PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, January 10, 2024

Perbincangan :55

 Perbincangan Singkat.


“MASALAH KEHIDUPAN”


Rupanya masalah materi akan terus menjadi perdebatan bila dikaitkan dengan kehidupan manusia. Ada yang merasa akan bahagia bila materi berlebih, ada yang merasa merana bila materi sudah berkurang atau tiada. Akupun menjadi tersenyum senyum teringat pembicaraan muridku benerapavtahun lalu, pidato mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat dilantik, maupun percakapan yang baru saja ku baca di Group WA SMA, yang lagi ramai karena postingan seorang ‘guru’ atau merasa guru spritual saat ini.


Masalah pertama: pertanyaan muridku, kira kira begini. “Guru, kenapa orang jahat itu hidupnya terlihat jauh lebih enak dari pada yang baik, jujur dalam kerjanya. Perhatikan saja koruptor bisa hidup hedon bermewah mewahan, mereka kasat mata korupsi, lihat saja ujian SIM mungkin dari 1000 mungkin hanya seorang yang lulus. Lihat soal dan arena prakteknya, tak masuk akal, lihat koruptor yang ketangkap OTT masih bisa tersenyum dan melambaikan tangan ketika digiring dengan rompi orange..” dst nya.


Masalah kedua: pendapat di Group WA, yang menyatakan bahwa semua perbuatan kita, akan kembali ke kita. Katanya kebajikan yang kita perbuat akan kembali menjadi kebajikan, demikian pula kejahatan dia akan kembali menjadi kejahatan yang kita terima.


Masalah ketiga: sebuah pendapat kaya pendapat sufi. Dia mengatakan bahwa seorang apa lagi pemimpin harus sesuai atau bahasa kerennya linier antara pikiran, ucapan dan tindakannya. Nah dalam konsep di Bali dikenal dengan Trikaya, yang bila dikerjakan dengan baik dan benar itu disebut Trikaya  Parisuda.


Yang terakhir ini oleh Gubernur Anies disebut bahwa dalam suatu manajemen atau kegiatan adalah Gagasan,. Gagasan sebagai bentuk tertulis buah fikiran, yang tertuang dalam bentuk tulisan atau gambar. Disini diperlukan interface yang menerjemahkan gagasan untuk dimengerti oleh pengeksekusi, atau para eksekutif dalam melaksanakan gagasan itu. Itu semua sebenarnya menyelaraskan buah Pikiran, Ucapan dan Pelaksanaan.


Kembali keaaalaj sebelumnya, memang benar perbuatan kita seperti bumerang, semua akan bermuara ke orangnya. Bila kita mengingat ajaran moral pertama Tatwam Asi. Kamu adalah Aku. Bila kau menyakiti temanmu, itu sebenarnya kamu telah menyakiti dirimu sendiri, hanya tinggal kepekaanmu. Apakah kamu merasakannya atau tidak. Kepekaan itu harus diasah terus agar bathin kita menjadi lebih bertambah kualitasnya. Ingatkah dalam kegelapan kita membutuhkan sinar, dalam terangpun kita perlu berlindung dalam gelap. Keduanya dapat bersinergi satu sama lain walau kau berbeda.


Seperti malam yang merindukan siang, begitu juga siang merindukan malam. Makanya waktu yang indah itu ada saat fajar pertemuan malam dengan siang, atau ‘sansikala’ pertemuan antara siang dan malam. Kata orang bijak saat itulah saat yang baik untuk bercinta, terlebih cinta kilat karena akan terdapat akumulasi dua energi dalam waktu singkat, mencapai kenikmatnnyapun akan sangat tinggi dan berkualitas. Konon -karena referensinya belum penulis temui- batu yang lahir hasil percintaan waktu tersebut akan menjadi bayi yang hebat, cemerlang dan smart.


Dikaitkan dengan teori manajemen , maka kita dari hari ke hari kita harus selalu menuju perbaikan agar organisasi dapat bertahan dan berkembang dihabitatnya dan tidak segera rontok. 


Ini sejalan dengan ajaran agama manapun, yang mengajarkan ke umatnya untuk selalu lebih baik dari kemarin. Jadikanlah hidupmu lebih baik dari hari kemarin. Jadi sebenarnya kita sudah ketahui bersama pokok pokok dasar kebaikan, etika, moral, susila itu. Hanya kita sering pura pura lupa. 


Sejalan dengan perbincangan kita ini maka filosofi orang tua dan pulang kampung itu sangat tepat untuk filosopi hidup kita ini secara sederhana. Konsep orang tua yang  secara umum atau semuanya akan memaafkan bagaimanapun perbuatan anaknya. Ini mengingatkan kita bahwa agama itu mengajarkan bahwa Tuhan maha pemaaf, hanya keyakinan kita yang akan dapat menakar pemaafNya.


Konsep pulang kampung, bahwa anak tidak akan lupa rumahnya. Membuat kerinduan setiap orang untuk pulang kampung bila ada waktu senggang, tentu dalam koridor ada biaya. Mengingatkan kita pasti akan kembali ke asal. Apakah kita akan sampai kembali atau tidak Wallahualam tak ada yang tahu. Hanya dalam keyakinan kita bisa menjawabnya.


Dari perbincangan kita ini, kita petik sedikit kesimpulan diantaranya. 

Manusia itu hidup punya tujuan bisa kembali ketempat asal.

Mencapai tujuan itu harus diupayakan untuk dicapai dengan manajemen Trikaya Parisuda, manajemen kinerja selalu menjadi lebih baik dari hari ke hari berikutnya. Untuk pemimpin harus linier dalan pikiran, ucapan dan tindakan.

Hendaknya kalau mau berbuat baik jangan memikirkan hasilnya. Pikirkan bahwa semua itu pasti akan bermuara ke kita sendiri. Makanya berbuat baik tidak langsung dinikmati sebagai hasil baik, begitu juga orang jahat masih banyak ditemui mempunyai kehidupan yang enak.


Seorang muridku nyeletuk dalam perbincangan itu:”Aoakah kita diijinkan mengejar materi dalam hidup ini Guru?”. Ha ha ha dasar anak muda cepat sekali resmpinnya. Tentu saja boleh anakku. Kaya itu boleh, mencari harta benda itu boleh. Hanya saja harus diperoleh dengan cara yang diperbolehkan. Tidak melamggal etika, melanggar susila, UU positif lainnya. “Bukankah beragama juga membutuhkan materi?” tanyaku balik. Mereka manggut manggut. Tujuan hidup itu tentu tidak hanya bekal untuk kembali pulang, juga untuk dinikmati didunia ini. Jadi visi, misi hidup itu lahir dan bathin, dunia dan akhirat. Itu harus seimbang, agar timbangannya stabil.


Nah perbincangan yang ‘amat dangkal’ ini kita sudahi dulu. Kalau kita kembangkan bisa habis waktupun diskusinya belum berakhir. Apalagi kalau kita kaitkan tujuan hidup dikaitkan dengan Panca Crada. Baik ketuhanan, Atman, Hukum Karma, Reinkarnasi maupun tempat kita pulang yang paling didamian Moksa. 


Akh sebelum perbincangan meluas kemana mana, kita sudahi dulu perbincangan ini dengan niat suci sesuci doa “Dewi Gandari kepada Ciwa” di malam Cuwaratri.


Selamat Siwaratri Sahabatku, semoga kita selalu sehat, tetap dalam vimbinganNya. Swaha.


Mohon maaf mungkin ada yang tak berkenan dengan perbincangan ringan ini.


Catatan 

Penulis saat mengampu MK Pendidikan Agama Hindu, memposting beberapa perbincangan penulis terkait agama dan Budi pekerti. Bagi yang berminat silahkan mampir klik saja:

http://hindu-perantauan.blogspot.com 



No comments:

Post a Comment