“SEMBAHYANG”
I Putu Pudja
Om Swastiastu.
Perbincangan kali ini merupakan perbincangan ringan tentang pertanyaan yang sangat mudah yang sering kita temukan di masyarakat
Perbincangan kali ini merupakan perbincangan ringan tentang pertanyaan yang sangat mudah yang sering kita temukan di masyarakat
Add caption |
Terkadang kita susah menjawab
pertanyaan yang sangat sederhana. Hal ini mungkin yang mengebabkan banyak
pertanyaan kita saat kecil tak bisa dijawab oleh orang tua kita tentang hal
yang terkait dengan tradisi, terutama tradisi keagamaan. Penulis sebutkan
tradisi disini mengingat banyak yang dilakukan oleh orang tua kita hanya
merupakan tradisi yang mereka wariskan. Dengan tidak mengetahui esensi arti
sebenarnya, belum kalau kita bawa ke masalah filosofinya.
Sama dengan pertanyaan ‘konyol’
seorang taruna yang menanyakan tentang sembahyang. Padahal setiap hari kita
melakukannya, diapun masih bertanya. Pertanyaan dia saat pertemuan kam, saat
ngumpul di Bale Bengong melepaskan sore, di musim kemarau. Musim kemarau memang
agak panjang sehingga panas sekali kalau kita di dalam rumah. Saat kami bengong
sambil menikmati kopi sore dengan sepotong roti, meraka datang untuk meminta
kembang kamboja yang memang banyak sekali menghiasi kembohja sebelah rumah saat
kemarau. Kebetulan hari itu kuingat “Tumpek Bubuh” yang mengabarkan bahwa
galungan akan datang 25 hari lagi.
Pertanyaannya sebagai berikut,
Guru aki mau bertanya sebuah pertanyaan yang mungkin sangat mudah, tapi selama
ini aku belum mendapatkan jawabannya yang memuaskan, katanya.” Apa itu kataku”
, tapi sebelum ngobrol kalian buat sendiri minumnya ya. Merekapun ada yang
hanya ambil air putih, ada yang membuat the, ada juga yang membuat kopi. Mereka
sudah terbiasa di rumahku, karena memang saat itu memang harus swalayan.
Sesudah semuanya menghadapi
minumnya masing-masing dan mengambil roti yang dipesan pada tukang roti yang
kebetulan lewat, kuminta dia meneruskan pertanyaannya. Pertanyaannya begini “
Apa sih gunanya kita sembahyang guru?” kata taruna tadi. Kujawab wah sama
dengan pertanyaanku yang tak terjawab orang tuaku saat kami kecil masih di
desa, kataku.
Nah karena kuliaht mereka seius
menyimaknya, kukatakan kemerka. Anggaplah ini sebagai dharma wacana Tumpek
Bubuh kataku. Hahaha. Untuk untuk apa kita sembahyang? Kita mulai dulu dari
kata sembahyang.
Sembahyang, terdiri dua kata
sembah = menyembah, tentunya kepada yang lebih tinggi. Hyang adalah kosong.
Jadi kujelaskan Sembahyang adalah penyembahan kepada yang menempati ‘kosong’
atau luwang. Ekawara ngaran luwang, kita yakini yang pertama mengisi atau yang
kita sebut luwang secara hakiki sebanarnya TUhan Yang Maha Esa. Jadi sembahyang
adalah pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ingat siapapun yang kau sembah saat sembahyang dia doa dan smebahyang
nya akan bermuara dan terminasi pada Tuhan yang Maha Esa. Baca sloka pada
Bhagawadgita.
Terkait dengan itu ingat, dalam
sebuah agama harus ada tiga hal yang pokok yaitu, Tuhan, Manusia dan
penghambaan. Jadi manusia menghamba kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sadar
akan keterbatasannya, sadar akan keterbatasan pranata dunia, maka akan selalu
mencari, atau mengadu apa yang mereka tidak dapatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Jadi sembahyang dapat dikatakan sebagai kewajiban umat manusia menghamba
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Nah dari sana kita mulai mengurai
apa sih perlunya sembahyang. Pertama sembahyang adalah kewajiban yang merupakan
kebiatan latiah untuk : konsentrasi, agar kita yakin kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai salah satu sarana mempertajam keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Kita harus lepas dalam sembahyang, ikhlas karena dengan keikhlasan itu
kita akan dapat mensyukuri apapun keadaan kita didunia ini. Bila tahapan ini
dapat kita ciptakan maka kita setidaknya bisa menikmati apapun yang kita alami
di dalam dunia ini, terlepas daru suka dan duka.
Senbahyang juga mengindikasikan
bahwa kita bersaksi bahwa kita masih terus memujanya. Dalam hindu biasanya sebagai
saksi kita menyembah Betara Surya. Kemudian kita mengucapkan rasaya syukur
kepada Tuhan atas segala karunianya, Memohon ampunan atas dosa dan kesalahan
kita didunia ini, serta memohon anugrah dan karunianya agar kita dapat
melaksanakan kewajiban kita didunia ini dengan baik.
Jadi pada intinya sembahyang itu
– baik yang merupakan kewajiban rutin maupun ritual- meruakan peningkatan
ibadah , meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Easa,
sehingga kita mempunyai keyakinan yang poll kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat
ikhlas dan bisa bersykur atas segala karunianya. Om Awignam kalian dapat
menikmati hidup ini.
Semhayang merupakan sarana
pelatihan jiwa, agar bisa konsentrasi, bisa melepaskan diri dan pikiran yang
mengantui dan membebai fikiran kita, disampin yang telah Guru sebutkan diatas.
Dalam majamenen kinerja, kita dapat memanfaatkan kesempatan sembahyang bisa
dilakukan sebelum sembahyang atau sesudahnya dengan meluangkan waktu untu monev
–monitoring dan evaluasi- apa yang baru saja kita kerjakan, apakah lebih banyak
manfaat apa mudaratnya. Nah tentu masing-masing umatlah yang menhetahui
kualitas pekerjaannya yang pertama kali.
Sembahyang juga merupakan titik
rehat untuk pengaduan kepada Tuhan Yang Maha Esa terhadap permasalahan yang
rumit yang membebani hidup selama ini.
Nah kira-kira itu untuk kali ini yang dapat guru sampaikan ke kalian.
Apa kalian mau menambahkannya atau mau merekapnya menjadi sebuah simpulan.
Seorang taruna lainnya mengangkat
tangan. Ku Tanya padanya, Ayo Maja apa yang ingin kalian sampaikan, apa mau
menambahkan atau mau menyimpulan perbincangan kita kali ini? Kataku.
“Oh ya gutu dari pembicaraab tadi dapat Maja sederhanakan, gunanya kita sembahyang, menurut hemat kami adalah : (1) melatih jiwa dan raga kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa, termasuk semakin meyakini apa yang telah kita yakini selama ini; (2) melatih kita untuk dapat tulus ikhlas dalam kehidupan ini, karena kita yakin telah ada yang menggariskan, walau kita tidak boleh menyerah; (3) kita belajar bersyukur dengan kelahiran dan hidup kita; (4) dengan kondisi demikian mudah-mudahan kita dapat ‘menikmati’ apa yang kita temukan dan dapatkan dalam kehidupan ini; dan (5) terakhir mudah-mudahan dengan demikian kita dapat mencapai pembebasan, atau minimal hidup kita menjadi lebih baik dari kehidupan sebelumnya”. Begitu Guru.
Hehehe kau Maja sudah dapat
memetik inti dari yang guru sampaikan sebagai intu kegunaan kita sembahyang.
Terus kutanyakan. “bagaimana dengan yang lain, apa kalian setuju” Mereka
menjawab serentak Setujuuuuuu.
Ingat itu baru satu versi
kegunaan sembahyang, tetapi mudah-mudahan itu merupakan esensi dari tujuan kita
sembahyang. Guru yakin kalau kalian Tanya orang lain akan lain jawabnya. Coba
kalian renungkan kembali, apa benar sih esensinya demikian, tanyaku.
Sorepun semakin menggelap dengan
datangnya sandikala, merkapun pamit untuk kembali ke kosannya masing-masing,
akan melaksanakan persembahyangan rutin dan persembahyangan terkait dengan
Tumpek Bubuh. Selamat Sore anak-anakku, selamat melakukan persembahyangan.
Om Canti, Canti, Canti Om,
===
Puri Gading, 25 Nopember 2014.
No comments:
Post a Comment