MANUSIA
Oleh : I Putu Pudja
Oleh : I Putu Pudja
Hakekat Manusia
Hakekat manusia yang paling
hakiki adalah sebagai mahluk individu, maupun sebagai mahluk sosial.
Pengertian Individu berasal dari kata in dan
devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak,
sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau
satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Sebagai makhluk
individu, manusia
memiliki jasmani dan rohani; unsur fisik dan psikis; unsur raga dan jiwa.
Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani
dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
Setiap
manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki
keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara:
1.
Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor
keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri
fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir
2.
Faktor
fenotif (lingkungan), merupakan factor lingkungan yang ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk
pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi
alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merupakan lingkungan di mana seorang
individu melakukan interaksi sosial.
Karakteristik
yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
genotip dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Mahluk Sosial. Menurut kodratnya manusia adalah
makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, mempunyai akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada
diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak
hidup di tengahtengah manusia.
Tanpa
bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi
atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
karrena beberapa alasan, yaitu: a. Manusia tunduk pada aturan, nilai-nilai
dan norma sosial. b. Perilaku manusia
mengaharapkan suatu penilain dari orang lain. c. Manusia memiliki kebutuhan
untuk berinteraksi dengan orang lain d. Potensi manusia akan berkembang bila ia
hidup di tengah-tengah manusia.
Secara psikologis hakekat manusia disebutkan sebagai
di bawah ini:
- Mahluk
yang yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
- Indi
vidu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosialnya yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.
- Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
- Individu
yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati
- Suatu
keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas
- Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
- Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup
di dalam lingkungan sosial.
Pendapat
lain terkait hakekat manusia diantaranya pendapat Zais (1976). Menurutnya untuk memahami hakekat manusia
dapat dilakukan dengan mengajukan empat pertanyaan, yaitu :
1. Jiwa Raga. Pandangan tentang manusia
mengatakan bahwa manusia itu terdiri dari kesatuan jiwa dan raga.
2. Konstan dan Berubah. Robert Huthcins
adalah seorang tokoh penganut asumsi bahwa bagaimanapun bervariasinya
lingkungan hidup manusia, manusia itu selalu akan sama dimanapun dia berada.
(dikutip Hook dalam Zais 1976, hal 205).
3. Bebas atau terikat. Pandangan
yang menganggap manusia itu bebas adalah yang tradisional dan yang baru. dan
Sebaliknya menurut pandangan yang mengatakan anak tidak bebas sama sekali
4. Baik-buruk. Jean Jacques Rosseau
menganggap manusia pada dasarnya baik waktu diciptakan tuhan, hidup harmonis
dengan alam. Hanya saja waktu hidup bersama manusia lain ia menjadi tidak baik.
Pendapat mengenai hakekat manusia
ini sangat banyak kita jumpai, pengembangannya sangat dipengaruhi dari sudut
pandang mana manusia itu akan dikupas, atau diteliti seperti dari psikologinya,
pendidikan, perilaku, maupun hakekatnya ditinjau dari segi agama. Namun dari
sebagian besar itu, arus utama mengatakan manusia itu mempunya hakekat sebagai
mahluk individu maupun mahluk sosial.
Tujuan
Hidup Manusia
Agama sebagai pengetahuan
kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika
secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata “A” dan
“gam”. “a” berarti tidak dan “gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata
agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng.
Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak
berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula
ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu,
dimana saja dan kapan saja.
Berangkat dari pengertian
itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan
kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi
dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang
berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.
Tujuan agama Hindu yang
dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah “Moksartham Jagadhitaya ca iti
Dharma”, yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan
rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan
bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu
empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti kebenaran dan
kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan
keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan,
juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau
pelepasan.
Moksa tujuan
utama umat Hindu adalah mencapai moksa,
yaitu menyatu kembali jiwatman dengan asalnnya
yaitu Ida Sang Hyang Widi Wasa. Moksa juga menjadi salah satu dari Catur
Purusarta: adalah empat tujuan hidup manusia yang saling berkaitan satu dengan
lainnya. Pembagian Catur Purusa Artha adalah sebagai berikut:
- Dharma yaitu ajaran tentang kebenaran,
kebijaksanaan, kebaikan dan ajaran tentang tanggung jawab.
- Artha yaitu kekayaan atau harta benda yang harus diperoleh
berdasarkan dharma atau
kebenaran.
- Kama yaitu keinginan untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang juga
harus didasarkan pada dharma.
- Moksa yaitu kebebasan dari ikatan duniawi dan kelahiran ulang untuk
dapat kembali kepada Tuhan.
Sebagai tujuan akhir hidup umat Hindu adalah ”mokhsartham
jagadhitaya ca iti dharmah”. Secara keseluruhan mempunyai
arti mencapai tujuan agama moksa dan kesejahteraan umat manusia. Disini
terkandung dua makna sekaligus yaitu tujuan hidup dan pada tujuan akhir
kehidupan ini, atau tujuan lahir dan spiritual.
Mokhsa berarti kebebasan abadi dari ikatan duniawai,
bebas dari kharmapala, dan bebas samsara. Moksa tidak hanya dicapai saat
manusia meninggalkan dunia, akan tetapi juga dapat dicapai di dunia ini. Tingkatan ini akan dicapai bila kita telah dapat
membebaskan diri dari ikatan duniawi. Kondisi ini disebutkan sebagai
jiwantanmukti, moksa dimasa kehidupan.
Di dalam memenuhi segala nafsu
dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat
menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali
manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila
tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali
dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana disyaratkan di dalam Weda.
Pada (S.S.12) sebagai berikut:
”Pada hakekatnya, jika artha dan kama
dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi,
pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika
artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma”.
Jadi dharma mempunyai
kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang
menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma
pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda
(S.S.14), sebagai berikut: ”Yang disebut dharma adalah merupakan jalan
untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi
saudagar untuk mengarungi lautan.”
Selanjutnya di dalam
Cantiparwa disebutkan pula sebagai berikut:
”Segala sesuatu yang bertujuan
memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma
(agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang
sebenarnya”.
Demikian pula Manusamhita
merumuskan dharma itu sebagai berikut: ”Dharma
(agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai
kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang
Widhi Wasa (Brahman)”.
Weda (S.S. 16) juga
menyebutkan : ”Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia,
demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa”.
Tahapan ini telah dicapai para Rsi, yang telah mampu
membebaskan dirinya dari ikatan duniawi, berbakti kepada dharma seluas luasnya.
Dengan melaksanakan catur yoga misalnya. Catur yoga yaitu :
- Jnana Yoga,
melaksanakan dhama dengan mengamalkan ilmu pengetahu an secara luas.
- Bhakti Yoga,
melaksanakan dharma melalui pengabdian dan pengimple mentasian
ajaran dharma secara nyata secara terus menerus dan konsisten.
- Karman Yoga, melaksanakan dharma dengan perbuatan mulia tanpa
pamerih.
- Raja Yoga,
melaksanakan dharma dengan melaksanakan tapa, brata, yoga, semadhi.
Yoga ini dilaksanakan diseuaikan dengan kemampuan umat
yang melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang diperbuat tidaklah
secara otomatis akan memperoleh hasil akhir moksa, karena kita tidak tahu hasilnya
(karma), mengingat adanya ikatan karma dimasa lalu. Ke empat cara itu tidak ada satupun yang lebih baik antar
satu dengan lainnya. Semuanya sangat tergantung kepada niat, cara melakukannya,
ketekunan melakukan, tingkat keimanan dan harapan harapan yang digantungkan
kepadanya.
Bhagawadgita ( II,47) menyebutkan dalam kegiatan Krisna
menasehati Arjuna sebagai berikut:
”Kewajibanmu hanyalah bekerja
dan bukan pada hasil dari karyamu. Janganlah engkau bekerja dengan keinginan
menikmati hasilnya dan jangan pula tidak mau bekerja sama sekali”.
Dalam bekerja hendaknya kita laksanakan dengan baik, dan
tidak menginginkan bagaimana hasilnya, apalagi keuntungan yang akan
dihasilkannya.
Setelah manusia yang mencapai moksa maka manusia itu akan
lepas dari ikatan duniawi, dan jiwatman tidak akan kembali kedunia. Dan atman
pun aakan terselubungi oleh jiwatman. Atman bersatu dengan Sang Hyang Widhi
Wasa, dan mencapai ”Sat cit ananda” yang berarti kebahagiaan abadi. Dalam
bahasa Jawa Kuno, kita kenal dengan sebutan
”suka tan pawali duka” . Dalam kondisi ini yaitu dalam
keadaan atman manunggal dengan Sang Hyang Widi Wasa, dalam bahasa Sansekerta
disebut dalam tahapan ”Aham brahma asmi” atau dalam bahawa Jawa Kuno disebutkan
sebagai ”Manunggaling Kawula lan Gusti”.
Dalam proses lainnya dimana atman dipengaruhi oleh
anatman atau ikatan duniawi satwam,
rajas, tamas, maka dia akan menjadi awidya, dan akan menjelma kembali ke
dunia dengan badan kasar lainnya. Proses penjelmaan ini kita kenal sebagai
reinkarnasi.
Catur Asrama adalah
empat tahapan kehidupan atas dasar
keharmonisan hidup dalam ajaran Hindu.
Setiap tahapan kehidupan manusia di bedakan berdasarkan atas tugas dan
kewajiban manusia dalam menjalani kehidupannya, namun terikat dalam satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sebagai contohnya, perbedaan kewajiban
antara orang tua dan anak. Terlebih kalau sudah ada geberasi ke tiga atau cucu.
Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Brahmacari Asrama,
adalah tiahapan masa menuntut ilmu. Masa Brahmacari
diawali dengan upacara Upanayana dan diakhiri dengan pengakuan dan pemberian
Samawartana (Ijazah).
2. Grhasta Asrama, adalah
tahapan kehidupan berumah tangga. Masa Grhasta Asrama ini adalah merupakan
tahapan kedua setelah Brahmacari Asrama. Dalam memasuki masa Grehasta diawali
dengan suatu upacara yang disebut Wiwaha Samskara (Perkawinan) yang bermakna
sebagai pengesahan secara agama dalam rangka kehidupan berumahtangga,
melanjutkan tugas meneruskan keturunan, melaksanakan yadnya dan kehidupan
sosial lainnya didalam masyarakat.
3. Wanaprastha Asrama, merupakan tahapan kehidupan ketiga dqlqm kehidupan manusia.
Dimana dia berkewajiban untuk menjauhkan diri dari nafsu duniawi. Pada masa ini
hidupnya diabdikan untuk pendalaman dan pengamalan ajaran Dharma. Dalam masa
ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan
mendalami arti hidup yang sebenarnya, memperaktekkan ajaran dharma untuk
menuju memperoleh moksa.
4. Sanyasin Asrama
(bhiksuka), meerupakan tingkat tahapan dari
catur asrama, di mana pengaruh dunia sama sekali sudah dilepaskan. Mengabdikan
diri pada nilai-nilai dari keutamaan Dharma dan hakekat hidup yang benar. Pada
tingkatan ini, ini banyak dilakukan kunjungan berupa dharma yatra,dan tirtha
yatra ke tempat suci, di mana seluruh sisa hidupnya hanya diserahkan kepada
Sang Pencipta.
MUSUH DALAM KEHIDUPAN
Dalam
kehidupan ini banyak sekali manusia mempunyai musuh yang dapat menjerumuskannya
kedalam pelanggaran etika, menyimpang dari tugas den kewajibannya sebabai umat,
abdi negara, maupun abdi masyarakat. Diantara musuh tersebut yang patut dihindari adalah :
Sad Ripu adalah
enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu:
- Kama artinya sifat penuh nafsu indriya.
- Lobha artinya sifat loba dan serakah.
- Krodha artinya sifat kejam dan pemarah.
- Mada artinya sifat mabuk dan kegila-gilaan.
- Moha artinya sifat bingung dan angkuh.
- Matsarya adalah sifat dengki dan iri hati.
- KAMA
Kondisi seseorang yang dapat menenangkan dan mengendalikan pikiran dengan
baik, maka dia dikatakan sudah mampu
mengatasi nafsu, dan selanjutnya dia akan dapat mengendalikan diri. Dengan
demikian langkah yang penting untuk menundukkan hawa nafsu adalah membebaskan
diri dari proses berpikir yang
tidak baik. Harus
sejalan dengan tuntutan Tri Kaya Parisuda yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang
baik selalu berazaskan dharma.
Pada pustaka Sarasmusccaya
dalam sloka 105 disebutkan bahwa:
Maka orang yang dikuasai oleh nafsu murkanya, tak
dapat tidak niscaya ia melakukan perbuatan jahat, sampai akhirnya dapat
membunuh guru, dan ia sanggup menusuk hati seorang yang saleh, yaitu menyerangnya dengan kata2
yang kasar.
Bila seseorang sudah dikuasai oleh
hawa nafsu, akan sulit melakukan pengendalian diri, tidak mengetahui akan
perkataan yang keliru dan benar, dan mereka tidak mengenal lagi perbuatan yang
terlarang dan kadang kadang mengatakan sesuatu yang tidak layak didengar telinga,
berbicaranya sudah ngawur.
Yang dapat melindungi umat manusia dari kehancuran adalah
Dharma yaitu Karma yang bebas dari hawa nafsu yang disebut Subhakarma.
2. Lobha.
Pada umumnya manusia mempunyai
sifat dengan keinginan yang tidak terbatas. Mempunyai ambang kepuasan yang
berbeda-beda satu sama lainnya. Hal itu dikarenakan tingkatan kepuasan dan
kebahagiaan orang itu sangat relatif, serta pengaruh lhoba. Lobha adalah orang yang tidak pernah puas akan sesuatu
dan selalu merasa kurang dari apa yang dicapai saat itu dan selalu berusaha
mencari sampai dapat walaupun dengan cara Asubhakarma.
Meraka akan selalu merasa gusar dan gelisah karena didorong oleh
sifat lobha,(kelobaann) dan tidak pernah
merasa tenang selama hidupnya. Disatu sisi sifat lobha ini merupakan motivator
seseorang untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi, namun bila tidak terkendalikan
oleh norma-norma, dharma dia akan merupakan bumerang dalam kehidupannya, yang
dapat membunuh dan menggalkan tujuan hidupnya sesuai dengan ajaran dharma.
Kita harus selalu
menanamkan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain cara untuk memperoleh kepuasan dengan selalu berkarma baik
yaitu Subha Karma. Kita harus selalu bersyukur dengan apa yang
kita miliki, kekayaan apapun yang telah diberikan kepada kita. kehadapan Yang Widhi Wasa atas karunianya.
3.
Kroda.
Kemarahan timbul sebagai akibat tidak adanya keseimbangan
antara keinginan dengan pemenuhan kebutuhan lahiriah karena pengaruh perasaan
loba, emosional, dengki, benci yang tidak dapat dikendalikan dengan baik
sehingga timbul rasa jengkel, muak, tersinggung, sakit hati. Marah akan selalu
membawa bencana baik bagidiri sendiri maupun bagi orang
lain yang terlibat.
Marah dapat diibaratkan membakar kayu, kayu yang terbakar
akan menjadi abu, dan lingkungan yang ada disekitarnya akan merasakan hawa
panas. Sehingga kemarahan membawa kerugian kepada kedua belah pihak yaitu bagi
yang marah, maupun orang yang dimarahi yang ada disekitarnya. Kalau
jadi abu, menangpun jadi arah dalam kontek kemarahan ini.
4.
Moha
Manusia menjadi kebingungan akibat pikirannya yang gelap, tidak dapat membedakan perbuatan baik dan
buruk dan biasanya kecendrungan untuk berbuat Asubhakarma. Untuk mengatasi
kebingungan didalam menghadapi persoalan maka diperlukan pengendalian pikiran serta
menumbuhkanketabahan dan kesabaran dalam menghadapi permasalahan yang sulit. Ini merupakan sifat yang
penting yang harus dikembangkan.
Dalam cobaan dan dalam keadaan penuh permasalahaan dan
kesulitan, maka seseorang perlu
mengembangkan kesabaran dan ketabahan sehingga kebingungan segera dapat
diatasi. Manusia mempunyai banyak kelemahan yang tersembunyi dan sangat sulit
dikendalikan. Dalam kebingungan , kelemahan tersembunyi akan muncul sebagai
kemarahan, ketakutan, keangkuhan dan kebencian. Pada saat itu diperlukan kesadaran kesabaran dan
ketabahan harus diciptakan, ditumbuhkan agar pikiran dapat terkendali dan kita
dapat pulih dari kebingungan serta kita dapat melakukan Subhakarma.
5.
Mada
Mabuk dapat timbul dari kondisi pikiran yang tidak stabil
dalam diri manusia, menyebabkan sikap
dan tindakan diluar kontrol. Mabuk yang dialami manusia akan
mengakibatkan ia merasa lebih dari orang lain, dan
membangkitkan sifat Sapta Timira.
6. Matsarya.
Iri hati
merupakan sifat manusia yang tidak perlu dibiarkan meraja lela. Perasaan iri hati timbul karena manusia pada umumnya
tidak senang melihat orang lain senang, dan senang melihat orang lain susah. Bila
perlu kesenangan harus dimonopoli
oleh dirinya sendiri, orang lain harus posisinya lebih rendah dari posisi
dirinya sendiri, dan inilah salah satu kelemahan manusia karena sifatnya
sendiri
Setiap manusia hendaknya selalu
termotivasi mengejar penghargaan, pujian, kebahagiaan namun
tetap dalam koridor dharma. Dalam kompetisi kehidupan ini garus dijunjung
tinggi jiwa sportif, sehingga dapat menerima kekalahan maupun kemenangan. Agar
tidak selalu timbul iri hati. Meredam sifat iri hati
(Matsarya), akan membantu manusia melepaskan diri dari ikatan duniawi.
Mengendalikan Sadripu memang sangat sulit dilaksanakan dalam kehidupan ini, sebab cobaan
duniawi terhadap manusia sangat komplek, serta sifat manusia yang telah ada sejak lahir,
sehingga walaupun susah harus tetap ada upaya untuk melepaskan diri dari
belengguan Sad Ripu ini.
SAD ATATAYI
Sad
Atatayi berasal dari bahasa Jawa kuno (Kawi), terdiri dari dua
kata yaitu : "Sad" artinya enam, dan "Atatayi" artinya
kejahatan. Jadi sad atatayi artinya enam kejahatan yang dilarang Agama Hindu
yaitu :
1. Agnida:
membakar rumah atau milik orang lain, meledakkan bom, termasuk membakar dalam
arti kias yaitu memarahi orang sehingga orang itu merasa malu dan terhina.
2. Wisada: meracuni
orang atau mahluk lain.
3. Atharwa: menggunakan
ilmu hitam (black magic) untuk menyengsarakan orang lain.
4. Sastraghna: mengamuk atau membunuh tanpa tujuan tertentu karena
marah.
5.
Dratikrama: memperkosa, pelecehan sex.
6.
Rajapisuna: memfitnah
Dihimpun oleh : I Putu Pudja
Di Bukit Jimbaran, Agustus 2013
No comments:
Post a Comment