PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, December 31, 2014

Perbincangan 35: Yang Tersisip Dalam Perayaan

"MAKNA LAIN YANG ADA DALAM GALUNGAN DAN KUNINGAN"

Oleh : I Putu Pudja

 Om Suastiastu.

Penjor Saat Galungan (google.com)
Dalam perbincangan kali ini, masih suasana Galungan Kuningan, kami tidak akan berbincang masalah yang ruwet terkait tatwa, susila mapupun upacara secara spesifik, namun mencoba menyisir kearifan lokal yang terselip didalamnya sebagai pelajaran hidup, nahkan pelajaran yang sangat berguna untuk kesehayan kita. Jadi kalau ada yang tidak berkenan penulis mohon ampura, mohon maaf.

Setiap merayakan Hari Raya, terutama Galungan dan Kuningan masyarakat Hindu -terutama di Bali atau yang masih atau sudah terkena pengaruh budaya Bali- tidak dapat dilepaskan dengan tradisi 'nampah' atau memotong hewan, biasanya yang dipotng adalah babi, atau ayam, bebek, mentog dan sebagainya digunakan untuk perlengkapan upacara, atau memotong sapi (tetaapi belaknagn jarang dilakukan). Didalam acara nampah ini sebanarnya sangat banyak muatan-muatan yang berupa kearifan lokal yang pautu kita pelajari, terkait dengan kesehatan terutama kesehatan akibat pengaruh makan daging yang dipotong saat penampahan.

Selama menekuni dan memperhatikan tumbuhan yang berkgasiat obat, maka dari acara perayaan Galungan terutama yang terkait kuliner kita bisa belajar banyak, diantaranya adalah :

  1. Tum, secara nasional dikenal dengan nama 'botok' selalu daging cincangnya dibalut dengan daun salam. Tetapi belakangan banyak yang mensiasati dengan mengiris tipis diaduk bersama daging sehingga saat makan, akan lebih efektif ikut tercerna, dan zat didalamnya dapat lebih fungsional, Belakangan daun salam disamping membuat daging lebih padat dan lebih gurih rasanya, ternyata dikenal sebagai daun yang dapat meluruhkan kolesterol. Nah upaya untuk mencincangnya me
  2. Dalam bumbu umumnya masakan Bali banyak menggunakan rempah-rempah, terutama kunyit. Kunyit digunakan banyak untuk mencegah 'mencret' karena perut kaget mencerna banyak daging terutama yang berlemak, baik lawar, sayur balung, atau sayur petis. Disini kunyit yang mengandung zat antibiotik sudah dipersiapkan melalui bumbu agar pencernaan tidak terganggu;
  3. rupakan upaya yang bagus agar lebih efektif sebagai bumbu pembuat gurih, pembuat legit, juga efektif sebagai peluruh kolesterol, tepatnya lemak yang terdapat pada makanan yang kita makan terutama daging saat galunga.
  4. Tuak, atau tape dengan beremnya yang biasa ada dalam tape sebenarnya sangat baik untuk pencernaan saat mencerna lemak, atau daging agar lebih menggelontor lemaknya disamping daun salam yang dipakai pada masalan
  5. Sayur daun kelor. Pada umanis Kuningan di beberapa daerah di Tabanan, biasanya masyarakat membuat punjung aturan. Disamping untuk bantern, tentu sayur kelor juga dikonsumsi oleh keluarga tersbut, sehingga pada saat umanis kuningan daun kelor akan sangat laku dicari masyarakat. Belakangan diketahui bahwa kelor sangat banyak manfaatnya untuk kesehatan, terutama untuk menetralkan tekanan darah, meluruhkan lemak makanan agar tak terhisap dalam darah, maupun sabai pengelontor kemih lainnya sehingga akan sangat bermanfaat untuk kesehatan kita.
  6. Dan beberapa bahan lainnya yang dicampurkan dalam maslahan seperti ares dalam sayur kuah daging, klungah -kelapa sangat muda- sebagai campuran dalam lawar dan lain sebagainya, semuanya berguna sebagai fiber atau serat dalam makanan kita maupun untuk mencegah sakit perut karena pencernaan kaget dengan makanan kaya daging -zaman dulu masyarakat jarang makan daging-
  7. Demikian juga perlengkapan Galungan - Kuningan sangat banyak gunanya. ada kemangi, ada bunga ratna dan lain sebagainya.
Dari itu semua, kalau kita mau belajar, para pendahulu kita sambil melaksanakan perayaan Hari Raya keagamaan, ternyata juga menyelipkan kearifan lokal yang perlu dipelajari maknanya, kemudian di lestarikan, bahkan dikembangkan dan disesuaikan dengan zaman yang sangat dinamis ini.

Kemangi misalnya yang niasa dipakai perlengkapan banten Kuningan, juga dipakai campuran pewangi nasi kuning yang disantap saat Kuningan. Ternyata kemangi mempunyai fungsi selain untuk menetralisir bau badan, dia juga dapat menambah kesuburan lelaki, maupun perempuan.

Bunga ratna dalam perkembangannya terakhir, yang merupakan bunga yang dipakai saat Galungan dan Kuningan ternyata air rebusannya sangat bermanfaat untuk meredakan bahkan mengeliminasi gejala asma. Kalau rajin dan rutin mengkonsumsinya, banyak yang memetik manfaatnya dalam ekluar dari siksaan asma.

Nah itu hanya sekedar 'trigger' untuk mengingatkan kita bahwa banyak pesan, pengetahuan, berupa kearifan lokal yang terselip dalam kegiatan kita melaksanakan kewajiban keagamaan. Mungkin perlu kita elaborasi dan sangat mungkin ditempat lain akan ditemukan kearifan lokal lainnya.

Selamat Galungan dan Kuningan, semoga kemenangan selalu dapat kita raih di dalam kehidupan ini. Astungkara. Om Canti. Canti, Canti, Om

Puri Gading, 1 Januari 2015



No comments:

Post a Comment