasuk semakin meyakini apa yang telah kita yakini selama ini; (2) melatih kita untuk dapat tulus ikhlas dalam kehidupan ini, karena kita yakin telah ada yang menggariskan, walau kita tidak boleh menyerah; (3) kita belajar bersyukur dengan kelahiran dan hidup kita; (4) dengan kondisi demikian mudah-mudahan kita dapat ‘menikmati’ apa yang kita temukan dan dapatkan dalam kehidupan ini; dan (5) terakhir mudah-mudahan dengan demikian kita dapat mencapai pembebasan, atau minimal hidup kita menjadi lebih baik dari kehidupan sebelumnya”. Begitu Guru.


Hehehe kau Maja sudah dapat memetik inti dari yang guru sampaikan sebagai intu kegunaan kita sembahyang. Terus kutanyakan. “bagaimana dengan yang lain, apa kalian setuju” Mereka menjawab serentak Setujuuuuuu.

Ingat itu baru satu versi kegunaan sembahyang, tetapi mudah-mudahan itu merupakan esensi dari tujuan kita sembahyang. Guru yakin kalau kalian Tanya orang lain akan lain jawabnya. Coba kalian renungkan kembali, apa benar sih esensinya demikian, tanyaku.

Sorepun semakin menggelap dengan datangnya sandikala, merkapun pamit untuk kembali ke kosannya masing-masing, akan melaksanakan persembahyangan rutin dan persembahyangan terkait dengan Tumpek Bubuh. Selamat Sore anak-anakku, selamat melakukan persembahyangan.

Om Canti, Canti, Canti Om,
===
Puri Gading, 25 Nopember 2014.


No comments:

Post a Comment