PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Wednesday, April 30, 2014

Perbincangan-13 Tentang Indivisu Manusia



“RENUNGAN TENTANG INDIVIDU MANUSIA”

Oleh : I Putu Pudja

Sunset, Juga sebuah renungan
Pada 1 Mei 2014, merupakan libur pertama untuk peringatan Hari Buruh Dunia di Indonesia. Setelah 1 Mei ditetapkan sebagai hari libur di Indonesia. Penulis merencanakan untuk pulang kampong, tetapi ternyata karena sesuatu hal, dan kalah suara dengan orang-orang rumah yang mempunyai kegiatan lain, akhirnya penulis mempunyai kesempatan merenung sejenak setelah sembahyang harian. Kebetulan hari ini merupakan Kamis Kajeng Kliwon, sehingga sesajen yang diunggahkan sebagai sarana perembahyangan menjadi lebih banyak sedikit dari hari biasanya. Renungan tersebut memang renungan kontemprer, yang penulis tuliskan di bawah ini.

Dalam renungan tersebut sejatinya kita manusia, semuanya merupakan buruh yang dapat dilihat sebagaimahluk sosial, maupun individu. Minimal merupakan buruh dari kepentingan kita secara pribadi sebagai manusia. Untuk kali ini penulis merenungkan lebih individu tentang manusia. Bukankah di dalam pertanggung jawaban semua yang kita perbuat didunia ini merupakan pertanggung jawaban personal. Jawabnya ternyata bisa ya, bisa tidak. Ingat bahwa kita mempercayai reinkarnasi.


Renungan penulis menyeruak sampai sangat mendalam tentang manusia. Beberapa buku yang pernah penulis baca mengatakan bahwa maanusia itu secara spiritual dan vertical terdiri dari badan kasar dan jiwatma (rokh), yang harapannya tentu setelah meninggal dunia sang rokh tersebut akan kembali secara vertical menuju asalnya prama atman, Tuhan Yang Maha Esa. Banyak jalan yang ditempuh manusia menuju atau menapak jalan itu. Dan sang badan kembali ke asalnya unsure paca maha buta.

Namun secara horizontal, manusia itu dipandang dari sudut pandang kontemporer agama –Agama Hindu-, dalam perjalanannya menapak menuju asalnya, akan merupakan: (1) manusia yang belajar, berfikir dengan daya nalarnya sehingga mereka mengetahui (knowing), (2) manusia yang menyadari dan merasakan (feeling), dan (3) manusia yang melakukan kerja mempraktekkan ajaran dharma (willing).

Ketiganya merupakan jalan-jalan atau marga yang dapat dipilih untuk menuju menyatu ke Tuhan yang Esa sebagai hasil akhir perjalanan di dunia ini.  Bila kita terjemahkan pandangan kontemporer ini, kelihatannya sangat sejalan dengan catur marga yang kita kenal, dalam upaya manusia menuju sasaran atau tujuan hidupnya di dunia, yaitu moksartam jagatitha caiti dharma.

Catur marga itu kita kenal dengan : (1) Jnana Marga, dengan knowing ilmu pengetahuan, ajaran dharma untuk diri sendiri maupun untuk diberikan atau disampaikan kepada umat sebagai jalan dharma, (2) Bakti Marga, dengan feeling, merasakan dan meniadakan perbedaan perbedaan sekte, keyakinan untuk menuju kepada Nya. Disini terlihat bahwa agama itu universal seperti pandangan Albert Eistein, yang meramalkan suatu saat agama itu akan merupakan keyakinan universal, tidak lagi dibedakan dengan apa nama agama masing-masing, dan (3) Karma Marga, yaitu dengan jalan berbuat nyata, mengimplementasikan ajaran agama demi kemanusiaan, dengan tidak membedakan asal-usul agama. Nah jalan yang ke tiga ini kelihatannya sangat tajam biasnya di dalam era otonomi daerah sekarang untuk menggoalkan keinginan suatu kelompok dalam menyngkirkan kelompok lainnya. Padahal hal itu seharusnya dihindari, karena Undang Undang Dasar 1945 menjamin hal itu.

Setelah melihat ketiga marga tersebut terus, bagaimana dengan marga yang ke 4, yaitu Yoga Marga. Yoga merujuk pada kata yoke dalam bahasa inggris yang berarti mempersatukan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan jalan tapa brata smadhi, dengan cara spiritual menyatukan diri, menghubungkan diri melatih diri agar dapat lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jadi lebih banyak merupakan upaya spiritual.

Pandangan kontemporer terhadap agama Hindu sejatinya merupakan modernisasi ungkapan saja terhadap pelaksanaan catur marga dalam kehidupan modern ini, sehingga kontemporer atau konvensional tetap mempunyai persinggungan, sehingga manapun yang kita yakini dan ketahui dapat dijalankan sebagai pilihan hidup, dalam menapaki jalan menuju kepada Nya.

Terhadap pandangan kontemporer agama –baca Agama Hindu- ada juga yang menggolongkannya dengan cara beragana atau menjalankan dharma dengan : absulutme, theism, dan aktivisme.

Bagi penganut absulutisme, akan sangat individualism dalam pencariannya. Dia akan tidak memperdulikan lingkungannya untuk melakukan upaya-upaya penyatuan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka sangat egois seakan tidak peduli dengan lingkungannya. Mereka selalu mencari jati diri, dan hakekat Tuhan dengan pencarian sendiri. Sehingga pengikut absulutisme akan merupakan kelompok yang ekslusif yang tidak peduli dengan lingkungannyan, hanya peduli kepada dirinya sendiri.

Penganut theism, akan  mudah mengakui kebenaran dari semua aliran, baik dalam sekte-sekte sedharma maupun terkadang dengan kebenaran yang diyakini umat lain. Kelompok ini seakan merupakan kelompok universal. Mereka sering disebut kelompok yang kompromis, dengan mengkompromikan kebenaran itu hal-hal dalam dharma yang paling halus. Dengan cara yang demikian mereka yang menganut aliran ini banyak muridnya berasal dari berbagai agama, walau yang diaharkan adalah dharma secara hindu yang dikemas sedemikian rupa sehingga umat lain selain Hindu, tidak merasa bahwa mereka telah mempelajari esensi hindu yang paling dalam.

Penganut aktivisme, merupakan penganut yang dalam perjuangannya menuju kepada Nya, dengan lebih banyak berbuat mengimplementasikan ajaran dharma, karena mereka yakin bahwa perbuatan baik akan berbuah baik, dan perbuatan jelek akan berbuah jelek. Meraka tidak peduli harus berbuat baik terhadap siapa saja, terkadang kepada musuhnya mereka tak sadar mereka akan tetap berbuat baik. Kelompok ini banyak bergerak dalam lembaga=lembaga sosial kemasyarakatan, membantu umat yang memerlukan pertolongannya.

Ketiga faham kontemporer ini, dapat mewakili sifat individualisme dan sifat sosialnya manusia. Bisa secara individu mencari dengan self incuiry, bisa juga dengan mencari bersama, dengan merangkul umat sedharma, baik melalui komunitas sosial atau lembaga-lembaga sosial  yang ada.

Nah antara pandangan kita terhadp manusia, terhadap aktivitas manusia, baik secara vertical maupun horizontal, tradisional maupun kontemporer pada hakekatnya sama, bahkan terkadang kita tidak tahu kita telah melaksanakan yang mana, karena beberapa pakar meyakini tidak ada satupun cara yang lebih baik bila dibandingkan dengan jalan lainnya.

Terkait dengan hal itu, pilihan  diserahkan kepada kita secara individu, jalan mana yang kita tempuh jalankanlah dengan sepenuh hati, bahkan dengan mengkombinasikan diantaranyapun merupakan pilihan yang tidak dilarang yang penting laksanakanlah dengan tanpa mengharapkan hasilnya, yang lebih penting bagaimana kita dapat menikmati proses pencarian itu, bukan menikati hasil pencapaian itu. Karena disilah passion nya kita beragama. Ingat salah satu sloka yang kira-kira bunyinya sebagai berikut :“Dari manapun kau datang Kepada Ku, engkau akan kuterima sama disisiku”. Bukankah itu yang telah dijanjikan Tuhan kepada umatnya?

Pilihan tentunya ada pada anda sekalian. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.

Puri Gading, 1 Mei 2014.



No comments:

Post a Comment