“MOMENTUM VALENTIN UNTUK BANGKITKAN KASIH SAYANG”
Oleh : I Putu Pudja
Kamajaya dan Dewi ratih Lambang Cinta (google.co.id) |
Tiap tanggal 14 Pebruari setiap
tahun para remaja dan dewasa pada umumnya ramai membicarakan dan merayakan Hari
Valentine, Hari Kasih Sayang, terlepas dari pro dan kontra tentang perayaan
Hari Kasih saying ini kita perlu memilah dan memilih hikmah yang terselip
dibalik perayaan tersebut. Semua agama di dunia telah mengajarkan kasih sayang merupakan
landasan etika dan implementasi kehidupan ini. Dalam Hindu kita kenal sasanti
atau motto yang sangat dikenal secara luas bukan dilingkungan Hindu saja akan
tetapi dikenal secara universal, yaitu Tat Twam Asi. Kamu adalah Dia, Dia
adalah Kamu, atau mereka semua adalah diri kita semua.
Memperhatikan berita di media
massa perayaan Hari Kasih saying dalam perjalanannya mengalami pembelokan arti,
seakan digunakan sebagai pembenaran terhadap penyimpangan moral, penyimpangan
pada etika. Sebagai contoh yang dilansir pemerintah Thailand, hasil survey
disana menunjukkan bahwa Hari Kasih Sayang digunakan oleh 83 % ( delapan puluh
tiha persen) remaja atau muda mudi disana untuk melakukan aktivitas hubungan
seksual. Kasarnya 83 orang dari 100 orang remaja melakukan hubunga seksual
sebagai perayaan Hari Kasih Sayang disana. Sehingga pemerintah Thailand
memandang perlu melakukan himbauan.
Demikian pula saat perayaan
banyak postingan yang kurang beretika pada media social tentang perayaan Hari
kasih Sayang ini. Mereka melakaukan hal-hal yang menyimpang darieetika, mereka
melakukan pesta miras, sampai pesta seks.
Kembali kepasa tat Twam Asi, pada
kenyataannya tidaklah mudah bagi kita
dapat mencurahkan secara sama rata kasih saying tersebut berdasarkan konsp Tat
Twam Asi. Seseorang pasti akan menumpahkan kasih sayangnya terfokus secara
individu kepada seseorang , atau sesuatu. Karena memang merupakan sifat
manusia. Cionta kasih akan terlihat tercurah sepenuhnya untuk satu individu saja,
bukan pada dua, tiga atau lebih orang. Ini dilakukan oleh orang yang emosional,
sangat emosional.
Dalam keadaan euphoria sukacita
curahan cinta kasih berada pada titik kuminasinya . Seseorang dalam kondisi ini
dikatakan akan melupakan dirinya, bahkan lupa dirinya sendiri, kasih sayangnya
tercurah pada satu yang dia cintai. Dia yang mencintai dalam masalah ini
disebutkan sebagai bhakta. Dan objek yang dicintainya itu disebutkan sebagai Iswara.
Dalam masalah ini hubungan cinta kasih dibaratkan merupakan hubungan antara
seorang bhakti dengan Iswara.
Dalam beberapa sastra disebutkan
bahwa hasil akhir dari curahan kasih sayang itu adalah Jnana, pengetahuan
spiritual. Dikatakan bahwa wujud kasih saying yang sempurna itu mempunyai wujud
pengetahuan spiritual. Dalam Bagawadgitta disebutkan bahwa “Dengan cinta kasih
yang sempurna akan dapat menciptakan segalanya. Semuanya dapat ditemukan dengan
pengetahuan yang sempurna, termasuk jalan menuju Tuhan Yang Maha Esa ( mokhsa-
penulis-), semuanya dapat teralisasikan dengan pengetahuan sempurna”.
Dalam Bakti Sastra disebutkan
bahwa Jiwa dan Iswara itu sama.
Disebutkan pula bahwa Dalam Cinta kasih tidak ada perbedaan antara Sang Hyang
Widhi dengan Umatnya. Pula disebutkan
bahwa Tuhan itu rela mereinkarnasi dirinya agar umatnya dapat memahaminya dan
mengenalnya secara mendalam.
Dikaitkan dengan perayaan kasih sayang
seharusnya kita mengutamakan cinta kasih, bukan yang lainnya. Mencurahkan cinta
kasih itu secara sempurna agar terdapat hubungan yang harmonis antara bhakti dengan
Iswara. Dengan cinta kasih yang sempurna, berupa Jnana, pengetahuan spiritual sempurna
kita akan dapat lebih mengenal diri kita sendiri, kemudian mengenal lebih jauh
Sang Hyang Whidi, minimal : untuk mengetahui jalan untuk menujunya, syukur
dapat menyatukan diri dengannya.
Perayaan Hari Kasih sayang
hendaknya disesuaikan dengan budaya dan keimanan masing masing, melalui proses
akulturasi sehingga tidak terjadi penyimpangan arti yang mengarah kepada
degradasi moral. Mengartikan Kasih Sayang dengan versinya sendiri untuk mencari
pembenaran melakukan prilaku yang menyimpang yang bertentangan dengan ajaran
dharma.
Hindu sangat luwes, sangat
toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan hindu dapat memberikan masukan
dengan tidak menyinggung mereka yang berbeda pandangan. Itu hendknya kita
pegang sebagai pedoman dalam mengadopsi berbagai macam budaya yang deras
membanjiri masyarakat kita.
Mencurahkan kasih sayang di Hari
Kasih Sayang tidak dilarang, hanya saja kita perlu kembali ke dharma.Perayaan
Kasih Sayang merupakan momentum kita untuk kembali menuju Kasih sayang yang
sempurna, yaitu jalan Jnana, pengetahuan spiritual yang sempurna, sebagai jalan
mengetahui, mendekatkan dan menemukan jalan menuju kepada Nya.
Pemuda-pemudi Hindu dapat menjadi
pelopor pencarahan dalam perayaan dan pemberian arti kepada curahan kasih
Sayang yang sempurna dalam momentum Hari kasih Sayang ini, membangun Hubungan
antara seorang bhakti dengan iswara. Tinggal sekarang pertanyaan perlu kita
tujukan kepada diri kita sendiri. Bagaimana kah pengetahuan kita tentang Cinta
Kasih ini, dan apakah kita melaksanakan Hari Kasih Sayang ini dengan cara yang
benar?. Nah sama dengan apa yang penulis sebutkan diatas Hindu sangat luwes dan
sangat toleran asal ……………………………………………………
Selamat Valentine 2015
Puri gading, 15 Pebruari 2015
Sampura sun ....seratan anu mundel...
ReplyDelete