PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, October 8, 2014

Perbincangan 27 : Weda itu Futuristik




“TERNYATA WEDA ITU SANGAT FUTURISTIK, JAUH MELAMPAUI ZAMANNYA”

Oleh : I Putu Pudja

Om Suastiastu.

Peresmian Patung Saraswati di USA
Sore itu udara sedikit dingin, aku duduk di teras rumah dinasku sambil menikmati suara burung ciblek yang tergantung di depang garasi. Dua orang muridku menghampiri dan ikut menikmati suara burung itu. Kukatakan bahwa itu vurung kecil tetapi suaranya menjadi kelangenan banyak orang. Kukatakan kepada mereka mungkin seharusnya demikian pula umat Hindu di Indonesia, walau sedikit atau kecil dalam jumlah, aku harapkan dapat menjadi peneduh dalam hubungan antar umat,s erta berperan dalam membina kerukunan umat beragama.

Lalu meraka bercerita, bahwa mereka baru bangun karena semalaman ‘mekemit’ terkait dengan Perayaan Saraswati, serta pagi-pagi pergi mandi ke pantai. Lalu mereka ketiduran sehingga bangun-bangun sudah sore. Sepulang mereka dari makan di warung mampir ketempatku.

Yandana menceriterakaan tentang turunnya Ilmu Pengetahuan dikaitkan dengan perayaan Peringatan Saraswati, mereka masih hafal dengan simbuk Dewi Saraswati dengan apa saja yang dipeganggnya dalam stana Nya di atas tratai.

Lalu Delina menanyakan kepada ku, “Guru katanya, apakah Agama yang kita anut benar sebagai sumber ilmu pengetahuan, terutama ilmu yang sedang kami pelajari yang selalu terkait dengan fisika?” Ia memang semua mta kuliah inti yang mereka pelajari  di Kampusnya, mewajibkan mereka harus memahami proses fisika yang terkait dengan proses yang terjadi di dalam bumu, maupun di atas bumi di atmosfer.

Kukatakan mudahnya pertanyaan kalian itu mungkin “Apakah Hindu telah mempunyai pandangan jauh kedepan dalam ilmu pengetahuan yang tertuang dalam Weda sebagai pustaka sucinya?”

Nah terkait dengan ini Guru akan berikan dua contoh saja yang terkait dengan fisika, apakah Hindu itu telag futuristic?. Mungkin kalian masih ingat teori dualism cahaya yang pertama kali dikenalkah de Broglie itu.  Kita dapat memandang cayaya dalam dua konsep :

1.       Dapat memandangnya sebagai sebuah partikel. Yang terdiri dari doton fotom yang menjadi paket energy, dengan energy per foton sebagai energy kinetic patikel. Dalam hindu yang telah jauh sebelum teori partikel cahaya ini dikenalkan dikenal sebagai ‘bindu’ yang berarti tititk atau partikel;

2.    Dapat memandangnya sebagai gelombang elektromagnetik, yang membawa paket energy yang sangat tergantung dari frekuensi gelombang tersebuty. Karena terdiri dari berbagai gelombang maka ketika melewati prisema maka sinar putih akan diuraikan menjadi sinar atau gelombang merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu sebaia sinar pelangi yang kita kenal. Karena merupakan gelombang dengan panjang gelombang berbeda maka pembiasannya juga berbeda beda shingga kelihatan terurai. Dalam weda anggapan ini dikenal dengan anggapan bahwa cahaya itu merupakan “nada” atau gelombang.

Sehingga dari konsep dualisame cahaya ini dalam fisika kita kenal dengan : partikel dan gelombang; maka dalam weda jauh sebelumnya telah diungkapkan teori tersebut dengan konsep bindu dan nada. Dapat dikatakan bahwa weda berisikan ilmu pengetahuan yang sangat futuristic, yang belum terpikirkan manusa secara luas pada zamannya.

Demikian pula dikaitkan dengan ilmu meteorology, yang mengatakan bahwa proses hujan berawal dari penguapan air di permukaan , lalu mengalami proses konveksi naik ke atmosfer lalu mengalami pengembunan, terus turun sebagai hujan. Dalam weda dikatakan bahwa hujan terjadi karena adanya hisapan air laut –sebagai sumber penguapan utama- ke atmosfer, oleh pelang, sehingga terjadilah hujan. Weda telah menceritakan masalah ini dengan sangat sederhana sehingga mudah difahami oleh umat pada xamannya dulu.

Pelangi yang berwarna warni itu diibaratkan sebagai saluran air yang ditarik dari laut ke udara. Itu bentuk penyederhanaan dari proses penguapan dan konveksi. Itu sangat benar karena pelangi terjadi menadakan bahwa di langit kaya akan uap air yang sudah siap menjadi hujan. Sinar matahari akan melewati butiran butiran air di udara, atau mudahnya lapisan air sehingga terjadi disperse pembiasan sehingga gelombang putih cahaya matahari yang polykromatis diurai menjadi warna pelangi yang mempresentasikan gelombang gelombang dengan berbagai panjang gelombang pelangi. Disini ada siklus air yang sama yaitu laut-udara –hujan-bumi- laut. Penguapan-konveksi-pengembunan dan hujan dan seterusnya.

Proses fisis hujan telah dijelaskaan dengan sangat sederhana, logis dan mudah dipahami oleh orang awam. Tidak memerlukan penjelasan yang jlimer, seperti pelajaran Meteorologi Fisis, yang menjabarkannya dengan teori gas ideal, kemudian teori gravitasi dan berat butiran, yang dihitung diameternya sehingga memenuhi syarat turun sebagai hujan. Gebitu juga dalam praktek kita hanya mengukur suhu udara, dengan table penguapan atau titik embun kita tahu kapan udara jenuh dan memprediksikannya sebagai kapan akan hujan.

Sebenarnya masih banyak isi weda yang menjadi sumber ilmu pengetahuan, yang pada saat zaman turunnya weda tidak terpikirkan sampai kesana, seperti teori ledakan Lubang Hitamg, Big Bang  dalam pembentukan alam semesta kemudian diikuti dengan bergesernya cahaya ke arah gelombang panjang yang menyatakan bahwa alam raya ini mengembang, dan bila di inversikan akan kembali ke zaman saat pembentukannya. Ini oleh para ilmuwan yang dikatakan bahwa Hindu dengan wedanya sangat futuristic dalam ilmu pengetahuan.

Masih banyak lagi yang telah termuat dalam weda, terbuktikan oleh ilmu pengetahuan modern dengan berbagai macam penelitian semakin mengokohkan bahwa Weda sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan bila dikaitkan dengan peradaban manusia, sangat membantu manusia memahami, dan memecahkan masalah alam maupun masalah kehidupan. Sebagai ucapan terima kasih dan rasa syukurnya manusia dengan adanya ilmu pengetahuan yang telah dirurunkan Tuhan Yang Maha Kuasa melalu berbagai kitab suci berbagai agama, khususnya weda.  Peringatan Hari Saraswati merupakan  momentum yang tepat untuk umat Hindu selalu merefleksikan ilmu pengetahuan yang telah mereka dapat, yang telah mereka nikmati, dansadar tanggung jawabnya untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan ini

Untuk ini tidaklah berlenihan dikatakan bahwa kampus merupakan tempay menuntut dan mengemabngkan ilmu pengetahuan tersebut serta sebagai agen penyebaran ilmu pengetahuan itu di kampus saja, akan tetapi dalam kehidupan kampus yang lebih luas yaitu masyarakat. 

Hal tiu telah ditunjukkan dengan Tridharma perguruan tinggi, dengan : pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Yang perupakan sebuah proses penuntutan ( pencarian ) – pengembangan dan sosialisasi hasil-hasil yang diperoleh untuk kemaslahatan umat masyarakat.

Nah Yandana dan Delina, kalian mempunyai tugas yang cukup berat sebenarnya dikaitkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan ini, bersama warga kampus lainnya yang kerennya kita sebutkan sebagai civitas academica sebagai agent perubahan dalam ilmu pengetahuan, untuk mengisi spirit  Peringatan Hari Saraswati yang baru kalian laksanakan. Di pundak kalian ada tanggung jawab.'

Agama Hindu dengan Wedamya jauh sebelum zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini telah mengajarkannya demikian. Delina memotong ku: “ Jadi guru, weda itu bukan hanya sebagai referensi ilmu agama saja, tetapi weda juga sebagai seumber dari ilmu pengetahuan yang lain?”
Ya benar, coba kau lihat kembali sistematika atau kodifikasi weda, apa saja yang termuat didalamnya disana kalian akan mendapatkan jawabannya, bahwa weda merupakan sumber dari pengetahuan, termasuk didalamnya –agama, seni, filsafat dan ilmu-

Demikianlah ilmu itu seperti cakrawala yang kita lihat setiap kali ini, dia ada akan tetapi kalau kita kejar dia akan selalu menjauh. Jadi cakrawala dapat diibaratkan sebagai batas pengetahuan itu yang sangat semu, tidak ada batasnya. Jangan menyangka diri pintar, masih banyak yang peril dipelajari, diatas langit masih ada langit kataku.

Suara burung ciblek semakin menderu dan semakin ramai disahuti oleh burung ciblek tetangga, menyambut sandi kala, dan suara azan di masjid sebelah rumah sudah terdengar, kami bubaran ingin melepas sandikala dengan mantram Tris Sandya.

Om Canti, Canti, Canti Om.

Puri Gading, 9 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment