PENGANTAR PENULIS

Om Suastiatu

Dalam kehidupan sehahi-hari terkadang kita dihadapkan pada situasi, yang mengharuskan kita bisa.Demikian pula sekitar tahun 2003-2004, Penulis dihadapkan pada masalah tak terduga "diminta untuk mengisi kuliah Pendidikan Agama Hindu, di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekarang Sekolah Tinggi Teknik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Padahal penulis mempunyai latar belakang yang lain, yaitu Geofisika. Tetapi di dasari dengan semangat ngayah, melalui Jnana Marga, penulis iyakan saja. Kemudian baru penulis berusaha, diantaranya dengan mencari cari-cari Kurikulum Yang Paling Update, melalui teman-teman yang bekerja di Departemen Agama maupun Teman-teman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi, serta setiap pulang kampung mampir mencari buku dan majalah Hindu di Toko-Toko buku di Denpasar.

Dengan memberanikan diri, dan semangat ngayah itu kemudian kami himpun beberapa rangkuman bahan penulis untut bahan bacaan Mahasisa kami, yang biasa disebutkan sebagai Taruna-Taruni karena mereka ikatan dinas, kami posting bahan ini pada blog ini, serumpun dengan sains pop pada blogs: bigsain, kasiat-alam, bebekbali yang mungkin dapat pengunjung hampiri selain blog ini.
Penulis akan mencoba meng update isinya secara berkala, sesuai dengan kesibukan penulis. Jadi mohon maaf kalau sewaktu watu terlambant.

Om Canti, Canti, canti Om

Salam Kami

I Putu Pudja
Alamat di : ipt_pudja@yahoo.com

Tuesday, November 26, 2013

MANUSIA DALAM PERSEPSI HINDU

MANUSIA

Oleh : I Putu Pudja


Hakekat Manusia
Hakekat manusia yang paling hakiki adalah sebagai mahluk individu, maupun sebagai mahluk sosial. Pengertian  Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Sebagai makhluk individu, manusia memiliki jasmani dan rohani; unsur fisik dan psikis; unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara:
1.      Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir
2.      Faktor fenotif (lingkungan), merupakan factor lingkungan yang ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merupakan lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Mahluk Sosial. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, mempunyai akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengahtengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu: a. Manusia tunduk pada aturan, nilai-nilai dan  norma sosial. b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain. c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Secara psikologis hakekat manusia disebutkan sebagai di bawah ini:
  1. Mahluk yang yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
  2. Indi vidu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosialnya yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
  3. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
  4. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
  5. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
  6. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
  7. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Pendapat lain terkait hakekat manusia diantaranya pendapat Zais (1976).  Menurutnya untuk memahami hakekat manusia dapat dilakukan dengan mengajukan empat pertanyaan, yaitu :
1.     Jiwa Raga. Pandangan tentang manusia mengatakan bahwa manusia itu terdiri dari kesatuan jiwa dan raga.
2.    Konstan dan Berubah. Robert Huthcins adalah seorang tokoh penganut asumsi bahwa bagaimanapun bervariasinya lingkungan hidup manusia, manusia itu selalu akan sama dimanapun dia berada. (dikutip Hook dalam Zais 1976, hal 205).
3.      Bebas atau terikat. Pandangan yang menganggap manusia itu bebas adalah yang tradisional dan yang baru. dan Sebaliknya menurut pandangan yang mengatakan anak tidak bebas sama sekali
4.      Baik-buruk. Jean Jacques Rosseau menganggap manusia pada dasarnya baik waktu diciptakan tuhan, hidup harmonis dengan alam. Hanya saja waktu hidup bersama manusia lain ia menjadi tidak baik.
Pendapat mengenai hakekat manusia ini sangat banyak kita jumpai, pengembangannya sangat dipengaruhi dari sudut pandang mana manusia itu akan dikupas, atau diteliti seperti dari psikologinya, pendidikan, perilaku, maupun hakekatnya ditinjau dari segi agama. Namun dari sebagian besar itu, arus utama mengatakan manusia itu mempunya hakekat sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial.
Tujuan Hidup Manusia
Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata “A” dan “gam”.  “a” berarti tidak dan “gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.
Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.
Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah “Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma”, yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup  manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.
Moksa  tujuan utama  umat Hindu adalah mencapai moksa, yaitu menyatu kembali jiwatman dengan asalnnya  yaitu Ida Sang Hyang Widi Wasa. Moksa juga menjadi salah satu dari Catur Purusarta: adalah empat tujuan hidup manusia yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Pembagian Catur Purusa Artha adalah sebagai berikut:
  1. Dharma yaitu ajaran tentang kebenaran, kebijaksanaan, kebaikan dan ajaran tentang tanggung jawab.
  2. Artha yaitu kekayaan atau harta benda yang harus diperoleh berdasarkan dharma atau kebenaran.
  3. Kama yaitu keinginan untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang juga harus didasarkan pada dharma.
  4. Moksa yaitu kebebasan dari ikatan duniawi dan kelahiran ulang untuk dapat kembali kepada Tuhan.
Sebagai tujuan akhir hidup umat Hindu adalah ”mokhsartham jagadhitaya ca iti dharmah”. Secara keseluruhan mempunyai arti mencapai tujuan agama moksa dan kesejahteraan umat manusia. Disini terkandung dua makna sekaligus yaitu tujuan hidup dan pada tujuan akhir kehidupan ini, atau tujuan lahir dan spiritual.

Mokhsa berarti kebebasan abadi dari ikatan duniawai, bebas dari kharmapala, dan bebas samsara. Moksa tidak hanya dicapai saat manusia meninggalkan dunia, akan tetapi juga dapat dicapai di dunia ini. Tingkatan ini akan dicapai bila kita telah dapat membebaskan diri dari ikatan duniawi. Kondisi ini disebutkan sebagai jiwantanmukti, moksa dimasa kehidupan.
Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana disyaratkan di dalam Weda.
Pada (S.S.12) sebagai berikut: ”Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma”.
Jadi dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:  ”Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga,  sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar  untuk mengarungi lautan.”
Selanjutnya di dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai berikut:  ”Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya”.
Demikian pula Manusamhita merumuskan dharma itu sebagai berikut: ”Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman)”.
Weda (S.S. 16) juga menyebutkan : ”Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa”.
Tahapan ini telah dicapai para Rsi, yang telah mampu membebaskan dirinya dari ikatan duniawi, berbakti kepada dharma seluas luasnya. Dengan melaksanakan catur yoga misalnya. Catur yoga yaitu :
  1. Jnana Yoga, melaksanakan dhama dengan mengamalkan ilmu pengetahu an secara luas.
  2. Bhakti Yoga,  melaksanakan dharma melalui pengabdian dan pengimple mentasian ajaran dharma secara nyata secara terus menerus dan konsisten.
  3. Karman Yoga, melaksanakan dharma dengan perbuatan mulia tanpa pamerih.
  4. Raja Yoga, melaksanakan dharma dengan melaksanakan tapa, brata, yoga, semadhi.

Yoga ini dilaksanakan diseuaikan dengan kemampuan umat yang melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang diperbuat tidaklah secara otomatis akan memperoleh hasil akhir moksa, karena kita tidak tahu hasilnya (karma), mengingat adanya ikatan karma dimasa lalu. Ke empat cara itu tidak ada satupun yang lebih baik antar satu dengan lainnya. Semuanya sangat tergantung kepada niat, cara melakukannya, ketekunan melakukan, tingkat keimanan dan harapan harapan yang digantungkan kepadanya.

Bhagawadgita ( II,47) menyebutkan dalam kegiatan Krisna menasehati Arjuna sebagai berikut:
”Kewajibanmu hanyalah bekerja dan bukan pada hasil dari karyamu. Janganlah engkau bekerja dengan keinginan menikmati hasilnya dan jangan pula tidak mau bekerja sama sekali”.

Dalam bekerja hendaknya kita laksanakan dengan baik, dan tidak menginginkan bagaimana hasilnya, apalagi keuntungan yang akan dihasilkannya.

Setelah manusia yang mencapai moksa maka manusia itu akan lepas dari ikatan duniawi, dan jiwatman tidak akan kembali kedunia. Dan atman pun aakan terselubungi oleh jiwatman. Atman bersatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa, dan mencapai ”Sat cit ananda” yang berarti kebahagiaan abadi. Dalam bahasa Jawa Kuno, kita kenal dengan sebutan ”suka tan pawali duka” . Dalam kondisi ini yaitu dalam keadaan atman manunggal dengan Sang Hyang Widi Wasa, dalam bahasa Sansekerta disebut dalam tahapan ”Aham brahma asmi” atau dalam bahawa Jawa Kuno disebutkan sebagai ”Manunggaling Kawula lan Gusti”.

Dalam proses lainnya dimana atman dipengaruhi oleh anatman atau ikatan duniawi satwam, rajas, tamas, maka dia akan menjadi awidya, dan akan menjelma kembali ke dunia dengan badan kasar lainnya. Proses penjelmaan ini kita kenal sebagai reinkarnasi.
CATUR ASRAMA
Catur Asrama adalah empat tahapan  kehidupan atas dasar keharmonisan hidup dalam ajaran Hindu.  Setiap tahapan kehidupan manusia di bedakan berdasarkan atas tugas dan kewajiban manusia dalam menjalani kehidupannya, namun terikat dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sebagai contohnya, perbedaan kewajiban antara orang tua dan anak. Terlebih kalau sudah ada geberasi ke tiga atau cucu. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1.     Brahmacari Asrama,  adalah tiahapan masa menuntut ilmu. Masa Brahmacari diawali dengan upacara Upanayana dan diakhiri dengan pengakuan dan pemberian Samawartana (Ijazah).

2.   Grhasta Asrama, adalah tahapan kehidupan berumah tangga. Masa Grhasta Asrama ini adalah merupakan tahapan kedua setelah Brahmacari Asrama. Dalam memasuki masa Grehasta diawali dengan suatu upacara yang disebut Wiwaha Samskara (Perkawinan) yang bermakna sebagai pengesahan secara agama dalam rangka kehidupan berumahtangga, melanjutkan tugas meneruskan keturunan, melaksanakan yadnya dan kehidupan sosial lainnya didalam masyarakat.

3.      Wanaprastha Asrama, merupakan tahapan  kehidupan ketiga dqlqm kehidupan manusia. Dimana dia berkewajiban untuk menjauhkan diri dari nafsu duniawi. Pada masa ini hidupnya diabdikan untuk pendalaman dan pengamalan ajaran Dharma. Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, memperaktekkan ajaran dharma untuk menuju  memperoleh moksa.
4.      Sanyasin Asrama (bhiksuka), meerupakan tingkat tahapan dari catur asrama, di mana pengaruh dunia sama sekali sudah dilepaskan. Mengabdikan diri pada nilai-nilai dari keutamaan Dharma dan hakekat hidup yang benar. Pada tingkatan ini, ini banyak dilakukan kunjungan berupa dharma yatra,dan tirtha yatra ke tempat suci, di mana seluruh sisa hidupnya hanya diserahkan kepada Sang Pencipta.


MUSUH DALAM KEHIDUPAN

Dalam kehidupan ini banyak sekali manusia mempunyai musuh yang dapat menjerumuskannya kedalam pelanggaran etika, menyimpang dari tugas den kewajibannya sebabai umat, abdi negara, maupun abdi masyarakat. Diantara musuh  tersebut yang patut dihindari adalah :
Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu:
  1. Kama artinya sifat penuh nafsu indriya.
  2. Lobha artinya sifat loba dan serakah.
  3. Krodha artinya sifat kejam dan pemarah.
  4. Mada artinya sifat mabuk dan kegila-gilaan.
  5. Moha artinya sifat bingung dan angkuh.
  6. Matsarya adalah sifat dengki dan iri hati.
  1. KAMA
Kondisi seseorang yang dapat menenangkan dan mengendalikan pikiran dengan baik, maka dia dikatakan  sudah mampu mengatasi nafsu, dan selanjutnya dia akan dapat mengendalikan diri. Dengan demikian langkah yang penting untuk menundukkan hawa nafsu adalah membebaskan diri dari proses berpikir yang tidak baik. Harus sejalan dengan tuntutan Tri Kaya Parisuda yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang baik selalu berazaskan dharma.
Pada pustaka Sarasmusccaya dalam sloka 105 disebutkan bahwa:
Maka orang yang dikuasai oleh nafsu murkanya, tak dapat tidak niscaya ia melakukan perbuatan jahat, sampai akhirnya dapat membunuh guru, dan ia sanggup menusuk hati seorang yang saleh, yaitu menyerangnya dengan kata2 yang kasar.
Bila seseorang sudah dikuasai oleh hawa nafsu, akan sulit melakukan pengendalian diri, tidak mengetahui akan perkataan yang keliru dan benar, dan mereka tidak mengenal lagi perbuatan yang terlarang dan kadang kadang mengatakan sesuatu yang tidak layak didengar telinga, berbicaranya sudah ngawur.
Yang dapat melindungi umat manusia dari kehancuran adalah Dharma yaitu Karma yang bebas dari hawa nafsu yang disebut Subhakarma.
2.        Lobha.
Pada umumnya manusia mempunyai sifat dengan keinginan yang tidak terbatas. Mempunyai ambang kepuasan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Hal itu dikarenakan tingkatan kepuasan dan kebahagiaan orang itu sangat relatif, serta pengaruh lhoba. Lobha adalah orang yang tidak pernah puas akan sesuatu dan selalu merasa kurang dari apa yang dicapai saat itu dan selalu berusaha mencari sampai dapat walaupun dengan cara Asubhakarma.
Meraka akan selalu merasa gusar dan gelisah karena didorong oleh sifat lobha,(kelobaann)  dan tidak pernah merasa tenang selama hidupnya. Disatu sisi sifat lobha ini merupakan motivator seseorang untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi, namun bila tidak terkendalikan oleh norma-norma, dharma dia akan merupakan bumerang dalam kehidupannya, yang dapat membunuh dan menggalkan tujuan hidupnya sesuai dengan ajaran dharma.
Kita harus  selalu menanamkan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain cara untuk memperoleh kepuasan dengan selalu berkarma baik yaitu Subha Karma. Kita harus selalu bersyukur  dengan apa yang kita miliki, kekayaan apapun yang telah diberikan kepada kita. kehadapan Yang Widhi Wasa atas karunianya.
3.      Kroda.
Kemarahan timbul sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara keinginan dengan pemenuhan kebutuhan lahiriah karena pengaruh perasaan loba, emosional, dengki, benci yang tidak dapat dikendalikan dengan baik sehingga timbul rasa jengkel, muak, tersinggung, sakit hati. Marah akan selalu membawa bencana baik bagidiri sendiri maupun bagi orang lain yang terlibat.
Marah dapat diibaratkan membakar kayu, kayu yang terbakar akan menjadi abu, dan lingkungan yang ada disekitarnya akan merasakan hawa panas. Sehingga kemarahan membawa kerugian kepada kedua belah pihak yaitu bagi yang marah, maupun orang yang dimarahi yang ada disekitarnya. Kalau jadi abu, menangpun jadi arah dalam kontek kemarahan ini.
4.      Moha
Manusia menjadi kebingungan akibat pikirannya yang gelap, tidak dapat membedakan perbuatan baik dan buruk dan biasanya kecendrungan untuk berbuat Asubhakarma. Untuk mengatasi kebingungan didalam menghadapi persoalan maka diperlukan pengendalian pikiran serta menumbuhkanketabahan dan kesabaran dalam menghadapi permasalahan yang sulit. Ini merupakan sifat yang penting yang harus dikembangkan.
Dalam cobaan dan dalam keadaan penuh permasalahaan dan kesulitan, maka seseorang perlu  mengembangkan kesabaran dan ketabahan sehingga kebingungan segera dapat diatasi. Manusia mempunyai banyak kelemahan yang tersembunyi dan sangat sulit dikendalikan. Dalam kebingungan , kelemahan tersembunyi akan muncul sebagai kemarahan, ketakutan, keangkuhan dan kebencian. Pada saat  itu diperlukan kesadaran kesabaran dan ketabahan harus diciptakan, ditumbuhkan agar pikiran dapat terkendali dan kita dapat pulih dari kebingungan serta kita dapat melakukan Subhakarma.
5.      Mada
Mabuk dapat timbul dari kondisi pikiran yang tidak stabil dalam diri manusia,  menyebabkan sikap dan tindakan diluar kontrol.  Mabuk yang dialami manusia akan mengakibatkan ia merasa lebih dari orang lain, dan membangkitkan sifat  Sapta Timira.
6. Matsarya.
Iri hati merupakan sifat manusia yang tidak perlu dibiarkan meraja lela. Perasaan iri hati timbul karena manusia pada umumnya tidak senang melihat orang lain senang, dan senang melihat orang lain susah. Bila perlu kesenangan harus dimonopoli oleh dirinya sendiri, orang lain harus posisinya lebih rendah dari posisi dirinya sendiri, dan inilah salah satu kelemahan manusia karena sifatnya sendiri
Setiap manusia hendaknya selalu termotivasi mengejar penghargaan, pujian, kebahagiaan namun tetap dalam koridor dharma. Dalam kompetisi kehidupan ini garus dijunjung tinggi jiwa sportif, sehingga dapat menerima kekalahan maupun kemenangan. Agar tidak selalu timbul iri hati. Meredam sifat iri hati (Matsarya), akan membantu manusia melepaskan diri dari ikatan duniawi.
Mengendalikan Sadripu memang sangat sulit dilaksanakan dalam kehidupan ini, sebab cobaan duniawi terhadap manusia sangat komplek, serta sifat manusia yang telah ada sejak lahir, sehingga walaupun susah harus tetap ada upaya untuk melepaskan diri dari belengguan Sad Ripu ini.

SAD ATATAYI
 Sad Atatayi berasal dari bahasa Jawa kuno (Kawi), terdiri dari dua kata yaitu : "Sad" artinya enam, dan "Atatayi" artinya kejahatan. Jadi sad atatayi artinya enam kejahatan yang dilarang Agama Hindu yaitu :
1.      Agnida: membakar rumah atau milik orang lain, meledakkan bom, termasuk membakar dalam arti kias yaitu memarahi orang sehingga orang itu merasa malu dan terhina.
2.      Wisada: meracuni orang atau mahluk lain.
3.      Atharwa: menggunakan ilmu hitam (black magic) untuk menyengsarakan orang lain.
4.      Sastraghna: mengamuk atau membunuh tanpa tujuan tertentu karena marah.
5.      Dratikrama: memperkosa, pelecehan sex.

6.      Rajapisuna: memfitnah


Dihimpun oleh : I Putu Pudja 
Di Bukit Jimbaran, Agustus 2013


No comments:

Post a Comment