PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, February 12, 2014

Perbincangan-5-DICIPTAKAN DAN DIBERIKAN “NYA” MANUSIA KEBEBASAN MEMILIH



“DICIPTAKAN DAN DIBERIKAN “NYA” MANUSIA KEBEBASAN MEMILIH”

Oleh : I Putu Pudja

Dalam percakapan berikutnya kami akan kutipkan dari perkulihanan yang membahas masalah manusia sebagai sentral dalam beragama. Guru ingat ada seorang taruna –begitu tempakku memberikan kuliah menyebut mahasiswanya- tapi agar lebih umum dan tidak bersifat ekslusif kusebut saja muridku memberikan pertanyaan. Kira-kita pertanyaannya begini:
Murid A : “Mohon ijin Guru, aku mau menanyakan sesuatu yang kelihatannya tidak jauh menyimpang dari topic yang kita bahas sejak minggu lalu, yaitu mengenai manusia. Kenapa manusia dianggap sangat beruntung dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa”.
Seperti biasa tidak langsung Guru jawab, tapi dilempar kembali ke rekan-rekan mereka murid lainnya untuk memberikan respons. Kami persilahkan untuk murid yang lain memberikan jawaban:
Murid B : “ Menurut saya, memang manusia itu sangat beruntung karena merupakan makhluk yang paling sempurna dibandaingkan dengan makhluk lain ciptaan Nya yang lain”
Masuk akal dan bisa diterima, silahkan murid lainnya memberikan tanggapan pintaku.
Murid C : “ menurut saya manusia diberikan atau dilengkapi Tuhan Yang Maha Kuasa dengan akal fikiran, bisa memilih yang baik maupun menolak yang dia tidak senangi, kalau dibandingkan dengan makhluk lainnya”
OK semua jawaban kalian masuk akal dan bisa diterima akan tetapi akan lebih sempurna lagi bila kita lihat beberpa bandangan atau penamaan terhadap manusia itu sendiri.
Dalam Hindu, kata manusia berasal dari Bahasa Sansekerta, manu dan sya . Manu berarti pikiran dan sya menunjukkan bentuk genetif. Jadi dapat kita katakana bahwa manusia itu adalah Ia yang memiliki pikiran, atau ia yang berfikir. Yang sudah disampaikan oleh salah satu murid tadi. Yang memjadi kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya ia memiliki fikiran yang dapat membedakan yang baik dengan yang buruk.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat seorang filsup Rene Descartes, dengan pernyataannya tentang eksistensi manusia “cogito ergo sum” yang artinya kira-kira saya berfikir maka saya ada. Secara berseloroh kukatakan kalian tidak boleh mengatakan bahwa orang yang tidak punya fikiran itu secara otomatis “bukan manusia”.
Pandangan ini juga sejalan dengan nama latin manusia dalam biologi, yang disebut sebagai homo sapiens, yang artinya adalah makhluk yang mempunyai akal fikiran. Disini ada persamaan pandangan dan pendapat antara pandangan agama, filsup , maupun ilmu pengetahuan tentang manusia. Yang menunjukkan kembali bahwa para filsup, ulama merupakan peneliti-peneliti tangguh dalam menyempurnakan ilmu pengetahuan ini.
Jadi ketiga pendapat kalian dapat Guru katakan bahwa sebagai pendapat  bisa saling melengkapi. Lebih lanjut tentang manusia ini di Bagawadgitta disebutkan dalam proses penciptaannya manusia sebagai berikut.
Bhagawadgitta III.10 bila di terjemahkan artinya sebagai berikut :
“Dahulu kala Ida Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan manusia dengan jalan Yadnya, dan bersabda : dengan ini engkau akan berkembang dan mendapatkan khamaduk –kebahagiaan- sesuai dengan keinginanmu”.
Jadi dapat kita katakana bahwa manusia itu sangat mulia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dengan yadnya, sehingga kita sepatutnya terus bersyukur kepadanya karena telah diciptakanNya dengan Yadnya dengan tulus ikhlas dan tujuan mulia untuk berkembang biak. Manusia diberikan kebebbasan untuk mecapai kebahagiaannya sendiri-sendiri, sehingga persepsi bahagia menjadi sangat banyak, namun apapun pilihan kita menuju kebahagiaan itu hendaknya kita telah mengetahui konskuensinya, termasauk dampak karmaphala yang ditimbulkannya.
Mengenai manusia itu dapat pula kita simak dalam Sarasamuccaya I. 2, yang bila kita terjemahkan isinya sebagai berikut :
“Dari sedemikian banyak makhluk hidup, yang dilahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat baik dan buruk, mempunyai kemampuan untuk melebur perbuatan buruk kedalam perbuatan baik, demikianlah pahalanya menjadi manusia”.
Dalam sloka ini disebutkan dengan gambling bahwa dilahirkan sebagai manusia, kita  sangat beruntung karena diberikan kebebasan untuk memilih apakah kita akan berbuat baik, atau berbuat buruk, tentunya dengan segala konsekuensinya yang telah sama-sama kita ketahui. Kita diberikan jalan atau melakukan upaya melebur perbuatan buruk agar menjadi perbuatan baik –diantaranya dengan insyap, sadar dan bertobat, maupun dengan reinkarnasi-. Yang intinya pilihan ada pada kita sendiri apakan mau baik apakah mau buruk, tentu kita telah mengetahui konsekuensinya. Namun bila kita tetap ingin mempertahankan kebaikan atau bahkan meningkatkan kebaikan maka tidak ada jalan lain yang harus kita pilih kecuali tetap berjalan dalam koridor ajaran dharma yang kita yakini.
Tuhan telah menciptakan kita dengan memberikan pilihan. Terserah anda mau memilih yang mana tentu telah menjadi pergulatan, perenungan spiritual yang panjang.
Pondok Betung, mediao Pebruari 2014.

==352==

No comments:

Post a Comment