PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Saturday, February 14, 2015

Perbincangan 38 :Memaknai Valentine dengan Dharma



“MOMENTUM VALENTIN UNTUK BANGKITKAN KASIH SAYANG”

Oleh : I Putu Pudja

Kamajaya dan Dewi ratih Lambang Cinta (google.co.id)
Tiap tanggal 14 Pebruari setiap tahun para remaja dan dewasa pada umumnya ramai membicarakan dan merayakan Hari Valentine, Hari Kasih Sayang, terlepas dari pro dan kontra tentang perayaan Hari Kasih saying ini kita perlu memilah dan memilih hikmah yang terselip dibalik perayaan tersebut. Semua agama di dunia telah mengajarkan kasih sayang merupakan landasan etika dan implementasi kehidupan ini. Dalam Hindu kita kenal sasanti atau motto yang sangat dikenal secara luas bukan dilingkungan Hindu saja akan tetapi dikenal secara universal, yaitu Tat Twam Asi. Kamu adalah Dia, Dia adalah Kamu, atau mereka semua adalah diri kita semua.



Memperhatikan berita di media massa perayaan Hari Kasih saying dalam perjalanannya mengalami pembelokan arti, seakan digunakan sebagai pembenaran terhadap penyimpangan moral, penyimpangan pada etika. Sebagai contoh yang dilansir pemerintah Thailand, hasil survey disana menunjukkan bahwa Hari Kasih Sayang digunakan oleh 83 % ( delapan puluh tiha persen) remaja atau muda mudi disana untuk melakukan aktivitas hubungan seksual. Kasarnya 83 orang dari 100 orang remaja melakukan hubunga seksual sebagai perayaan Hari Kasih Sayang disana. Sehingga pemerintah Thailand memandang perlu melakukan himbauan.

Demikian pula saat perayaan banyak postingan yang kurang beretika pada media social tentang perayaan Hari kasih Sayang ini. Mereka melakaukan hal-hal yang menyimpang darieetika, mereka melakukan pesta miras, sampai pesta seks. 

Kembali kepasa tat Twam Asi, pada  kenyataannya tidaklah mudah bagi kita dapat mencurahkan secara sama rata kasih saying tersebut berdasarkan konsp Tat Twam Asi. Seseorang pasti akan menumpahkan kasih sayangnya terfokus secara individu kepada seseorang , atau sesuatu. Karena memang merupakan sifat manusia. Cionta kasih akan terlihat tercurah sepenuhnya untuk satu individu saja, bukan pada dua, tiga atau lebih orang. Ini dilakukan oleh orang yang emosional, sangat emosional.

Dalam keadaan euphoria sukacita curahan cinta kasih berada pada titik kuminasinya . Seseorang dalam kondisi ini dikatakan akan melupakan dirinya, bahkan lupa dirinya sendiri, kasih sayangnya tercurah pada satu yang dia cintai. Dia yang mencintai dalam masalah ini disebutkan sebagai bhakta. Dan objek yang dicintainya itu disebutkan sebagai Iswara. Dalam masalah ini hubungan cinta kasih dibaratkan merupakan hubungan antara seorang bhakti dengan Iswara. 

Dalam beberapa sastra disebutkan bahwa hasil akhir dari curahan kasih sayang itu adalah Jnana, pengetahuan spiritual. Dikatakan bahwa wujud kasih saying yang sempurna itu mempunyai wujud pengetahuan spiritual. Dalam Bagawadgitta disebutkan bahwa “Dengan cinta kasih yang sempurna akan dapat menciptakan segalanya. Semuanya dapat ditemukan dengan pengetahuan yang sempurna, termasuk jalan menuju Tuhan Yang Maha Esa ( mokhsa- penulis-), semuanya dapat teralisasikan dengan pengetahuan sempurna”.

Dalam Bakti Sastra disebutkan bahwa   Jiwa dan Iswara itu sama. Disebutkan pula bahwa Dalam Cinta kasih tidak ada perbedaan antara Sang Hyang Widhi  dengan Umatnya. Pula disebutkan bahwa Tuhan itu rela mereinkarnasi dirinya agar umatnya dapat memahaminya dan mengenalnya secara mendalam.

Dikaitkan dengan perayaan kasih sayang seharusnya kita mengutamakan cinta kasih, bukan yang lainnya. Mencurahkan cinta kasih itu secara sempurna agar terdapat hubungan yang harmonis antara bhakti dengan Iswara. Dengan cinta kasih yang sempurna, berupa Jnana, pengetahuan spiritual sempurna kita akan dapat lebih mengenal diri kita sendiri, kemudian mengenal lebih jauh Sang Hyang Whidi, minimal : untuk mengetahui jalan untuk menujunya, syukur dapat menyatukan diri dengannya.

Perayaan Hari Kasih sayang hendaknya disesuaikan dengan budaya dan keimanan masing masing, melalui proses akulturasi sehingga tidak terjadi penyimpangan arti yang mengarah kepada degradasi moral. Mengartikan Kasih Sayang dengan versinya sendiri untuk mencari pembenaran melakukan prilaku yang menyimpang yang bertentangan dengan ajaran dharma.

Hindu sangat luwes, sangat toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan hindu dapat memberikan masukan dengan tidak menyinggung mereka yang berbeda pandangan. Itu hendknya kita pegang sebagai pedoman dalam mengadopsi berbagai macam budaya yang deras membanjiri masyarakat kita. 

Mencurahkan kasih sayang di Hari Kasih Sayang tidak dilarang, hanya saja kita perlu kembali ke dharma.Perayaan Kasih Sayang merupakan momentum kita untuk kembali menuju Kasih sayang yang sempurna, yaitu jalan Jnana, pengetahuan spiritual yang sempurna, sebagai jalan mengetahui, mendekatkan dan menemukan jalan menuju kepada Nya.

Pemuda-pemudi Hindu dapat menjadi pelopor pencarahan dalam perayaan dan pemberian arti kepada curahan kasih Sayang yang sempurna dalam momentum Hari kasih Sayang ini, membangun Hubungan antara seorang bhakti dengan iswara. Tinggal sekarang pertanyaan perlu kita tujukan kepada diri kita sendiri. Bagaimana kah pengetahuan kita tentang Cinta Kasih ini, dan apakah kita melaksanakan Hari Kasih Sayang ini dengan cara yang benar?. Nah sama dengan apa yang penulis sebutkan diatas Hindu sangat luwes dan sangat toleran asal ……………………………………………………

Selamat Valentine 2015
Puri gading, 15 Pebruari 2015

1 comment: