PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Friday, October 20, 2023

 Perbincangan : 55

“Konsep Sains Dalam Doa”

 

Perenungan Putu Pudja.

Doa secara sederhana dalam kehidupan sehari hari adalah proses komunikasi. Proses komunikasi ini tentu tak terlepas dari sumber, media dan target.

 

Sumbernya disini adalah para bakta, umat atau manusia yang memanjatkan doa, baik pujian, permohonan maupun ucapan syukur.

 

Medianya adalah atmosfer, udara, gunung, laut dan lain sebagainya yang kita yakini memisahkan pendoa dengan Tuhan Yang Maha Esa.

 

Sedangkan target kita bahwa dia itu sampai ke tujuan. Dan harus yakin sampai, tak boleh di ragukan sampainya.

 

Pesan itu harus merupakan ‘paket energi’ yang memerlukan interface sehingga tidak terlalu banyak distorsi dari pesan asli dengan pesan yang diterima. Kalau itu pesan merupakan paket energi, maka energi akan berupa gelombang sampai dari sumber ke target.

 

Dalam fisika agar gelombang itu sampai tidak mengalami distorsi maka frekuensi transmiter sama dengan frekuensi receivernya. Setiap frekuensi itu uniq sehingga paketnyapun menjadi uniq.

 

Dalam Hindu khususnya di Indonesia terkhusus di Bali, biasa sebagai media digunakan suara genta, atau di hantar dengan persembahan palam, puspam, dupam, toyam, daun, atau materi lainnya. Dan di olah didorong dengan doa berupa mantram, suara genta.

 

Makanya kalau kita perhatikan semua benda benda dalam doa tersebut didoakan, dengan mantram termasuk gentanya sering suaranya di yakini merupakan alunan gelombang energi dari Sada Ciwa, maupun Iswara. Ini dapat diidentikkan dengan interface yang menyamakan atau kendekati frekuensi energi ketuhanan, sehingga meminimalkan terjadi bias, mengoptimalkan sampainya.

 

Jadi berdoa itu sudah menganut konsep transmisi – recivi, nah kalau begitu yang menjadi antenanya tidak salah lagi kalau kita lihat Lis, prascita, demikian juga bangunan Pelinggih seperti Meru, candi, Padmasana dll, bentuknya menjulang. Penguat dalam doa selalu kita lihat gerakan bandul genta, akan membuat jejak Ongkara, aksara suci yang akan tetap menguatkan energi doa kita.

 

Dalam doa sebenarnya kita telah menerapkan konsep Sains, dengan cara yang sederhana juga teknik telekomunikasi modern ada transmiter, receiver, penguat, interface dan lainnya. Tukang Banten Sang Jayamana sebenarnya tahu konsep sains terutama fisika, hanya diwujudkan dengan caranya yang sederhana.

 

Demikian perbincangan kali ini semoga membuka sedikit wawasan, konsep sains yang banyak telah diaplikasikan di implementasi agama. Semoga perbincangan ini kenyenangkan.

 

Purigading, 20102023.

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment