PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Saturday, March 8, 2014

Perbincangan-8 SIFAT MANUSIA



“SIFAT MANUSIA”

Oleh : I Putu Pudja

Di Bale Bengong (www.google.com)
Om Suastiastu,  kuucapkan kepada mereka yang sedang berkerumun di Ba;e Nemgong . Merakapun menjawabnya dengan panganjali yang sama.

Leyika itu kuingat hari usdah sianga. Anak-anakku sedang bergerombol di Bale Bengongm rupanya mereka mendapatkan libur hari itu, karena memang kalender berwarna merah, bertepatan dengan pilkada di daerah dimana sekolah itu berada. Siang itu aku ikut duduk duduk di Balai Bengong mengikuti perbincangan mereja tentang sekolah mereka terutama tentang dosen mereka yang mahal senyumlah, dosen mereka yang kecentilanlah, dosen yang jaim dan lain sebagainya. Terus ku katakan kepadanya bahwa, menjadi seorang guru  tidaklah mudah.


Sebaik-baiknya guru, dan sebijaksana apapun yang dia lakukan pasti ada diantara anak didik mereka tidak menyenanginya. Entah gayanya, entah penilaian saat ujian yang diberikan, dan entah apa saja yang bisa menjadikan sang guru mendapat penilaian negative dan tidak disukai. Memang begitulah nasig sang guru. Teruskan saja obrolannya jangan berhenti, dengan kehadiranku, katau kepada mereka.

Semua orang itu mempunyai keunikan tersendiri kataku. Bagaimanapun seorang murid harus menghormati gurunya, karena seorang guru mempunyai tugas mulia, yaitu mentransfer  ilmu pengetahuan, moralitas, kebaikan serta pengalamannya kepada para muridnya.  Kalian ingat Catur Guru, tanyaku. Merakapun serentak menjawab:" masih guru."

Kemudian tahukan kalian bahwa setiap orang itu unik, dan mempunyai sifat masing-masing yang sulit disamakan satu sama lainnya. Kataku kepada mereka.

Muridku Anna menjawab : Menurutku semua orang itu mempunya sifat baik, atau buruk, hanya saja mana yang dominan, satu dengan yang lainnya. Itu akan melekat menjadi predikat nya sehari-hari. Si Anu baik, si Ani buruk dan seterusnya.

Benar kataku kalau kita hanya memandangnya dari rwabhineda, dua sisi yang saling berlawaban. Sama dengan hitam-putih, siang- malam, kaya-miskin, laki-perempuan dan lain sebagainya.

Seorang murid menginterupsinya: Bagaimana dengan yang ambigu guru, Maksudku seperti perbedaan Ramayana dengan Mahabharata. Dimana Ramayana dalam kisahnya hanya menggambarkan baik dan buruk, kebaikan harus berada di atas yang buruk. Tanpa kompromi yang buruk akan tetap buruk. Namun dalam Mahabharata, memang ada oengecualian demi untuk alasan yang lebih besar kita boleh melakukan pelanggaran terhadap ajaran kebaikan.

Nah hampir seperti tiu kataku, sifat manusia memang demikian. Di dalam weda dikatakan bahwa sifat manusia itu sebagai Tri Guna, atau tiga sifat yaitu :

  1. Sifat kebaikan ( satwam). Sifat ini akan membuat kalian damai dan bahagia. Kalian tidak merugikan orang lain, dan senang memnuntut ilmu termasuk belajar dharma, atau agama, kalian akan tetap berpedoman pada darma.
  2. Sifat Nafsu (Rajas), sifat ini akan membawa kalian  dominan pada sifat serakah terhadap kekayaan, kekuasaan. Kalian akan terobsesi terhadap artha dan kama, yaitu kekayaan material, dan kepuasan akan pemenuhan nafsu ( kama), dengan mengabaikan ajaran dharma. Semua yang dilakukan hanya untuk pemuasan artha dan kama saja.
  3. Sifat kebodohan (Tamas), sifat yang mengungkung kalian dalam kebodohan, kalian dibutakan hatinya tidak bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, benar dan salah, dan akan melakukan tindakan dosa dan terlarang.
Semuanya itu diuraikan dengan jelas dalam Bagawadgitta sloka  14.5-9

Apakah ketiga sifat itu mempengaruhi kita, atau kita miliki Guru, karena menurutku itu dapat dimiliki oleh semua orang Tanya seorang muridku.

Pertanyaan Bagus anakku. Memang benar ketiga sifat itu dimiliki oleh semua orang, hanya dengan fikiran, dengan nalar, dan dengan emosinya setiap orang hendaknya dapat mengendalikannya sehingga menonjol sifat kebaikan, dan meredam sifat kebodohan, serta mengelola sifat nafsu untuk dijalankan pada jalan dharma anakku.

Nah semuanya itu menuntut kearifan kalian. Apakah kalian mampu mengendalikan diri, karena semuanya itu merupakan anugrah Tuhan, dan kita ditugaskan untuk mengelolanya dengan baik, agar tujuan pembebasan atau mokhsa yang menjadi tujuan kalian dalam hidup ini dapat tercapai (BG.14-20).

Kala kita telah dapat mengatasi ketiga sifat itu, kita dapat memperlakukan semua orang sama dengan kita (Tatwamasi) memperlakukan diri sendiri, dalam melepaskan diri dari rasa senang dan sakit, dapat melepaskan diri dari rasa kegagalan dan kesuksesan, niscaya kalian hanya akan membutuhkan Tuhan.

Seorang muridku nyeletuk, berarti sangat sulit mengendalikan sifat-siafat itu dalam diri kita, Guru. Katanya. Iya memang semuanya itu perlu latihan dan perlu usaha yang sungguh sungguh. Karena memang itu sifat manusia yang dianugrahkan Tuhan pada manusia, yang patut disyukuri dan di kelola oleh manusia itu sendiri secara pribadi dengan sangat bijaksana.

Kalian bisa melakukan benchmark. Pada pengaruh sifat mana kalian berada, apakah sifat kebodohan, nafsu atau kebaikan, maka kalianlah yang paling tahu. Perlu ada usaha kalian untuk hijrah, untuk move on. Kalau kalian berada dalam sifat kebodohan, dengan kemalasan, cepat tinggalkan lakukan kewajiban kalian, terutama belajar dalam era brahmacari ini. Jangan tunda-tunda waktu lakukan sekarang juga sehingga kalian cepat sampai pada sifat kebaikan dengan mereduksi sifat kebodohan itu.

Kalian tetap harus memiliki  nafsu, nafsu mengejar jadi juara dan lain sebagainya nafsu berprestasi. Dengan mengelola sifat rajas, tapi tetap di dalam koridor dharma. Karena tanpa sifat itu kalian akan menjadi anak yang tidak mempunyai jiwa kompetitip, berkompetisi menjadi yang terbaik, menjadi yang berprestasi terbaik diantara kaian.

Sama dengan pemberian Tuhan yang lainnya, yang diberikan sebagai assesori manusia ketiga sifat tiu pasti akan ada gunanya dalam kehidupan kalian, akan tetapi kalian harus bisa mengelolanya, bisa segera hijrah tidak berlama lama di dalam satu sifat yang merugikan hidup kalian.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Puri Gading, Minggu pagi di awal Maret 2014

No comments:

Post a Comment