“KERINDUAN AKAN KERUKUNAN”
Oleh : I Putu Pudja.
Om Suastiastu.
![]() |
Kebersamaan dalam Perbedaan (detik.com) |
Dalam perbincangan kali ini akan
kami sajikan ringkasan perbincangan kami di suatu siang, dalam memperbincangkan
masalah kerukunan, yang sangat dirindukan umat manusia, dan telah menjadi bagian budaya nusantara.
Pada perbincangan kali ini, Aku katakan
kepada muridku bahwa aku akan membahassedikit masalah kerukunan. Secara harfiah
sering kita dengar adanya kerukunan : (1) antar intern umat beragama, yaitu
kerukunan antar umat seagama; (2) kerukunan antar umat beragama, yaitu
kerukunan antar umat dengan agama yang berbeda, dan (3) Kerukunan antara umat
beragama dengan pemerintah, yaitu perans erta dan dukungan masyarakat umat
neragama pada program pemerintah.
Tiga kerukunan itu yang pernah
dan akan kita banyak baca dan diacu dalam kerukunan umat beragama di Indonesia.
Konsep itu diperkenalkan oleh salah seorang mantan Menteri Agama kita Alamsyah
Ratu Perwiranegara yang dijadikan
pedoman dalam pembinaan kerukunan umat beragama.
Terkait dengan kerukunan ini ada
beberapa sloka yang dapat kita ambil dalam Weda ataupun Bagawad Gita. Diantaranya
adalah :
Kukutipan sebuah sloka dalam
Bagawad Gita ini:
Semua orang mencari Ku dengan
berbagai jalan, Jalan manapun yang ditempuh seseorang kepada Ku, akan Aku
terima, akan Aku berikan anugerah yang setimpal ( dengan amal ibadahnya ).
Pada sloka lainnya juga disebutkan bahwa ‘siapa’ pun engkau sembah, maka
persembahan itu akhirnya akan tertuju kepada ku.
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa telah memberikan keleluasaan kepada Umatnya untuk menuju kepada
Nya melalaui jalan yang mereka pilih, karena Tuhan tahu betapa kerinduan umatnya
akan kepada Nya. Hanya saja semua itu akan mendapat anugerah yang sepada dengan
amal ibadah.
Nah disini tersurat ada pesan yang sering terlupakan oleh kita,
yaitu adanya kewajiban untuk melaksanakan amal dan obadah kita dalam kehidupan
ini. Disini juga terkandung tidak ada keharusan menempuh satu jalan, tidak ada
satu jalan yang lebih baik dari jalan yang lain. Kita dipersilahkan memilih
jalan kita masing masing.
Dalam hindu kita kenal catur
marga, jalan tersebut yaitu : Jnana Marga, Bhakti Marga, Karma Marga dan Raja
(Yoga) Marga.
Hal yang paling hakiki disini
adanya kebebasan dan himbauan untuk toleransi, sejalan
dengan keyakinan bahwa Tuhan merakhmati sleuruh alam dengan isinya. Nah kalau
demikian kenapa kita tidak mau rukun dan saling menghormati, bukankah rukun dan
saling menghormati juga suatu amal dan ibadah yang akan diperhitungkan untuk
diberikan anugerah?. Angugerah ini kita mohon pada setiap hatur sembah dalam
sembahyang, diantaranya dengan pujian yang sering kita lontarkan : Om Anugraha
Manoharam … dstnya.
Tugas para ulama, tugas para guru
(agama) untuk mengajarkan kepada anak didiknya melakukan kerukunan, melakukan
toleransi, baik dengan rekan seumat, maupun dengan umat lainnya. Karena Tuhan
telah membukakan jalan untuk perbedaan tersebut.
Untuk kerukunan ini pula Tuhan
melalui sabdanya dalam Weda mengatakan bahwa : Semua anak-anak manusia adalah
ciptaannya (Anak Tuhan) Amrita Putra. Oleh karenanya maka kita manusia adalah
anggota sebuah keluarga besar penghuni bumi. Tidak ada satupun dapat menghakimi
yang lainnya.Dengan demikian spirit yang terkadung didalamnya adalah
kekeluargaan, sederajat, tidak ada satupun dapat menghakimi yang lainnya.
Dalam perjalanan sejarah bangsa
ini keberagaman ini sudah dipersatukan sejak zaman Singosari, Majapahit. Dalam
perjalanan sejarah Hindu di Indonesia kita kenal dengan konsep Ciwa-Budha. Dalam
prosesi upacara keagamaan Hindu di Bali sampai saat ini masih terlihat dengan
di ‘pupot’ dipimpin oleh sarwa pandita termasuk didalamnya pandita Budha.
Alangkah indahnya kebersamaan dalam perbedaan ini. Bhineka Tunggal Ika.
Demikian pula kalau kita kembalikan pada tujuan untuk menuju kepada Nya, kita
diperkenankan untuk memilih jalan dari berbagai jalan yang ada untuk tujuan
yang sama yaitu untuk menuju kepada Nya.
Dalam kehidupan umat Nya, Tuhan
telah menciptakan kita berbeda-beda, namaun Tuhan juga telah berusaha
mengarahkan kita untuk mencapai kerukunan, saling menghormati. Hal itu tertuang
dalam Atarwa Weda, dengan kutipan artinya sebagai berikut :
“Aku satukan pikiran dan
langkahmu untuk mewujudkan kerukunan dianbtara kamu. Aku bimbing mereka yang
berbuat jahat menuju jalan yang benar”
Jadi untuk mencapai kerukunan
tidak saja merupakan upaya kita sebagai umat yang berbeda beda itu, namun Tuhan
telah menyatukan pikiran dan langkah kita, melalui dharma agar tercapai
kerukunan. Tuhan tidak saja mengarahkan umatnya yang baik dan ebnar, namun
kepada mereka yang jahatpun akan dituntun kejalan yang benar.
Penyatuan pikiran paling
sederhana dapat kita lakukan dengan bersembahyang atau berdoa bersama,
menyatukan pikiran tertuju pada Nya Yang Esa. Karena bersembahyang dapay
mengarahkan kita menghidarkan kita pada pernuatan yang tidak baik.
Dalam kutipan arti sloka tersebut
rupanya kerukunan tidak hanya merupakan kemauan manusia atau umat, namun Tuhan
melalui sabdanya menghendaki umatnya rukun, membina kerukunan. Tuhan membimbing
umatnya yang salah, yang jahat kembali ke jalan yang benar. Maka sangat merugi
kita sebagai umatnya bila tidak dapat melaksanakan kehendak Nya yang sudah pada
kita ketahui.
Dari perbincangan di atas dapat
Guru katakana bahwa : Tuhan telah menciptakan keberagaman, Tuhan mempersilahkan
umatnya memilih jalannya sendiri dari jalan yang beragam itu untuk menujunya.
Tuhan menyerukan umatnya untuk menciptakan kerukunan, sehingga menjadi harmpnis
dalam keberagaman tersebut. Jangan takut salah memilih jalan karena anugerah
yang akan kita terima hanya ditentukan oleh amal ibadah kita, tidak tergantung
jalan yang kita tempuh.
Maka itu Rukunlah dalam kehidupan
ini dengan sesama manusia. Mari sama-sama menuju kepada Nya dengan jalan
masing0masing yang kita pilih.
Om Canti, Canti, Camti Om.
Puri Gading, akhir September
2014
No comments:
Post a Comment