“ Budaya Belajar dan Etos Kerja”
Oleh : I Putu Pudja.
Belajar ,Bekerja dan berdoa (www.google.com) |
Kutinggalkan sejenak, biar mereka
dapat membaca dengan tenang dan mendiskusikan bersama teman-teman mereka. Sloka
yang aku bagikan tersebut kuambilkan dari Chandogya Upanisad, Yayurweda, dan Atharwaweda . Yang kira-kira kalau di
terjemahkan artinya sebagai berikut :
Setelah kalian baca sloka-sloka itu anakku, kita coba bahas kalimat perkalimat, kita mulai dari kutipan dari Chandogya Upanisad. Kalimat pertama mengingatkan kembali kepada kita bahwa kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam kehidupannya di dunia ini sebenarnya sangat berat kalau dipandang berat, akan tetapi sangat ringan juga bila kita laksanakaan dengan keikhlasan. Weda menuntuk kita selalu mempelajari dan mengamalkan weda untuk berkorban dengan ikhlas. Untuk tiu kita dituntut untuk selalu menuntut ilmu tentang dharma , tentang alam maupun tentang kehidupan ini. Nah semuanya itu intinya telah terangkum lengkap dalam weda, sehingga secara sederhana dikatakan belajarlah weda, niscaya hidupmu akan rela berkorban dan berdana punia (bersedekah).Chandogya Upanisad XXIII.1 :“Ada tiga hal yang harus dilakukan manusia yaitu: (1) berkorban, mempelajari Weda, dan Berdana (Punya)” ; (2) bertapa merupakan kewajiban yang kedua, dan (3) hidup berumah tangga dengan berlandaskan weda. Semuanya akan membawa kebajikan kepada dunia, ia yang tetap berdoa akan mencapai kesempurnaan.Yayurweda XI.2 :“Orang seharusnya suka hidupdidunia ini, dengan melakukan kerja keras selama seratus tahun. Tidak ada cara lain bagi keselamatan seseorang. Suatu tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak melakukannya sebagai keterikatan keterikatan”.Atharwaweda XX.18.3:“Para Dewa menyukai orang-orang yang bekerja keras. Para Dewa tidak menyukai orang yang menggampangkan dan bermalas-malasan. Orang-orang yang selalu waspada mencapai kebahagiaan yang agung.
Setelah itu baru kalian belajar
bertapa anakku. Bertapa disini bukan berarti kalian harus kehutan seperti
cerita zaman dulu. Disini bisa kita artikan bahwa bertapa ini adalah cara atau
suatu keadaan untuk menahan diri, untuk bersabar, karena itu semuanya perlu
proses. Menahan diri melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa, menahan diri
untuk tidak terjerumus kepada hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan
lains ebagainya. Aku kira engkau sudah bernjak dewasa pasti tahu maksudku.
“Ya Guru salah satunya
melaksanakan tugas dan kewajiban kita melewati tahapan brahmachari ini guru”
Sahut salah satu muridku. “Ya itu salah satunya, berarti kau masih ingat bahwa
setiap tahapan kehidupan kita yang ditahapkan dalam catur asrama kalian masih
ingat. Terima kasih kalian masih mengingatnya.
Kemudian kita diwajibkan untuk hidup berumah tangga, membangun keluarga yang bahagia yang laian idam-idamkan. Weda mendoakan bila itu yang kalian laksanakan niscaya akanmembawa kebajikan didunia ini. Dan yang tidak kalah penting lagi, betatapun kehidupan kalian hendaknya jangan lupa berdoa. Karena orang-orang yang berdoa dijannjikan kesempurnaan olahNya.
Pada Sloka selanjutnya kita
diingatkan bahwa kita harus selalu mensyukuri kehidupan kita, suka dengan
kehidupan kita yang harus kita isi dengan bekerja, karena cara itu merupakan
cara yang akan menyelamatkan kalian. Tuhan tidak ‘senang’ menyaksikan umatnya
bermalas-malasan, terlalu mementingkan diri sendiri dan dalam bekerja selalu
terikat dengan hasil.
“Masak guru kita tak boleh
mementingkan diri sendiri” celetuk seorang muridku lagi walau dia berbisik
tetapi aku dengar dengan jelas. “Tentu boleh, mementingkan diri sendiri”
kataku. Manusia itu memang makhluk yang egois, boleh mementingakn diri sendiri,
bahkan salah bila kita mementingkan orang lain dengan mengabaikan diri sendiri.
Berdosa kita terhadap diri kita sendiri. Akan tetapi terlalu mementingkan diri
sendiri itu tidak boleh. Kan dalam sloka pertama sudah dikatakan bahwa kita
tidak hidup sendiri, sehingga kita diwajibkan juga untuk berkorban dan berdana
punya, untuk melengkapi dharma kita menuju kesempurnaan.
“Bagaimana, kalian setuju”
kataku. Dengan serentak mereka mengatakan “Setujuuuuuuuuuuu”.
Bahkan Tuhan – melalui sinarnya
para Dewa - sangat senang melihat kita yang bekerja keras. Dan tidak senang
melihat umatnya yang selalu menggampangkan masalah dengan bermalas-malasan.
Tuhanpun mengganjar kesempurnaan terhadap umatnya yang selalu eling lan
waspada, yang selalu ingat dengan Nya, dan selalu hidup dengan kehati-hatian.
Nah sudah panjang lebar aku
uraikan makna ketiga sloka yang kukutip itu, intinya sebenarnya sangat ringkas
bila dikaitkan dengan kalian yang sedang menuntut ilmu anakku. Tentu juga untuk
tahapan manusia dalam tahapan lain secara catur asrama. Artinya menurut Guru,
itu mengingatkan kalian agar memiliki :
- Budaya belajar –budaya akademik- Belajarlah seumur hidup kalian ilmu , baik ilmu agama, ilmu pengetahuan maupun teknologi agar kalian bisa berbagi kepada sesame secara ikhlas. Kalian dapat berbagi secara ‘non material’ berupa ilmu, pendapat, nasehat dan lains sebagainya, juga dapat berbagi dalam bentuk ‘material’ berdana punya. Namun Guru ingatkan hendaknya itu dilakukan dengan tulus ikhlas.
- Budaya Kerja atau Etos kerja. Guru percaya bahwa kalian sekolah ini pasti akan menginginkan kerja. Tuhan mengingatkan kalian melalui weda bekerjalah dengan giat sepanjang hidup kalian, isi hidup dengan kerja yang bermanfaat. Kerjalah dengan tidak menjadikan hasil itu suatu tujuan, tetapi menjadikan kerja itu sebagai sudatu ibadah, ‘ngayah’ anakku. Jadi hidup ini adalah ‘ngayah’ atau ibadah. Dengan demikian hasil yang kalian dapatkan dari berkerja itu akan menjadi berkah buat kehidupan kalian semuanya. Tuhan telah menjanjikan hasil dari setiap kerja kita berupa pahala, sehingga hendaknya dalam bekerja nantinya –atau dalam bekerja , untuk yang sudah bekerja, karena muridku beberapa sudah berstatus PNS- selalu disertai dengan konsep ibadah. Jangan menakar kerja dengan hasil yang diperoleh. Bekerjalah dengan giat, milikilah etos kerja yang baik, yang bermanfaat bagi perusahaan, organisasi, atau instansi dimana kalian kerja, dan bermanfaat bagi diri kalian tentunya.
“Nah bagaimana, apa kalian faham”
tanyaku. Merekapun menyahut dengan “ faham Guru”. Untuk kali ini guru masih ada sedikit yang perlu guru selesaikan
dan hari sudah beranjak malam, kita sudahi perbincangan kita malam hari
ini. Mari kita tutup dengan prama shanti
“Om Shanti, Shanti, Shanti Om” Terima kasih anak-anakku. Semoga Tuhan memberkatimu.
==Galang Kangin di Pondok Betung, 21 Pebruari 2014===
No comments:
Post a Comment