PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Thursday, January 30, 2014

Perbincangan-3 Ikhlas

IKHLAS

Oeh : I Putu Pudja

Semua anak-anakku (begitu aku membahasakan murid muridku ) telah duduk rapi lantai seperti biasa, mereka ada dua belas orang. Memang aku mempunyai keinginan untuk mempunyai suatu persantian kecil yang anggotanya tidak lebih dari 15 orang, dan, atau  dapat mempekerjakan orang  antara 4 – 6 orang,  dalam perusahaan kecil, sebagai suatau khayalan yang mendatangkan kenikmatan. Hahaha ngimpi kali yeee.
Terus aku lemparkan masalah, apa yang pernah kudengar di perantauan tepatnya di Tanah Besar, Papua, masalah tersebut adalah “Ikhlas” dan jujur

Aku tanyakan kapada mereka, apa yang mereka fahami tentang ikhlas, di Papua pernah aku bertemu seorang yang sudah dituakan di masyarakat, dan dia dijadikan tempat bertanya masalah agama, juga masalah kemasyarakat. Kala itu aku melihat ada sesorang tamunya memberikan sesuatu kepada tamu lainnya, secara sembunyi sembunyi. Kemudian dipanggilnyalah keduanya. Apa yang kamu berikan itu harus dengan rasa ikhlas, si penerima juga di tanya apa dia ikhlas menerima pemberiannya, yang hanya sedemikian. Mereka berdua menjawabnya dengan ikhlas Bapak. Kamu sebagai penerima ikhlas Bapak. Nah doa Bapak kalau yang memberikan sudah ikhlas, demikian juga yang menerima sudah ikhlas, semoga keduanya mendapatkah berkah.

Terus Pak Tua melihat aku yang sedang bertamu disana. Bener kan Bapak De, kalau sudah ikhlas dan ikhlas, mudah mudahan barokah. Aku jawab –karena  Pak Tua  tahu aku  Guru  matematika  dan Fisika- disebuah Balai Diklat Penerbangan ,  bahasa  matematikanya  Pak Tua itu aku katakan dengan rumusan sebagai berikut dalam matematika :
Ikhlas + ikhlas = berkah 

Ya ya itu bener sekali, ikhlas yang memberikan, ikhlas yang menerima, astungkara itu akan menjadi berkah untuk kedua belah pihak. Akan tetapi di dalam Fisika aku katan itu adalah hukum kekekalan energi, yang akhirnya akan menimbulkan kondisi baru yang disebut kesetimbangan. Hukum termodinamika Nol. Jadi memberikan kebahagiaan ke penerima, dan menimbulkan kebahagiaan oleh pemberi, yang pada akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan kedua belah pihak, bahkan akan menular ke sekelilingnya. Haaayyy kata beliau, pintar Bapak kita ini katanya.

Nah kenmudian dari prolog itu aku tanyakan ke mereka, apa pendapat kamu tentang ikhlas ? dan apakah Kalian setuju dengan rumusan keikhalsan itu yang menghasilkan keberkahan.
Murid 1            : “ikhlas itu ada rela” 
Guru (aku)      : OK
Murid 2            : “ikhlas adalah pemberian tanpa pamerih”
Aku                    : OK dapat diterima
Murid 3 : “ikhlas itu seperti orang katakan tangan kanan memberi, tetapi kanan kiri tak boleh mengetahuinya.
Aku                    :  OK, semuanya bisa diterima.

Akhirnya seorang mudid lain yang kuketahui mempunyai pemikiran yang lebih luas dan kompleks kusuruh merangkai dengan narasi apa menurut mereka ikhlas.  Kalimatnya kira, kira seperti berikut : “iklhas adalah suatu keadaan yang dimiliki seseorang dalam membantu orang lain yang pantas membutuhkan bantuan, dengan tidak mengharapkan pengembalian dari mereka yang menerima. Si penerima juga harus mempunayi rasa bahwa dia diberikan seberapapun oleh si pemberi, harus disertai dengan rasa syukur dalam menerimana, karena semua proses pemberian pertolongan itu semata mata merupakan campur tangan Ida Sang Hyang Widhi. Si pemberi mendoakan pemberiannya supaya diberkati dan berguna bagi penerima, demikian pula sebaliknya sipenerima harus bersyukur, dan berterima kasih semoga si pemberi mendapatkan imbalan walau tidak dari dia langsung.

Jadi dapat diseimpulkan bahwa semua pendapat diatas saling melengkapi, dalam ikhlas ada kerelaan, bersifat tanpa marerih, mengandung rasa syukur di dalamnya oleh kedua belah pihakl. Dengan demikian aku sempurnakan bahwa rumus matematika maupun rumus fisika ku tentang keikhlasan masih relevan disana.
Keikhlasan dalam memberli akan medatangkan kebahagiaan dan rasa syukur bagi pemberi, tidak saja bagi dirinya tetapi bagi orang-orang sekelilingnya terutama keluarganya atau orang-orang yang mengetahuinya. Berbuat baik harus segera disebarluaskan atau ditularkan kepada orang lain, sama dengan kita menularkan rasa bahagia kepada orang lain. 

Begitu juga bila pemberian itu bagi sipenerima akan menimbulkan kebahagiaan minimal untuk dirinya, syukur bisa menular dan mengalir kepada orang-orang sekitarnya kebahagiaan itu, walau mungkin hanya sebebrapa waktu. Karena tidak jarang orang yang mendapat pertolongan dengan ikhlas baik materi maupun spirit, pengetahuan dan lainnya ke[ada oramg yang mau berusaha dan berjuang, tidak jarang mereka akan menemui kesuksesan bahkan melebihi orang yang membantunya.

Dalam Hindu kita ketahui perbuatan ini, merupakan kolaborasi dari bakti, karma dan jnana marga yang merupakan jalan manusia mengumpulkan kridit point pahala dari perbuatannya yang mulia. Nah bagaimana persepsi saudara terhadap ikhlas yang sering kita ucapkan itu?
Selamat merenungkan kami menunggu komentar anda!!! Om Canti, Canti, Canti Om.

========<Renungan Ciwaratri 2014>==========

No comments:

Post a Comment