PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Monday, October 27, 2014

Perbincangan 28 : Hindu dan Ilmu Pengetahuan 1.



“HINDU DAN ILMU PENGETAHUAN”
Oleh : I Putu Pudja

Pustaka Lontar
Agama Hindu merupakan agama yang universal, dan sangat futuristic dalam ilmu pengetahuan. Banyak masalah ilmu pengetahuan yang sudah terjawab pada Weda, ditemukan kemudian oleh para akhli, sehingga Weda bukan saja sebagai referensi, akan tetapi sebagai verifikasi pembenaran apa yang diperoleh dalam penelitian jauh setalah weda itu diturunkan.

Ilmu pengetahuan dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu : (1) nerupakan suatu proses, bagaimana ilmu pengetahuan itu didapatkan atau disempurnakan, (2) merupakan sebuah metode, yang harus diikuti dalam proses penemuan atau pengujian ilmu, yang sering kita kenal dengan metode penelitian, (3) merupakan produk, sebagai hasil suatu proses yang dilakukan dengan metode yang baku, menjadi bahan pengetahuan kita sampai saat ini.

Didalam mencari dan menemukan ilmu pengetahuan itu secara umum dikenal ada tiga cara atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan.  Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Pramana, yaitu : 

(1) Anumana Pramana,
(2) Agama Pramana, dan
(3) Praktyasa Pramana.

Tri Pramana merupakan metode ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen bila meminjam dan menyitir pendapat Mahatma Gandhi, maka Tri Pramana adalah landasannya. Eksperimen bermula dari adanya problema atau masalah yang perlu dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala yang timbul (Anumana Pramana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari sumber tertulis atau pengalaman (Agama Pramana), serta dibuktikan dengan pengamatan langsung (Praktyasa Pramana). Dalam ilmu pengetahuan dikenal bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui cara ilmiah dan sistematis. Cara ilmiah tersebut adalah dengan cara rasional dan empirik, serta tahapan yang mengikuti kaidah ilmiah. Tahapan ini dikenal dengan tahapan kerja yang sistematis. Dan khusus untuk agama yang juga merupakan pengetahuan, didapat dari wahyu.

Kebenaran pengetahuan yang telah berhasil disingkap harus  dipublikasikan, disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air (Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana. Sungguhlah berdosa jika sampai kita memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri.

 Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat kitab suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya disebarluaskan kepada yang lainnya (Rigveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita disebutkan bahwa : persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33).

Jadi dengan ilmu pengetahuan sebagai jalan Jnana marga merupakan jalan utama yang dapat ditempuh untuk melakukan ibadah kita sebagai umat manusia, sebagai umat Hindu untuk menuju kepada Nya.
Terkaitd dengan weda sebagai sumber, sebagai rujukan maupun sebagai verifikasi perkembangan ilmu pengetahuan, sangat banyak rupanya. Diantaranya adalah :

1.       Teori dualisame cahaya, dalam fisika modern kita dapat memandang cahaya itu sebagai materi maupun sebagai gelombang. Seperti dikemukakan oleh de Broglie. Kemudian berkembang digunakan untuk materi yang lainnya walau dia materi maka dia juga dapat dipandang sebagai gelombang dalam mencari solusinya didalam suatu permasalahan. Dalam Weda, jauh sebelum pandangan de Broglie  disebutkan cahaya itu sebagai ‘dualisme’ sebagai materi yang disebutkan sebagai bindhu, maupun sebagai gelombang atau nada. Jadi weda jauh mendahului hasil penelitian de Broglie.

2.       Manusia, dalam bahasa sansekerta demikian juga dalam weda disebutkan sebagai makhluk yang mempunyai pikiran, berpikir dan mempunyai akal budi. Oleh filsuf besar Decartes juga menyebutkannya sebagai cogito ergo sum, dia ada karena dia berfikir, dia disini adalah manusia, sedangkan dalam biologi, kita kenal manusia itu sebagai homo sapiens, yang juga berarti makhluk yang mempunyai pikiran, pengetahuan. Weda telah mendahului hasil yang ditemukan atau yang dikemukakan kemudian oleh para filsuf, maupun ilmu pengetahuan.

3.       Teori Heliosentris. Yang menyebutkan bahwa semua planet berputar mengelilingi matahari. Planet tersebut termasuk bumi. Dalam kitab suci Weda teori heliosentrik sudah tercantum dalam kitab : Yajur Weda III. 6 yang dapat diartikan sebagai berikut :  “Bumi yang berbintik-bintik ini, ada dan berputar dilangit seperti seorang ibu, ia berjalan mengelilingi matahari sebagai seorang ayah”. Sampai sekarang bumi kita umat hindu memposisikan sebagai Ibu Pertiwi.

4.       Untuk kecepatan yang dianggap tertinggi sampai saat ini adalah kecepatan matahari, dalam weda juga telah disebutkan. Kitab Atharwa Weda VI.106.3 yang berbunyi sebagai berikut : “Suryasya rasmasyah para patanti asumat”  yang berarti Sinar Matahari terpancar dengan kecepatan tinggi. Sloka ini pun terlihat jelas menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan yang sangat tinggi, belum ada suatu partikel atau benda yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya 3 x 10 8 m/dt.

Masih banyak lagi yang dapat kita temukan apabila kita mengkaitkan weda sebagai sumber, sebagai rujukan, atau sebagai verifikator penemuan ilmiah saat ini. Seperti adanya kendaraan yang bisa berberak diair, diudara juga sudah disebutkan dalam weda, termasuk yang paling elementer adalah teori atom Dalton.

Dapat dikatakan sekali lagi bahwa weda tidak saja menjadi sumber ilmu pengetahuan dia juga merupakan alat pengujian ilmu pengetahuan. Iad tidak saja sebagai pusat sentry pugal ilmu pengetahuan yang memutar selalu membuat lingkaran yang lebih besar karena penemuan-penemuan para ilmuwan, tetapi dia juga menjadi pusat sentry petal, menjadi sentral yang dituju sebagai bendmark yang dipakai titik acuan verifikator, sebagai penguji hasil penelitian sebagai proses dan metode penelitian ilmiah. Apakah Stephen Hawking, akhli fisika abad ini memakai weda sebagai ‘alat’ uji hasil penelitiannya saat ini. Tentu bapak/ibu sendiri dapat menjawabnya. Kalau penulis sendiri mengatakannnya ‘Ya'.

Om Santi, Santi, Santi Om,
===
Puri Gading, 28 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment