“HINDU DAN ILMU PENGETAHUAN”
Oleh : I Putu Pudja
Pustaka Lontar |
Agama Hindu merupakan agama yang
universal, dan sangat futuristic dalam ilmu pengetahuan. Banyak masalah ilmu
pengetahuan yang sudah terjawab pada Weda, ditemukan kemudian oleh para akhli,
sehingga Weda bukan saja sebagai referensi, akan tetapi sebagai verifikasi
pembenaran apa yang diperoleh dalam penelitian jauh setalah weda itu
diturunkan.
Ilmu pengetahuan dapat ditinjau
dari tiga aspek yaitu : (1) nerupakan suatu proses, bagaimana ilmu pengetahuan
itu didapatkan atau disempurnakan, (2) merupakan sebuah metode, yang harus
diikuti dalam proses penemuan atau pengujian ilmu, yang sering kita kenal
dengan metode penelitian, (3) merupakan produk, sebagai hasil suatu proses yang
dilakukan dengan metode yang baku, menjadi bahan pengetahuan kita sampai saat
ini.
Didalam mencari dan menemukan
ilmu pengetahuan itu secara umum dikenal ada tiga cara atau cara yang digunakan
untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan.
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah
baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam
falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Pramana, yaitu :
(1) Anumana Pramana,
(2) Agama Pramana, dan
(3) Praktyasa Pramana.
Tri Pramana merupakan metode
ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen bila
meminjam dan menyitir pendapat Mahatma Gandhi, maka Tri Pramana adalah
landasannya. Eksperimen bermula dari adanya problema atau masalah yang perlu
dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala
yang timbul (Anumana Pramana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari sumber
tertulis atau pengalaman (Agama Pramana), serta dibuktikan dengan pengamatan
langsung (Praktyasa Pramana). Dalam ilmu pengetahuan dikenal bahwa ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui cara ilmiah dan sistematis.
Cara ilmiah tersebut adalah dengan cara rasional dan empirik, serta tahapan
yang mengikuti kaidah ilmiah. Tahapan ini dikenal dengan tahapan kerja yang
sistematis. Dan khusus untuk agama yang juga merupakan pengetahuan, didapat
dari wahyu.
Kebenaran pengetahuan yang telah
berhasil disingkap harus dipublikasikan,
disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini disebabkan
pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air (Banyu Pinaruh)
dalam kerangka Tri Pramana. Sungguhlah berdosa jika sampai kita memiliki ilmu
pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri.
Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka
ada baiknya kita mengingat amanat kitab suci WEDA. Seperti nyala api,
pengetahuan dan keterampilan hendaknya disebarluaskan kepada yang lainnya
(Rigveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita disebutkan bahwa : persembahan berupa
ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada persembahan materi ; dalam
keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan ( Bhagawadgita
IV.33).
Jadi dengan ilmu pengetahuan
sebagai jalan Jnana marga merupakan jalan utama yang dapat ditempuh untuk
melakukan ibadah kita sebagai umat manusia, sebagai umat Hindu untuk menuju
kepada Nya.
Terkaitd dengan weda sebagai
sumber, sebagai rujukan maupun sebagai verifikasi perkembangan ilmu
pengetahuan, sangat banyak rupanya. Diantaranya adalah :
1. Teori
dualisame cahaya, dalam fisika modern kita dapat memandang cahaya itu sebagai
materi maupun sebagai gelombang. Seperti dikemukakan oleh de Broglie. Kemudian
berkembang digunakan untuk materi yang lainnya walau dia materi maka dia juga
dapat dipandang sebagai gelombang dalam mencari solusinya didalam suatu
permasalahan. Dalam Weda, jauh sebelum pandangan de Broglie disebutkan cahaya itu sebagai ‘dualisme’
sebagai materi yang disebutkan sebagai bindhu, maupun sebagai gelombang atau
nada. Jadi weda jauh mendahului hasil penelitian de Broglie.
2. Manusia,
dalam bahasa sansekerta demikian juga dalam weda disebutkan sebagai makhluk
yang mempunyai pikiran, berpikir dan mempunyai akal budi. Oleh filsuf besar
Decartes juga menyebutkannya sebagai cogito ergo sum, dia ada karena dia
berfikir, dia disini adalah manusia, sedangkan dalam biologi, kita kenal
manusia itu sebagai homo sapiens, yang juga berarti makhluk yang mempunyai
pikiran, pengetahuan. Weda telah mendahului hasil yang ditemukan atau yang
dikemukakan kemudian oleh para filsuf, maupun ilmu pengetahuan.
3. Teori
Heliosentris. Yang menyebutkan bahwa semua planet berputar mengelilingi
matahari. Planet tersebut termasuk bumi. Dalam kitab suci Weda teori
heliosentrik sudah tercantum dalam kitab : Yajur Weda III. 6 yang dapat
diartikan sebagai berikut : “Bumi yang
berbintik-bintik ini, ada dan berputar dilangit seperti seorang ibu, ia
berjalan mengelilingi matahari sebagai seorang ayah”. Sampai sekarang bumi kita
umat hindu memposisikan sebagai Ibu Pertiwi.
4. Untuk
kecepatan yang dianggap tertinggi sampai saat ini adalah kecepatan matahari,
dalam weda juga telah disebutkan. Kitab Atharwa Weda VI.106.3 yang berbunyi
sebagai berikut : “Suryasya rasmasyah para patanti asumat” yang berarti Sinar Matahari terpancar dengan
kecepatan tinggi. Sloka ini pun terlihat jelas menyatakan bahwa cahaya memiliki
kecepatan yang sangat tinggi, belum ada suatu partikel atau benda yang bergerak
melebihi kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya 3 x 10 8 m/dt.
Masih banyak lagi yang dapat kita
temukan apabila kita mengkaitkan weda sebagai sumber, sebagai rujukan, atau
sebagai verifikator penemuan ilmiah saat ini. Seperti adanya kendaraan yang
bisa berberak diair, diudara juga sudah disebutkan dalam weda, termasuk yang
paling elementer adalah teori atom Dalton.
Dapat dikatakan sekali lagi bahwa
weda tidak saja menjadi sumber ilmu pengetahuan dia juga merupakan alat
pengujian ilmu pengetahuan. Iad tidak saja sebagai pusat sentry pugal ilmu
pengetahuan yang memutar selalu membuat lingkaran yang lebih besar karena
penemuan-penemuan para ilmuwan, tetapi dia juga menjadi pusat sentry petal,
menjadi sentral yang dituju sebagai bendmark yang dipakai titik acuan
verifikator, sebagai penguji hasil penelitian sebagai proses dan metode
penelitian ilmiah. Apakah Stephen Hawking, akhli fisika abad ini memakai weda
sebagai ‘alat’ uji hasil penelitiannya saat ini. Tentu bapak/ibu sendiri dapat
menjawabnya. Kalau penulis sendiri mengatakannnya ‘Ya'.
Om Santi, Santi, Santi Om,
===
Puri Gading, 28 Oktober 2014
No comments:
Post a Comment