"SARWA PRANI
HITANGKARAH"
Oleh : I Putu Pudja
Seperti biasa mereka memulai
perkuliahan hari itu, dengan melaksanakan puja trisandya dipinpin secara
bergiliran, kali ini muridku tidak begitu banyak, hanya delapan orang, dengan
jumlah laki – perempuan yang seimbang 4
: 4. Kedanku mereka sudah sangat maju bila dibadingkan saat aku SMA dulu,
mereka sudah pawai dengan melakukan maupun mempersiapkan sebuah presentasi.
Sehabis melakukan puja tri
sandya, kutanyakan kepada mereka untuk pembuka diskusi hari itu. Dengan
mengajak mereka mengingat apa yang mereka lantuntak selama puja Tri Sadya.
Kutanya begono, menurut saudara apakah saudara sebagai umat Hindu melakukan Tri
Sandya itu: (1) semata-mata untuk diri sendiri, (2) apakah umat Hindu itu juga
mendoakan kesejahteraan semua makhluk?.
Kulihat mereka terhenyak dengan
pertanyaan itu, mereka saling pandang satu dengan lainnya. Tetapi kuperilahkan
untuk berfikir tenang dan mengingat kembali bait-bait Tri Sandya untuk mencari
jawabannya itu. Kuperingatkan jangan sampai tiap hari melakukan puja Tri Sandya
hanya hafal melantunkannya saja, akan tetapi harus mengerti dan meresapi makna
ataupun arti yang kita panjatkan melalui doa tersebut.
Kuselingi dengan mengingatkan
sejatinya doa itu kan hanya ada 3-4 tahapan, yang mempunyai makna tidak jauh
berbeda antara satu dengan lainnya, yang secara umum aku katakana kemerka bahwa
: Doa kita itu kan intinya kita menunjukkan bakti kita ke pada Tuhan Yang Maha
Esa, dengan rangkaian bersaksi bahwa kita masih melakukan kewajiban yang di
wajibkan, kita memohon ampunan terhadap dosa dan kesalahan-kesalahan kita
karena kita sadar sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, memohon agar
kita dilindungi dari segala macam mara bahaya dan mala petaka, memohon anugerah
kesejahteraan-sebagai muara dari pekerjaan, belakar, dan intinya mohon
dianugrahi rahmat dan karunianya, dan terakhir kita selalu mengucapkan puji
syukur dan terima kasih kita sebagai umat yang memujanya.
Kemudia bagai mana pendapat
kalian tentang apa yang Guru tanyakan tadi, kataku.
Murid A.: “menurut saya pak, umat
hindu itu egois. Melakukan tri sandya untuk diri sendiri, karena itu merupakan
kewajiban personal”
Guru : “benar, hanya kalian
belum masuk ke sebuah bait dalam tri sandya yang menyatakan bahwa kita tidak
egois”.
Murid B : “saya setuju pak bahwa urusan dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa itu
adalah urusan pribadi, sambungnya sehingga dalam urusan dosa dan pahala kita
sangat personal”.
Guru : benar, tapi tidak benar sekali, dan tidak
nyambung dengan konteks pertanyaan Guru. Kalian telah melupakan reinkarnasi,
kita sebenarnya tidak individu, bisa menjadi beberapa individu hanya dalam
inkarnasi yang berbeda.
Kutambahkan lagi kalian sudah
melupakan Panca Sradha, lima keyakinan kita lima yang mendasari iman kita
sebagai umat Hindu, yaitu : Brahman, Atman, Reinkarnasi, Karmaphala dan Mokhsa.
Demikian pula dalam melaksanakan Pitra Yadnya, apakah kita hanya incividualis
tidak mendoakan para leluhur kita, dalam rsi Yadnya apakah kita tidak
mengucapkan terima kasihd an mendoakan oara Rsi kita agar medapatkan mokhsa.
Nah kalau kalian simak salah satu
saja Guru sebutkan rangkaian kata “Sarwa prani Hitangkarah” dalam salah satu bait Tri Sandya. Bukan kah
tiap kita menguncarkan atau melafalkan Tri Sandya kita memohon kesejahteraan semua
makhluk. Memohon tiga kali sehari kepada Ida Sang Hyang Widhi agar semua makhluk hidup sejahtera dan berbahagia.
Nah itu menandakan bahwa kita
umat Hindu tidak egois anakku, simak kembali arti bait perbait Trisandya,
niscaya engkau akan dapat meresapi arti dan makba dari mantram yang kau
ucapkan, kita lantunkan, atau kita nyanyikan setiap hari tiga kali, bersamaan
dengan hadirnya sang fajar, memuncaknya sang surya, dan melepas senja menuju
malam. Coba terus kau camkan anakku. Ingatlah Panca Sradha, Panca Yadnya,
Tatwam Asi. Yang mungkin sudah ratusan kali kalian sebutkan.
Apa benar demikian saudaraku.................
seharusnya saudara sependapat dengan saya.
No comments:
Post a Comment