“APAKAH SAAT NYEPI KITA HARUS BERPUASA?”
Oleh : I Putu Pudja
Add caption |
Dalam perbincangan kami kali ini, seorang muridku bertanya beberapa hal
tentang Nyepi setelah aku ceriterakan bahwa untuk Nyepi 2014, menurut
keterangan Manajemen PLN Daerah Bali. Akibat kegiatan Nyepi PLN dapat menghemat
energi setara 12 M rupiah, jadi disamping merupakan ritual Hindu maka Nyepi
pada hakekatnya adalah penghematan. Itu baru kalau kita tinjau dari pengiritan
listrik, bagaimana dengan penghiritan BBM, akan jauh diatas itu akan didapat
angkanya. Sehingga dikaitkan dengan produksei COx di udara, pemanasan global
dan perubahan iklim Bali sudah sepatutnya mendapatkan kompensasi, dari dunia. Tidak
hanya apresiasi saja, seharusnya lebih dari itu, karena Bali telah melaksanakan
pengurangan COx sebagai gas rumah kaca di atmosfer.
Pertanyaan muridku sangat menggelitik, pikiranku. Pertanyaannya . “Guru,
apakah saat Nyepi. Kita wajib berpuasa. Tidak makan dan minum?”
Sungguh pertanyaan yang tidak aku duga, mengingat memang Guru tidak
pernah berpuasa sepanjang Nyepi. Kucoba menjawab dengan membuat dia tenang dan
tidak frontal bertentangan dengan apa yang banyak dilaksanakan ( mungkin
keliru) oleh umat Hindu.
Aku jelaskan. Sepanjang yang pernah Guru ketahui, baca maupun dengar,
bahwa pelaksanaan Nyepi itu pada puncak Hari Raya Nyepi, yang dilakukan adalah Catur
Tapa Brata, yaitu :
(1) amati geni, yaitu tidak
menyalakan api selama pelaksanaan nyepi. Termasuk tidak memasak karena
memerlukan api dalam proses memasaknya. Dikampung Guru masyarakat akan memasak
besar sehari sebelum Nyepi, mereka akan membuat entil, ketupat dengan bungkus
daun bambu, tapi sekarang mereka hanya membuat ketupat atau lontong karena
tidak akan basi untuk seharian. Mereka membuat lauk pauk yang awet untuk sehari
berikutnya seperti ayam atau bebek tim, rending, lindung goreng karena perayaan
Nyepi masih basah disawah sehingga lindung masih gampang didapat, dan memasak
kue-kue yang awet digunakan seharian tidak basi. Mereka beristirahat sehari dengan menikmati
apa yang telah disiapkan sehari sebelumnya, mereka seakan mendinginkan mesin ‘badan’
nya yang telah diajak bekerja selama setahun.
(2) amati karya. Nah ini yang disebutkan pada butir sebelumnya, mereka
istirahat kerja seharian, tidak melakukan apapun, lebih banyak di rumah atau
berkumpul di batas desa, disungai dan lain seabaginya, makanya di daerah kami
saat nyepi yang ramai justru di tepian sungai, di pingiran hutan, ditempat yang
biasanya jarang dikunjungi. Jadi persiapan tidak kerja ini lah mereka memasak
sehari sebelumnya sehingga mereka memerlukan persiapan logistic sehari
sebelumnya.
(3) amati lelungaan. Dengan tidak melalukuan perjalanan jauh, terutama
melintasi kampong lain, tidak boleh mengendarai kendaraan, sehingga kalau ada
keperluan mendesak seperti menengok air sawah agar tidak kekeringan, maupun
bertandang ke rumah muda –bagi ibu-ibu- dilakukan dengan berjalan kaki, dengan
pergi sendirian. Tidak boleh berjalan beriringan, dan
(4) amati lelanguan . Tidak melaksanakan hiburan, dandan berlebihan,
bersolek. Banyak daerah mengartiaknnya lebih luas.
Jadi jelas disana tidak ada tertera harus berpuasa. Nah intinya Nyepi itu
adalah introspeksi, terhadap mesin tubuh kita, merenungkan apa yang telah kita
pikirkan, apa yang telah kita ucapkan dan apa yang telah kita perbuat apakah
masih mempunyai saldo positif ataukah negative, Karena sejatinya kehidupan ini
seharusnya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun seharusnya menuju kepada hal
yang lebih baik, atau ke arah meningkatkan saldo positifnya. Kita memberikan
upaya rehat, untuk merehatkan tubuh ini yang sudah kita ajak berjuang selama
setahun.
Jadi dalam Catur Tapa Brata itu tidak ada dikatakan kita harus puasa.
Tapi bagi rekan-rekan atau kalian yang melaksanakannya tidak juga dilarang.
Kita harus tidak melebih-lebihkan apa yang harus kita lakukan. Menurut guru
laksanakanlah apa yang telah tersurat dalam Catur Tapa Brata, tidak harus
melebih lebihkan, tidak harus ngarang ngarang, Jangan jangan untuk berikutnya
semua orang akan bebas menterjemahkannya sehingga hakekat utamanya ditinggalkan
menjadi bias dari spririt dari nyepi aslinya.
Saran guru, silahkan kalian melaksanakan ibadah sesuai denagn tuntutan
dan tuntunan, jangan ikut-ikutan ngarang, karena sejatinya agama itu membuat
hidup dan kehidupan kita nyaman tidak merasa di dikte, dipaksa harus ini harus
itu. Ingat ada istilah desa-kala-patra, sesuaikan lah apa yang kalian
laksanakan dengan tempat dimana kalian berada; kala, sesuaikan dengan waktunya;
serta patra, yaitu situasi dan kondisi setempat sehingga tidak terjadi
benturan, baik dengan pikiran kita sendiri, dengan orang lain baik seumat
maupun dangan umat lainnya.
Jadi tidak ada keharusan atau kewajiban berpuasa guru? Tanyanya lagi.
Ku jelaskan kembali kalian coba resapi kembali apa yang guru katakan tadi
sebagai Catur Tapa Brata. Tapi kalau kalian telah niat berpuasa dan bukan
karena ditentukan orang lain, organisasi, dan lain sebagainya lakukanlah dengan
niat, laksanakan sebagai ibadah dengan tidak mengajak atau memaksakan kepada
orang lainnya.
Laksanakanlah ibadah sesuai dengan yang biasa di daerah kalian lakukan,
sesuai dengan runtunan kitab suci, sehingga kalian tidak terjebak oleh ajakan,
atau niat orang lain. Berpuasa tidak dilarang kapanpun kalian mau, karena
berpuasa termasuk latihan fisik, latihan mental dan bathin. Hanya guru
sampaikan jangan sampai memaksakan diri, dan jangan memaksakan orang lain.
Om Canti Canti Cabti Om, semoga damai dihati, damai di dunia dan damai
selalu…….
========================================================================
Puri Gading Mediao April 2014
========================================================================
Puri Gading Mediao April 2014
No comments:
Post a Comment