PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, September 24, 2014

Perbicangan 24 : Kerinduan akan Kerukunan



“KERINDUAN AKAN KERUKUNAN”
Oleh : I Putu Pudja.

Om Suastiastu.
Kebersamaan dalam Perbedaan
(detik.com)
Dalam perbincangan kali ini akan kami sajikan ringkasan perbincangan kami di suatu siang, dalam memperbincangkan masalah kerukunan, yang sangat dirindukan umat manusia, dan  telah menjadi bagian budaya nusantara.

Pada perbincangan kali ini, Aku katakan kepada muridku bahwa aku akan membahassedikit masalah kerukunan. Secara harfiah sering kita dengar adanya kerukunan : (1) antar intern umat beragama, yaitu kerukunan antar umat seagama; (2) kerukunan antar umat beragama, yaitu kerukunan antar umat dengan agama yang berbeda, dan (3) Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah, yaitu perans erta dan dukungan masyarakat umat neragama pada program pemerintah.

Tiga kerukunan itu yang pernah dan akan kita banyak baca dan diacu dalam kerukunan umat beragama di Indonesia. Konsep itu diperkenalkan oleh salah seorang mantan Menteri Agama kita Alamsyah Ratu Perwiranegara  yang dijadikan pedoman dalam pembinaan kerukunan umat beragama.
Terkait dengan kerukunan ini ada beberapa sloka yang dapat kita ambil dalam Weda ataupun Bagawad Gita. Diantaranya adalah :

Kukutipan sebuah sloka dalam Bagawad Gita ini:
Semua orang mencari Ku dengan berbagai jalan, Jalan manapun yang ditempuh seseorang kepada Ku, akan Aku terima, akan Aku berikan anugerah yang setimpal ( dengan amal ibadahnya ). Pada sloka lainnya juga disebutkan bahwa ‘siapa’ pun engkau sembah, maka persembahan itu akhirnya akan tertuju kepada ku.

Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan keleluasaan kepada Umatnya untuk menuju kepada Nya melalaui jalan yang mereka pilih, karena Tuhan tahu betapa kerinduan umatnya akan kepada Nya. Hanya saja semua itu akan mendapat anugerah yang sepada dengan amal ibadah.
Nah disini tersurat  ada pesan yang sering terlupakan oleh kita, yaitu adanya kewajiban untuk melaksanakan amal dan obadah kita dalam kehidupan ini. Disini juga terkandung tidak ada keharusan menempuh satu jalan, tidak ada satu jalan yang lebih baik dari jalan yang lain. Kita dipersilahkan memilih jalan kita masing masing. 

Dalam hindu kita kenal catur marga, jalan tersebut yaitu : Jnana Marga, Bhakti Marga, Karma Marga dan Raja (Yoga) Marga.
Hal yang paling hakiki disini adanya kebebasan dan himbauan untuk toleransi, sejalan dengan keyakinan bahwa Tuhan merakhmati sleuruh alam dengan isinya. Nah kalau demikian kenapa kita tidak mau rukun dan saling menghormati, bukankah rukun dan saling menghormati juga suatu amal dan ibadah yang akan diperhitungkan untuk diberikan anugerah?. Angugerah ini kita mohon pada setiap hatur sembah dalam sembahyang, diantaranya dengan pujian yang sering kita lontarkan : Om Anugraha Manoharam … dstnya.

Tugas para ulama, tugas para guru (agama) untuk mengajarkan kepada anak didiknya melakukan kerukunan, melakukan toleransi, baik dengan rekan seumat, maupun dengan umat lainnya. Karena Tuhan telah membukakan jalan untuk perbedaan tersebut.

Untuk kerukunan ini pula Tuhan melalui sabdanya dalam Weda mengatakan bahwa : Semua anak-anak manusia adalah ciptaannya (Anak Tuhan) Amrita Putra. Oleh karenanya maka kita manusia adalah anggota sebuah keluarga besar penghuni bumi. Tidak ada satupun dapat menghakimi yang lainnya.Dengan demikian spirit yang terkadung didalamnya adalah kekeluargaan, sederajat, tidak ada satupun dapat menghakimi yang lainnya.

Dalam perjalanan sejarah bangsa ini keberagaman ini sudah dipersatukan sejak zaman Singosari, Majapahit. Dalam perjalanan sejarah Hindu di Indonesia kita kenal dengan konsep Ciwa-Budha. Dalam prosesi upacara keagamaan Hindu di Bali sampai saat ini masih terlihat dengan di ‘pupot’ dipimpin oleh sarwa pandita termasuk didalamnya pandita Budha. Alangkah indahnya kebersamaan dalam perbedaan ini. Bhineka Tunggal Ika. Demikian pula kalau kita kembalikan pada tujuan untuk menuju kepada Nya, kita diperkenankan untuk memilih jalan dari berbagai jalan yang ada untuk tujuan yang sama yaitu untuk menuju kepada Nya.

Dalam kehidupan umat Nya, Tuhan telah menciptakan kita berbeda-beda, namaun Tuhan juga telah berusaha mengarahkan kita untuk mencapai kerukunan, saling menghormati. Hal itu tertuang dalam Atarwa Weda, dengan kutipan artinya sebagai berikut :
“Aku satukan pikiran dan langkahmu untuk mewujudkan kerukunan dianbtara kamu. Aku bimbing mereka yang berbuat jahat menuju jalan yang benar”

Jadi untuk mencapai kerukunan tidak saja merupakan upaya kita sebagai umat yang berbeda beda itu, namun Tuhan telah menyatukan pikiran dan langkah kita, melalui dharma agar tercapai kerukunan. Tuhan tidak saja mengarahkan umatnya yang baik dan ebnar, namun kepada mereka yang jahatpun akan dituntun kejalan yang benar.

Penyatuan pikiran paling sederhana dapat kita lakukan dengan bersembahyang atau berdoa bersama, menyatukan pikiran tertuju pada Nya Yang Esa. Karena bersembahyang dapay mengarahkan kita menghidarkan kita pada pernuatan yang tidak baik.

Dalam kutipan arti sloka tersebut rupanya kerukunan tidak hanya merupakan kemauan manusia atau umat, namun Tuhan melalui sabdanya menghendaki umatnya rukun, membina kerukunan. Tuhan membimbing umatnya yang salah, yang jahat kembali ke jalan yang benar. Maka sangat merugi kita sebagai umatnya bila tidak dapat melaksanakan kehendak Nya yang sudah pada kita ketahui.
 
Dari perbincangan di atas dapat Guru katakana bahwa : Tuhan telah menciptakan keberagaman, Tuhan mempersilahkan umatnya memilih jalannya sendiri dari jalan yang beragam itu untuk menujunya. Tuhan menyerukan umatnya untuk menciptakan kerukunan, sehingga menjadi harmpnis dalam keberagaman tersebut. Jangan takut salah memilih jalan karena anugerah yang akan kita terima hanya ditentukan oleh amal ibadah kita, tidak tergantung jalan yang kita tempuh.

Maka itu Rukunlah dalam kehidupan ini dengan sesama manusia. Mari sama-sama menuju kepada Nya dengan jalan masing0masing yang kita pilih.

Om Canti, Canti, Camti Om.
Puri Gading,  akhir September 2014

No comments:

Post a Comment