PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Friday, February 28, 2014

Perbincangan-7 Budaya Belajar dan Etos Kerja



“ Budaya Belajar dan Etos Kerja”
Oleh : I Putu Pudja.

Belajar ,Bekerja dan berdoa (www.google.com)
Saat itu aku bawakan sloka-sloka yang aku harapkan menjadi motivasi mereka dirantauan dalam menuntut ilmu. Seperti biasa setelah mereka duduk bersama, ber Tri Sandia sebagai awal pertemuan, aku minta copian itu dibagikan. Kuminta mereka membacanya dengan cermat, apa sebenarnya makana dan maksud dari sloka tersebut. Terutama untuk kalian yang sedang menuntut ilmu kukatakan saat itu.
Kutinggalkan sejenak, biar mereka dapat membaca dengan tenang dan mendiskusikan bersama teman-teman mereka. Sloka yang aku bagikan tersebut kuambilkan dari Chandogya Upanisad, Yayurweda, dan  Atharwaweda . Yang kira-kira kalau di terjemahkan artinya sebagai berikut :
 Chandogya Upanisad XXIII.1 :
“Ada tiga hal yang harus dilakukan manusia yaitu: (1) berkorban, mempelajari  Weda, dan Berdana (Punya)” ; (2)  bertapa merupakan kewajiban yang kedua, dan (3) hidup berumah tangga dengan berlandaskan weda. Semuanya akan membawa kebajikan kepada dunia, ia yang tetap berdoa akan mencapai kesempurnaan.
Yayurweda XI.2 :
“Orang seharusnya suka hidupdidunia ini, dengan melakukan kerja keras selama seratus tahun. Tidak ada cara lain bagi keselamatan seseorang. Suatu tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak melakukannya  sebagai keterikatan  keterikatan”.
Atharwaweda XX.18.3:
“Para Dewa menyukai orang-orang yang bekerja keras. Para Dewa tidak menyukai orang yang menggampangkan dan bermalas-malasan. Orang-orang yang selalu waspada mencapai kebahagiaan yang agung.
Setelah kalian baca sloka-sloka itu anakku, kita coba bahas kalimat perkalimat, kita mulai dari kutipan dari Chandogya Upanisad.  Kalimat pertama mengingatkan kembali kepada kita bahwa kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam kehidupannya di dunia ini sebenarnya sangat berat kalau dipandang berat, akan tetapi sangat ringan juga bila kita laksanakaan dengan keikhlasan. Weda menuntuk kita selalu mempelajari dan mengamalkan weda untuk berkorban dengan ikhlas. Untuk tiu kita dituntut untuk selalu menuntut ilmu tentang dharma , tentang alam maupun tentang kehidupan ini. Nah semuanya itu intinya telah terangkum lengkap dalam weda, sehingga secara sederhana dikatakan belajarlah weda, niscaya hidupmu akan rela berkorban dan berdana punia (bersedekah).

Setelah itu baru kalian belajar bertapa anakku. Bertapa disini bukan berarti kalian harus kehutan seperti cerita zaman dulu. Disini bisa kita artikan bahwa bertapa ini adalah cara atau suatu keadaan untuk menahan diri, untuk bersabar, karena itu semuanya perlu proses. Menahan diri melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa, menahan diri untuk tidak terjerumus kepada hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan lains ebagainya. Aku kira engkau sudah bernjak dewasa pasti tahu maksudku.

“Ya Guru salah satunya melaksanakan tugas dan kewajiban kita melewati tahapan brahmachari ini guru” Sahut salah satu muridku. “Ya itu salah satunya, berarti kau masih ingat bahwa setiap tahapan kehidupan kita yang ditahapkan dalam catur asrama kalian masih ingat. Terima kasih kalian masih mengingatnya.

Kemudian kita diwajibkan untuk hidup berumah tangga, membangun keluarga yang bahagia yang laian idam-idamkan. Weda mendoakan bila itu yang kalian laksanakan niscaya akanmembawa kebajikan didunia ini. Dan yang tidak kalah penting lagi, betatapun kehidupan kalian hendaknya jangan lupa berdoa.  Karena orang-orang yang  berdoa dijannjikan kesempurnaan olahNya.

Pada Sloka selanjutnya kita diingatkan bahwa kita harus selalu mensyukuri kehidupan kita, suka dengan kehidupan kita yang harus kita isi dengan bekerja, karena cara itu merupakan cara yang akan menyelamatkan kalian. Tuhan tidak ‘senang’ menyaksikan umatnya bermalas-malasan, terlalu mementingkan diri sendiri dan dalam bekerja selalu terikat dengan hasil.

“Masak guru kita tak boleh mementingkan diri sendiri” celetuk seorang muridku lagi walau dia berbisik tetapi aku dengar dengan jelas. “Tentu boleh, mementingkan diri sendiri” kataku. Manusia itu memang makhluk yang egois, boleh mementingakn diri sendiri, bahkan salah bila kita mementingkan orang lain dengan mengabaikan diri sendiri. Berdosa kita terhadap diri kita sendiri. Akan tetapi terlalu mementingkan diri sendiri itu tidak boleh. Kan dalam sloka pertama sudah dikatakan bahwa kita tidak hidup sendiri, sehingga kita diwajibkan juga untuk berkorban dan berdana punya, untuk melengkapi dharma kita menuju kesempurnaan.
“Bagaimana, kalian setuju” kataku. Dengan serentak mereka mengatakan “Setujuuuuuuuuuuu”.

Bahkan Tuhan – melalui sinarnya para Dewa - sangat senang melihat kita yang bekerja keras. Dan tidak senang melihat umatnya yang selalu menggampangkan masalah dengan bermalas-malasan. Tuhanpun mengganjar kesempurnaan terhadap umatnya yang selalu eling lan waspada, yang selalu ingat dengan Nya, dan selalu hidup dengan kehati-hatian.

Nah sudah panjang lebar aku uraikan makna ketiga sloka yang kukutip itu, intinya sebenarnya sangat ringkas bila dikaitkan dengan kalian yang sedang menuntut ilmu anakku. Tentu juga untuk tahapan manusia dalam tahapan lain secara catur asrama. Artinya menurut Guru, itu mengingatkan kalian agar memiliki :

  • Budaya belajar –budaya akademik- Belajarlah seumur hidup kalian ilmu , baik ilmu agama, ilmu pengetahuan maupun teknologi agar kalian bisa berbagi kepada sesame secara ikhlas. Kalian dapat berbagi  secara ‘non material’ berupa ilmu, pendapat, nasehat dan lains sebagainya, juga dapat berbagi dalam bentuk ‘material’ berdana punya. Namun Guru ingatkan hendaknya itu dilakukan dengan tulus ikhlas.      
  • Budaya Kerja atau Etos kerja. Guru percaya bahwa kalian sekolah ini pasti akan menginginkan kerja. Tuhan mengingatkan kalian melalui weda bekerjalah dengan giat sepanjang hidup kalian, isi hidup dengan kerja yang bermanfaat. Kerjalah dengan tidak menjadikan hasil itu suatu tujuan, tetapi menjadikan kerja itu sebagai sudatu ibadah, ‘ngayah’ anakku. Jadi hidup ini adalah ‘ngayah’ atau ibadah. Dengan demikian hasil yang kalian dapatkan dari berkerja itu akan menjadi berkah buat kehidupan kalian semuanya. Tuhan telah menjanjikan hasil dari setiap kerja kita berupa pahala, sehingga hendaknya dalam bekerja nantinya –atau dalam bekerja , untuk yang sudah bekerja, karena muridku beberapa sudah berstatus PNS- selalu disertai dengan konsep ibadah. Jangan menakar kerja dengan hasil yang diperoleh. Bekerjalah dengan giat, milikilah etos kerja yang baik, yang bermanfaat bagi perusahaan, organisasi, atau instansi dimana kalian kerja, dan bermanfaat bagi diri kalian tentunya.
“Nah bagaimana, apa kalian faham” tanyaku. Merekapun menyahut dengan “ faham Guru”. Untuk kali ini guru  masih ada sedikit yang perlu guru selesaikan dan hari sudah beranjak malam, kita sudahi perbincangan kita malam hari ini.  Mari kita tutup dengan prama shanti “Om Shanti, Shanti, Shanti Om” Terima kasih anak-anakku.  Semoga Tuhan memberkatimu.
==Galang Kangin di Pondok Betung, 21 Pebruari 2014===

No comments:

Post a Comment