PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, October 21, 2015

Perbincangan 45 : Dana Punia dan Manajemen Van Dana



“MANAJEMEN VAN DANA”

Oleh : I Putu Pudja
Om Swastiastu,

Kembang Nan Menghibur Hati

Sore itu, debu beterbangan pompa air macet lagi. Dampak El Nino pada masyarakat sangat terasa sehingga menjadikan pengeluaran menjadi tak terencana sangat diluar dugaan. Masih beruntung kita di Jawa dan Bali, udaranya masih sehat karena tidak kena bencana kabut asap, pikirku. Sambil ngopi ditemani ‘selo rebus’ atau ubi rebus nikmat juga, sampai lupa air untuk mandi belum ada.

Dalam lamunan sore itu, dua orang murid biar keren mahasiswa ku datang menghampiri. Biasa habis acara Latihan Baris Berbaris di kampus, kebetulan dia septiap pulang pergi kuliah lewat jalan samping rumah kami. Seperti biasa kupersilahkan, mereka mampir langsung ambil air minum ke dapur terus ikut duduk di teras, menghadap jalan.

Sore itu tiba tiba, dalam romantika kehidupan urban pinggiran kota, walau sudah sore masih ada orang minta –minta lewat, ku lihat mereka memberikan recehan, dan berbasa basi mengucapkan terima kasihd an doa dia ucapkan. Kami berkumpul kembali.

“Nah guru, kita baru saja melihat Gde memberikan sedekah –apa namanya- kepada peminta minta tadi, bagaimana itu hukumnya di agama kita” Tanya muridku Setia.

Jawabku, lebih baik kita tidak jawab langsung ke pertanyaan kamu Setia, kita bahas manajemen penghasilan atau guru sebut saja manajemen van dana yang guru pernah baca dari berbagai media dan buku,

Pertama :  Kalian pasti ingat bahwa secara umum tujuan hidup umat Hindu adalah catur purusa artha, yaitu mencapai kebahagiaan dalam kehidupan didunia dan mencapai keabadian dalam kehidupan setalah mati (kehidupan rokhani), “mokhsartam jagat hita caiti dharma’. Kita terjemahkan dengan : darma, arta, kama , mokhsa. Urutannya begitu. Jadi berdasarkan darma kita mencari artha, mengejar kama dan mempersiapkan diri menuju mokhsa (astungkara).

Kedua : Dalam majalah Tempo langganan bacaan guru pernah membaca, cerita sukses seorang pengusaha kaya Indonesia saat itu.. Dia mengelola penghasilannya sejak masih biasa belum seberhasil sekarang. Singkatnya dia ceritakan bahwa penghasilannya dibagi tiga. Sepertiga untuk membiayai hidup, social keagamaan dan lain-lain, sepertiga digunakan untuk reinvestasi kerennya, atau mengembangkan usahanya, dan sepertiga lagi untuk ditabung. Yang sangat menarik adalah sekecil apapun penghasilan yang dia peroleh, dia tak lupa menabung. Karena kedispilinannya akhirnya menjadi berhasil sebagai pengusaha sukses sampai saat ini.

Ketiga :  Dalam Sarasamuccaya, dikatakan bahwa dana atau penghasilan itu dibagi menjadi tiga peruntukannya, guru singkat saja intinya sebagian untuk dana punia, sebagian untuk reinvestasi dan sebagian untuk kesenangan, agar kita tetap termotivasi mencarinya, bersemangat dan juga menikmati hasilnya, hanya saja kama atau kenikmatan yang didapatkan dari dana tersebut harus tetap dalam koridor darma. Demikian pula dalam Bagawadgita di sampaikan bahwa pemberian dana punia, itu harusnya diberikan pada desa, kala dan patra yang tepat. Diberikan pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan kepada orang yang tepat atau yang benar-benar harus ditolong.

Dari ketiganya kita dapat mengatakan bahwa penghasilan yang kita dapat harus kita kelola dengan benar. Kita membutuhkannya untuk hidup dan kehidupan sehari-hari yang lebih baik, sehingga memerlukan reinvestasi, agar kita tetap bersemangat termotivasi mencarinya, jangan lupa menghibur diri, menghibur keluarga disesuaikan dengan penghasilan yang kita dapat. Karena pada hakekatnya hiburan itu sangat relative, yang penting bagaimana cara kita menikmatinya. Dikaitkan dengan kehidupan beragama, kita juga memerlukan biaya. Sehingga pennghasilan yang kita peroleh di bagi peruntukannya untuk : artha, kama dan mokhsa –kewajiban social , budaya keagamaan-

Yang sangat menarik kalau kita perhatikan Sarasamuccaya dan Sagawadgitta, mewajibkan kita untuk melakukan dana punia walau tidak secara vulgar dan gambling disebutkan. Dana punia diibaratkan akan mengikuti azas kontinum, atau hukum Bernoulli bila dalam fluida, bila penghasilan kita anggap liquid. Pengeluaran ber dana punia, merupakan jalan untuk memperlancar rejeki kita, siapa tahu diantara yang kita peroleh itu merupakan pengganjal rezeki kita sehingga seret, makanya jangan lupa berdana punia. Tak penting besarnya tapi niat tulus ikhlasnya.

Berdana punia kita akan memperlancar aliran penghasilan, membersihkan penghasilan karena dia mengalir masuk, keluar, dan jangan lupa diendapkan. Bagawadgita menyebutkan harus memberikan dana punia kepada orang yang benar membutuhkan, kondisi yang benar membutuhkan, pada waktu dan tempat yang tepat. Kapan dan dimana, pada kondisi yang bagaimana coba pembaca lihat kembali Bagawadgitta, baca jangan biarkan buku hanya menghiasi lemari buku saja. Rarisan.

“Ohhh begitu ya guru, bahwa ber dana punia itu juga perlu dan masuk dalam manajemen van dana” sahut muridku Yan Jujur.

Iya memang begitu adanya, semua agama mengajarkan kita untuk berdana punia. Dana punia mempunyai filosopi yang bagus, mengajarkan kita berhemat juga mengajarkan kita rela berkorban, hanya harus ingat pada desa, kala, dan patra yang benar.

Dana punia harus didasari niat tulus ikhlas dengan harapan akan membersihkan jalan rejeki kita sehingga lebih lancar, tidak mampat dan mengamalkan ajaran dharma. Pada intinya bahwa penghasialan itu dikelola untuk reinvestasi mencari artha, menikmati kama sesuai dengan level kita dan tak berlebihan, dan untuk sosial budaya keagamaan. 

Apa yang dilakukan oleh pengusaha sukses itu seperti diceritakan di Majalah Tempo merupakan implementasi dari inti ajaran yang terkandung dalam sloka Sarasamuccaya dan Bagawadgita, Bgaimana dengan anda?

Kami dikagetkan oleh suata teng-teng-teng tukang somay langganan, dan perbincangan diselesaikan dengan menyantap somay teng teng langganan yang lewat tiap sore di depan rumah. Kami menikmati sekali somay dengan potongan kentang, somay, paray –pare- dan telur rebus sore itu……… Selamat Menikmati Yan Jujur dan Made Setia.
Demikianlah perbincangan kita kali ini semoga dapat memberikan sedikit pencerahan kepada pembaca sekalian.

Om Canti, Canti, Canti Om

Puri Gading, medio Oktober 2015.

No comments:

Post a Comment